Bel pulang sekolah sudah berbunyi menandakan kebebasan para murid untuk kembali kehabitatnya masing-masing, haha.
"See kita ke mall yuk, ada film baru gue mau nonton temenin yaa" bujuk Leta sambil menggandeng tangan Ana.
"Ogah ah, gak ada duit." Balasnya.
"Ayolah See, gue tau lo ada duit tapi lo maleskan."
"Nah itu bego."
"Ck, udah ah buru temenin gue." Paksa Leta.
Akhirnya dengan sangat terpaksa Ana menemani Leta. Dan disinilah, mereka menunggu bis di halte dekat sekokahnya.
"Lama ya." Ucap Leta.
"Makannya pulang aja." Balas Ana.
"Gak! Gak ada pulang pulang kalau belum nonton." Tegas Leta
Sebuah motor hitam berhenti di depan mereka, menampakkan sosok laki-laki yang sedang berjalan menghampiri mereka sambil membuka helmnya.
"Lo ngapain ngegembel di sini?" Tanya Leon.
Ya, laki - laki itu Leon yang tadi melihat Ana dari kejauhan dan entah dorongan dari mana ia malah menghampiri gadis itu.
"Gak liat gue lagi nunggu bis." Balas Ana.
"Mau kemana?" Tanya Leon.
"Nonton." Jawab Ana.
"Sama dia?" Tanya leon sambil menunjuk Leta.
"Iya lah masa sama dugong." Ana memutar bola matanya malas.
"Gue antar." Titah Leon.
"Lah gue gimana anjir? Seenak jidat aja lo bawa-bawa temen gue." Protes Leta.
"Gue telpon Ken dulu biar nganterin lo, Sea sama gue." Balas Leon sembari menghubungi Ken.
"Cih apaan sih masa sama si pedo omes." Gumam Leta.
"Gak boleh gitu Ta, kalau lo suka kan sama aja jilat ludah sendiri nanti." Ledek Ana sambil terkekeh pelan.
"Amit amit jabang gempor." Balas Leta menunjukkan ekspresi sok jijiknya.
Tak butuh waktu lama Ken datang dengan santainya.
"Nah tu anaknya." Ucap Leon.
"Ayo See." Ajak Leon sambil menarik tangan Ana.
"Dede cantik ayo naik, apa mau gue gendong ke motor?" Goda Ken.
"Pedo omes." Balas Leta ketus.
"Wah apa tu artinya?" Tanya Ken girang.
"Pedofil otak mesum!"
"Kecewa deh, gue kira lo punya panggilan sayang buat gue, ah tapi itu juga gak masalah asal lo yang bikin." Rayu Ken.
"Cih di kira gue cewek yang gampang di gembelin apa." Gumam Leta kesal.
"Woi buruan, mau gue kawinin lo berdua? Berantem aja kerjaannya." Teriak Leon.
"Mau dong di kawinin sama dede cantik." Balas Ken sambil tersenyum jahil ke arah Leta yang sedang membuang muka itu.
"Cepetann! Lumutan ni gue dengerin lo berdua debat." Sekarang giliran Ana yang berteriak.
"I'm coming dede manis!." Teriak Ken sambil menarik Leta ke arah motornya.
Di perjalanan Leon dan Ana tidak secanggung dulu saat Ana masih berstatus babu, sekarang lebih santai layaknya teman biasa.
"Udah makan?" Tanya Leon.
"Belum lah kan gue belum balik kerumah."
"Yaudah nanti makan dulu, baru lo gue ijinin nonton."
"Lah kok gitu, lagian gue gak laper."
"Nurut aja See."
"Ck, iyaiya." Pasrah Ana.
-○-
Sesampainya di mall Leon mengajak Ana makan dan tentu saja diikuti oleh Ken serta Leta yang masih diselingi cekcok itu.
Di tengah-tengah acara makan siang ini Ken sesekali membuat lawakan atau sekedar menggoda Leta yang membuat mereka berempat tertawa.
"Kita ikut nonton ya!" Tegas Ken
"Siapa yang ngajak lo hah?!" Balas Leta
"Dih suka-suka gue, emang gue minta bayarin sama lo? Kan kaga,"
"Pokoknya gue sama Leon ikut!" Sambung Ken ngotot.
"Lah kok bawa-bawa gue?" Tanya Leon.
"Alah muna lo, gue tau lo pasti mau mastiin dede manis aman kan makannya lo mau nganterin tadi." Ucap Ken yang langsung mendapat pelototan dari Leon.
"Bacot!" Balas Leon.
"Yaudah yuk! Karena perut sudah merdeka sekarang kita cus." Ucap Ken heboh.
Berasa lagi ngedate. Batin Ana.
Empat pasang manusia itu sudah di dalam bioskop setelah puas membeli makanan dan minuman untuk di makan sambil menonton nanti akhirnya studio di buka. Posisi duduknya sangat strategis tidak begitu dekat dan juga tidak begitu jauh dari layar begitu pula dengan deretan duduknya Leta duduk di samping Ken kemudian ada Leon barulah Ana di pojok.
"Gue gak sadar ini film horor." Gumam Ana cemas.
Yang perlu di ketahui adalah Ana gadis yang paling anti dengan hal berbau-bau mistis atau horor, karena Ana suka berimajinasi jadilah ia sering ketakutan sendiri karena membayangkan sesuatu yang menyeramkan.
Leon yang sedari tadi melihat Ana sedang gelisah paham bahwa gadisnya ini tidak suka dengan film horor, buktinya ia celingak celinguk mencari pengalihan agar tidak melihat kelayar karena film yang sudah di mulai.
Leon menarik kepala Ana untuk bersembunyi di balik bahunya agar terhalang ke arah layar, Leon juga menggenggam tangan Ana lembut sambil sesekali mengelus punggung tangan Ana dengan ibu jarinya guna memberi ketenangan bagi Ana.
Ana kaget, tentu saja jantungnya berdetak tidak mau santai, sedari tadi ia menahan rona merah di pipinya, untung saja lampu studio gelap jadi tidak terlihat. Ana hanya memejamkan matanya dan sebelah tangannya memegang lengan baju Leon menandakan ia ketakutan.
"Udah selesai." Ucap Leon menyadarkan Ana dari pejaman kuatnya.
"Eh iya makasih kak." Ucap Ana sambil menunduk malu.
"Gak usah sok malu-malu gitu lo gak ada pantes pantesnya." Balas Leon meledek lalu menarik tangan Ana untuk keluar dari studio.
"Kita mau kemana lagi?" Tanya Leta semangat.
"Ke toko itu yuk See, kayaknya banyak barang bagus." Sambung Leta sambil menunjuk toko yang ada di sebrang sana.
"Boleh deh." Ana mengangguk.
"Gue sama Ken tunggu di food curt."
"Oke, ayo See." Ajak Leta sambil berjalan meninggalkan Ana.
"Emm-kak tangannya." Ucap Ana sambil menunjuk ke arah tangannya yang masih di genggam Leon.
"E..eh iya sorry." Ucap Leon gugup sambil melepaskan tangan Ana.
"Gue kesana dulu ya." Balas Ana sambil tersenyum ke arah Leon.
Manis. Batin Leon.
"Jangan kelamaan pdkt bro, nanti di ambil orang." Ucap Ken tiba-tiba.
"Gak bakal gue biarin tu orang, enak aja main ngambil-ngambil cewek gue." Balasnya kesal.
"Dih pede banget lo udah bilang 'cewek gue' segala." Ken terkekeh geli dengan sikap sahabatnya yang cuek - cuek tapi mau ini.
"Khilaf."
"Udah ayo ah." Ajak Leon.
Di lain tempat Ana dan Leta sedang asik melihat lihat barang yang menurut mereka lucu, dan mata Ana tertuju pada botol minum berwarna hitam yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil pas sekali menurutnya.
"Kalau gue beliin ini dia bakal ngeledek gue apa ya kira-kira." Gumam Ana sambil menimbang-nimbang apakah ia akan membelinya atau tidak.
"Wah keren tuh See, ambil aja itu kayaknya stok terakhir deh." Ucap Leta tiba - tiba yang diangguki oleh Ana.
Setelah puas melihat-lihat akhirnya, ya maklum lah ya kebiasaan perempuan kalau belanja. Ana dan Leta memutuskan untuk menjemput para lelaki kardus yang sedang menunggu di food curt.
"Udah ni, pulang yu kak." Ajak Ana pada Leon.
"Oke."
-○-
Sesampainya di rumah Ana, Leon tidak langsung pulang tapi hanya sekedar berdiri di samping motor kesayangannya.
"Besok gue bawain bekal ya!" Ujar Ana.
"Kenapa? Kan gue gak minta." Tanya Leon.
"Ya gak apa-apa dong."
"Yaudah pulang sana." Sambung Ana.
"Sialan gue di usir."
"Lah lagian emang lo mau mampir?"
"Engga sih." Balas leon sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Yaudah deh gue pulang, lo masuk terus mandi." Ucap Leon sambil mengelus kepala Ana.
"Iya kak hati-hati ya!" Balas Ana dengan senyuman termanisnya.
Oh Tuhan lihat itu hanya dengan senyuman Ana saja mampu membuat Leon rasanya ingin membanting badan Ken saking manisnya.
"See." Panggil Leon lembut selembut sutra eh engga deng biasa aja haha.
"Apa?"
"Jangan senyum kayak gitu ke cowok lain!" Balas Leon, Ana mengernyit bingung dengan ucapan Leon.
"Loh kenapa? Senyum kan ibadah." Tanya Ana.
"Gue gak suka! Lo solat aja yang rajin itu juga ibadah terus pahalanya lebih gede." Balas Leon ketus.
"Iya iya deh kak." Jawab Ana sambil manggut-manggut.
"Yaudah ah gue balik, ga jadi-jadi nih dari tadi."
"Lah siapa suruh."
"Bacot!" Balas Leon sambil melajukan motornya menjauh dari rumah Ana.
"Gue heran kak sama sikap lo, kadang manis kadang cuek, kadang galak. Labil banget lo kayak baru mimpi basah." Gumam Ana kesal dengan sikap lelaki yang ia sadari sudah berhasil masuk ke dalam hatinya itu.