Suasana sekolah masih terbilang sepi tapi, pagi ini Ana sudah berada di kelasnya. Jika kalian bertanya kemana Leon maka jawabannya adalah, pagi tadi Leon menghubungi Ana meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya untuk hari ini dan jadilah Ana berangkat sendiri ya walau pun ia tidak masalah sebenarnya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah Leon tidak memberikan alasan pasti kenapa ia tidak bisa menjemput Ana pagi tadi, tapi yasudah lah mungkin ada hal penting pikir Ana.
Ana duduk diam di bangkunya memandangi ke luar jendela sambil mendengarkan lagu untuk mengusir kebosanannya, tapi untunglah tak lama Leta datang.
"Tumben udah datang." Ujar Leta.
"Kenapa emang? Gak boleh?" Tanya Ana.
"Sewot aja lo." Cibir Leta.
"Eh tadi gue liat kak Leon berangkat sama cewek loh See, emang lo-"
"Cewek?" Potong Ana yang dibalas anggukan oleh Leta.
"Oh setan pohon deket rumahnya kali ya nempel sampai ke sekolah." Sambung Ana mencoba menghibur diri.
"Serius, See." Ujar Leta dengan wajah serius.
"Gue gak tau ah, Ta." Balas Ana malas.
Akhirnya Leta memilih untuk membicarakan hal lain karena menurutnya Ana tidak nyaman dengan bahan obrolan yang tadi ia tanyakan hingga tak terasa bel masuk pun berbunyi.
"Anak-anak harap tenang dulu, ada murid baru yang ingin memperkenalkan dirinya." Ucap sang guru yang baru saja memasuki kelas.
Ana tidak melihat kedepan karena malas, ia hanya bertanya-tanya siapa yang pindah sekolah saat sebentar lagi akan di laksanakan ulangan kenaikan kelas pikirnya.
"Perkenalkan nama aku Febyta Morgan, aku pindahan dari Amerika." Ucap sang murid baru.
Mata Ana langsung melihat ke depan setelah mendengar nama dari murid pindahan itu dan benar saja ternyata ini alasan Leon, ia jadi paham sekarang.
"Bukannya Leon bilang habis UKK? Kenapa jadi sekarang?" Gumam Ana.
"Lo kenal, See?" Tanya Leta tiba-tiba karena melihat Ana yang menatap Feby begitu lekat.
Ana mengangguk.
"Temen kecilnya Leon." Jawab Ana.
"Wah temen kecil toh. Hati-hati loh, See." Balas Leta meledek Ana.
"Bodo Ta bodo." Balas Ana acuh.
"Feby kamu silahkan duduk di bangku pojok di baris pertama itu." Ucap sang guru sambil menunjuk arah bangku kemudian diangguki oleh Feby.
Feby berjalan kearah bangku tersebut sambil menatap Ana dengan senyum liciknya. Ana yang melihat itu hanya menatapnya datar.
"Sok polos banget kayaknya." Ucap Leta dengan nada kesal.
"Kok lo yang kesel?" Tanya Ana.
"Ya habisnya tadi pas perkenalan manis banget, eh pas ngeliat lo malah begitu mukanya, ini tuh ya pasti bener firasat gue," Ujar Leta.
"Firasat?" Beo Ana.
"Kayaknya dia anggap lo itu saingannya." Balas Leta.
Ana diam tidak membalas ucapan Leta, ia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya tentang Feby tapi ya walau pun ia tidak suka dengan Feby akibat kejadian di rumah Leon waktu itu.
-○-
Bel istirahat sudah berbunyi dan kantin tentu saja sudah di penuhi dengan para manusia yang kelaparan, begitu pula dengan Ana dan Leta yang sedang asik menyantap makanan yang mereka beli.
Di sela-sela kegiatan makannya Ana melirik untuk mencari keberadaan Leon, karena dari pagi tadi ia belum melihat batang hidungnya sama sekali. Dan betapa panasnya mata Ana ketika melihat Leon sedang duduk di meja yang tidak begitu jauh dari tempatnya, Leon duduk dengan tenangnya padahal Feby sedang asik merangkul lengan Leon sambil sesekali menyuapi makanan yang di terima sambil di iringi seulas senyum oleh Leon.
Entahlah ada perasaan yang kata Leta cemburu namanya, kuah bakso Ana yang panas dan pedas tidak ada apa-apanya jika di banding dengan pemandangan yang ada di sebrang sana. Ana menatap Leon lekat hingga akhirnya mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat sebelum Leon memutuskan kontak mata mereka.
Ana terdiam dan memilih melanjutkan makan, ia tidak mau di bilang cengeng jika harus menangis di sekolah hanya karena kejadian sepele seperti itu.
Tahan See tahan, anggap aja ga pernah liat. Batin ana sambil memejamkan matanya.
Setelah di rasa cukup kenyang Ana dan Leta memutuskan untuk kembali kekelas, bahkan saat Ana melangkah keluar kantin pun ia masih sempat melirik ke arah Leon yang masih tetap di posisi tenangnya.
Biarin aja, cuma temen kecil kok See itu cuma temen kecilnya. Semangat! Batin Ana menyemangati diri sendiri.
"Gue ke toilet dulu ya Ta, lo duluan aja." Ujar Ana.
"Oh yaudah gue duluan ya See, jangan lama-lama." Balas Leta kemudian diangguki oleh Ana.
Ana berdiri di depan cermin toilet sambil sesekali merapihkan anak rambutnya, Ana memandangi wajahnya di cermin ia berpikir jika di bandingkan dengan Feby Ana memang tidak ada apa-apanya begitulah pikir Ana, hingga suara kekehan terdengar dari pintu toilet memperlihatkan gadis cantik dengan senyum licik yang terpampang jelas di wajahnya.
"Gue bakal ambil kembali apa yang emang seharusnya milik gue dan gue rasa lo udah cukup senang-senang sama Leon selama gue gak di Jakarta kan? Jadi jangan harap lo bisa dekat lagi sama Leon!" Tegas Feby sambil menatap Ana dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan.
"Cih, kalau pun Leon milih lo apa coba yang bisa di banggain dari lo? Cantik enggak dan gue yakin lo standar alias gak pintar-pintar amat." Sambung Feby masih dengan tatapan meremehkan.
"Terus lo pikir lo perfect gitu?" Balas Ana santai.
"Yang pasti jauh di atas lo." Balas Feby tak mau kalah.
"Tapi tinggian gue tuh." Ujar Ana santai.
"Berisik lo!"
"Gue udah kasih peringatan ya buat lo!" Sambung Feby kesal.
"Sayangnya gue terlalu tuli buat denger ocehan ga mutu lo itu." Balas Ana
"Oh ya satu lagi kayaknya lo harus belajar buat bedain mana cinta dan mana obsesi, biar lo ngotak dikit." Sambung Ana kemudian melenggang pergi dari toilet.
"Cara halus gak cukup ya buat lo berhenti deketin apa yang gue mau." Gumam Feby.
Sementara itu, Ana yang baru saja keluar dari toilet berkali-kali mengumpat dalam hatinya kenapa Feby bisa semenyebalkan itu padanya.
"Sialan!" Ucap Ana sedikit meninggikan suaranya.
"Biasa aja kali ulet teh pucuk." Ujar seseorang dari belakang Ana.
Ana menengok kebelakang dan mendapati Leon dengan kekehannya berjalan mendekati Ana.
"Maaf soal tadi pagi gue jadi gak bisa jemput lo." Ucap Leon membuka percakapan.
"Iya." Balas Ana seadanya.
"Emm, pulang sekolah lo tunggu di parkiran ya pulang sama gue!" Tegas Leon
"Iya." Balas Ana kemudian berjalan meninggalkan Leon yang masih bingung melihat respon Ana.
"Masih marah kali ya." Gumam Leon.
-○-
Sesuai permintaan Leon, Ana menunggu Leon dengan tenang di parkiran yang sudah cukup sepi hanya tersisa beberapa motor dan beberapa siswa yang berlalu lalang. Yang membuat Ana bingung adalah ia tidak menemukan motor Leon di parkiran.
Ana memilih untuk duduk di pinggir lapangan yang jaraknya masih cukup dekat dengan parkiran, ia sesekali mengecek ponselnya tapi tidak menemukan satupun notifikasi dari Leon. Hingga matanya melihat pemandangan yang sangat tidak sehat untuk hatinya, ia melihat Leon hendak meninggalkan sekolah tapi ia tidak sendiri melainkan bersama Feby yang sudah memeluk pinggang Leon erat.
"Bego! Ngarep apa sih gue." Ucap Ana di selingi dengan tawa hambarnya.
Ana memilih pulang setelah memastikan leon benar-benar sudah jauh dari lingkungan sekolahnya.