Chereads / SeaLon / Chapter 18 - Ayo Makan!

Chapter 18 - Ayo Makan!

-•-

Pagi ini ulangan sedang di laksanakan dengan tenang, semua murid fokus pada lembar jawaban nya masing - masing terkecuali Ana, ia sama sekali tidak bisa fokus mengingat kondisi Lauren yang masih belum sadarkan diri sampai saat ini. Ia juga tidak bisa fokus mengingat Leon yang sama sekali tak mempedulikannya walau kondisi Ana sedang rapuh seperti ini.

Ana mengisi lembar jawabannya dengan asal, ia memang pada dasarnya bukan siswi yang berprestasi ia hanya siswi standar pada umumnya jadi baginya nilai tidak begitu penting, paling tidak nilai Ana kecil karena usaha nya sendiri. Bukan besar karena hasil mencontek dengan orang lain.

Karena ini adalah ulangan terakhir sebelum liburan panjang di mulai jadilah saat bel pulang sekolah semua murid bersorak gembira tapi hal itu tak di rasakan oleh Leon, ia merasa ada hal yang kurang di saat seharusnya ia senang karena ulangan sudah selesai. Apa ia merindukan sosok Seanya?

Ingin sekali Leon bisa percaya pada Ana tapi entahlah ia tidak bisa langsung menyalahkan Feby begitu saja tanpa tahu kebenarannya.

"Bakal gue cari tau sendiri." Gumam Leon.

Kemudian ia menghubungi seseorang yang pasti tahu kebenarannya.

-•-

Ana berjalan gontai menyusuri lorong yang di penuhi dengan bau obat obatan itu, ia benci rumah sakit. Semua penderitaan Ana di mulai dari rumah sakit dan sekarang takdir mempertemukannya lagi dengan rumah sakit, itu sungguh memuakkan.

Ia membuka pintu pelan dan terlihat sosok Lauren yang masih terbujur lemah di atas ranjang, apakah tidak ada yang bisa paham dengan kondisi Ana saat ini? Ia benar-benar membutuhkan seseorang.

Pintu ruangan kembali terbuka menapakkan  Leta dengan wajah khawatirnya, pasalnya Ana belum menyentuh sepiring nasi pun dari kemarin.

"Makan dulu yuk, kalau lo mau mama lo seneng sekarang kita makan." Ajak Leta yang hanya mendapat gelengan dari Ana.

"Ayolah See, jangan kayak gini Lo bisa sakit nanti." Bujuk Leta.

"Gimana gue bisa makan sedangkan mama gue lagi kayak gini Ta." Balas Ana sambil menatap Lauren.

"Oke kalau gitu. Lo nantangin gue berarti, bakal gue bikin lo makan gimana pun caranya." Ketus Leta yang sudah kesal karena Ana tidak mau mendengar ucapannya.

Sampai akhirnya ide gila pun muncul dalam otak Leta, mungkin jika ini film kartun akan terlihat lampu menyala terang di atas kepalanya.

Leta keluar dari ruang inap tersebut kemudian menghubungi seseorang.

"Lo harus kesini, Sea belum makan dari kemarin masa Lo tega sih." Paksa Leta pada orang di sebrang sana.

"Dia gak bakal mau ngeliat muka gue."

"Cemen banget sih lo, mau liat Sea ikut-ikutan di rawat juga emang?" Tanya Leta memancing.

"Cih, iya iya gue ke sana." Pasrah orang tersebut kemudian memutuskan sambungan telepon.

"Yang penting lo makan See, gue gak tenang kalau keadaan lo kayak gini." Gumam Leta sambil memandangi Ana dari ambang pintu.

Ana tertidur di pinggir ranjang, tanpa sadar baru saja seseorang duduk di hadapannya hanya ada Lauren sebagai pembatas jarak di antara mereka, bukankah itu jarak yang cukup dekat? Tapi mengapa akhir-akhir ini terasa begitu jauh untuk dijangkau, pikir orang tersebut.

Orang itu beralih menghampiri Ana yang masih pulas di alam mimpinya, di lihatnya wajah yang banyak menyimpan lelah itu, tanpa sadar ia mengusap pipi Ana sebentar.

"Apa semua yang lo bilang itu bener See? Gue gak nyangka lo sampai sebegini kacaunya. Gue belum bisa bahkan belum berani buat ketemu sama lo sampai hari ini. Gue tau gue bela orang yang salah, gue malu sama diri gue sendiri karena udah nyakitin orang yang gue sayang, See mulai hari ini akan gue coba buat tegas sama perasaan gue sendiri. Makasih udah sabar selama ini, tunggu gue sebentar lagi." Gumam Leon pelan sambil mengusap pipi ana.

Ya orang itu adalah Leon yang diminta oleh Leta untuk membujuk Ana agar makan, mendengar kondisi Ana yang sedang kacau sebenarnya ingin sekali Leon berada di sampingnya untuk sekedar memberikan kekuatan pada Ana, tapi kebodohan nya membuat ia harus menjauh untuk sementara waktu, ia ingin memberi Ana ruang untuk lepas dari rasa sakit yang Leon ciptakan.

Leon sudah tahu kebenarannya dari Ken, kenapa Ken? Karena Leta menceritakan semua kejadiannya bagaimana Lauren bisa mengalami kecelakaan tersebut entah sejak kapan Leta dengan Ken dekat yang pasti Ken tidak akan pernah berbohong padanya dan penjelasan yang diberikan Ken pun masuk akal jika di banding dengan pembelaan yang di lakukan oleh Feby.

Ana merasakan ada yang menyentuh pipinya pun kemudian memilih untuk membuka matanya dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Leon ada di hadapannya, apakah ia masih bermimpi pikirnya.

Ana masih bengong menatap Leon yang ada di hadapannya ia tak percaya jika itu Leon kemudian mengambil tindakan nekat dengan mencubit pinggang Leon, Leon yang merasakan nyeri di pinggang akibat cubitan Ana pun meringis kesakitan.

"Aduh sakit anjir! Kok di cubit sih." Ucap Leon sambil sedikit berteriak.

"Lah Leon?! Lo ngapain ke sini?" Tanya Ana kaget karena Leon benar-benar nyata dihadapannya sekarang.

"Ya ampun biasa aja kali See, gue kesini mau ngajak lo makan." Balas Leon.

Ana diam kemudian berpikir bahwa ini adalah ulah Leta, ya pasti ulah Leta!

"Sialan tuh anak." Gumam Ana yang masih bisa terdengar oleh telinga Leon.

"Hah? Lo ngatain gue?" Tanya Leon.

"Ge'er banget ya Lo." Balas Ana.

"Yaudah yuk kita makan." Ajak Leon kemudian menarik tangan Ana sedikit memaksa.

Ah inilah Ana, ia mendadak lemah jika sudah di hadapkan dengan Leon. Leta benar-benar tau soal kelemahan Ana.

Diperjalanan pun tak ada yang berani untuk membuka suara, mungkin karena masih terlalu canggung.

Ana memandangi punggung Leon, ini lah orang yang selama ini Ana tunggu-tunggu kehadirannya, sekarang ada di depan matanya. Entahlah, Ana merasakan ada gejolak aneh di hatinya seperti menyuruh nya untuk memeluk Leon tapi tetap Ana tidak akan melakukan itu, mau taruh di mana mukanya jika sampai seagresif itu pada Leon.

Tidak tau Leon bisa mendengar isi hati dan pikiran Ana atau bagaimana yang jelas ia baru saja menarik tangan Ana membuat tangannya melingkar mulus di pinggangnya, Ana kaget tentu saja tapi ia juga tidak tau mendapat keberanian dari mana untuk tidak melepaskan pelukannya.

Leon yang merasakan pelukan Ana mengencang pun semakin merasa bersalah atas perlakuan yang sempat ia berikan pada Ana, seberat itu kah beban Ana hingga ia bisa merasa bahwa Ana sedang membagi rasa sedihnya pada Leon?

Ia menggenggam tangan Ana dengan sebelah tangannya sambil mengelus punggung tangan Ana dengan ibu jarinya, seperti nya Leon benar-benar sudah sadar akan perasaan nya pada Ana, ya Leon mencintai gadis ini. Gadis yang membuat hari-harinya terasa berwarna dan singkat jika dilalui bersamanya, gadis yang mampu membuat hatinya berdebar tak karuan, gadis yang mampu membuatnya sadar bahwa jatuh cinta ternyata sesederhana itu tapi akan terasa begitu menyakitkan jika harus dipaksa berhenti.

Leon berharap bahwa gadis ini mampu untuk bersabar sedikit lebih lama, hanya sedikit karena Leon ingin menunjukkan bahwa ia serius dengan keputusan nya kali ini.

Sesampainya di tempat makan Ana hanya bisa pasrah menerima suapan demi suapan dari Leon, paling tidak ia sudah bertemu dengan Leon hari ini, entah besok ia masih bisa bertemu dengannya atau tidak.

"Gue udah kenyang." Ucap Ana menghentikan pergerakan tangan Leon.

"Badan lo masih belum berisi gitu ah, gak srek gue liatnya." Balas Leon asal.

Ana melotot dan sedetik kemudian terdengar suara ringisan dari mulut Leon akibat tendangan Ana yang tepat mengenai tulang keringnya.

"Galak banget sih, gue masukin penangkaran lagi lo biar jinak." Ujar Leon.

"Bodo." Balas Ana acuh.

"Orang gak jadi. Nanti gue malah susah kalau mau ketemu lo, gue jadi pawang lo aja deh biar lo gak bisa jauh-jauh dari gue." Balas Leon menggoda Ana.

Ana merasakan pipinya memanas akibat perkataan Leon barusan, lihat? Lihat bagaimana dengan mudahnya Ana melupakan semua perlakuan Leon pada nya hanya dengan kata-kata receh seperti itu, dasar wanita.

Setelahnya hanya ada candaan receh yang keluar dari mulut Leon, Ana tentu saja menanggapi nya dengan tertawa tanpa mengingat kembali kesalahan Leon padanya.

Gue pasti akan balikin senyum dan tawa Lo yang udah sempet gue hancurin waktu itu See, gue janji. Batin Leon.