-○-
Malam ini seperti biasanya Ana melakukan aktivitas mendengarkan lagu sambil membaca novel miliknya, ditengah-tengah kegiatannya itu dering telpon dari ponsel Ana berbunyi menunjukkan nama seseorang yang sangat ia kenali.
Leon's calling...
"Hallo"
"Lagi ngapain, See?"
"Gak ngapa-ngapain."
Orang di sebrang sana terdengar berdecih pelan mendengar jawaban Ana.
"Masa gak ngapa-ngapain."
"Lah ya emang lagi gak ngapa-ngapain." Sewot Ana.
"Santai aja jawabnya, bu."
"Bodo."
Beberapa saat keduanya terdiam hingga Leon membuka suara lagi.
"Lagi dimana lo?"
"Di rumah lah, pakai nanya."
"Dasar jomblo, cepetan turun gue di bawah siapa tau besok lo ga jomblo lagi kalau jalan sama gue sekarang."
Ana langsung memutuskan sambungan telepon tersebut setelah mendengar Leon sedang berada di rumahnya, ia juga langsung menyambar lemari dan mencari pakaian untuk pergi dengan Leon. Setelah beres Ana langsung menuju kebawah untuk melihat apa benar ada Leon dirumahnya.
Dan benar saja setelah Ana keluar dari kamarnya ia sudah bisa mendengar suara kekehan dari Lauren mamanya, siapa lagi yang Lauren ajak bicara jika bukan Leon pikirnya.
"Bagus deh kamu kesini kasian loh Sea ngebangke aja di kamar kalau malam minggu gini." Ujar Lauren sambil terkekeh.
"Iya tante." Balas Leon.
Ana menghampiri kedua manusia yang sedang asik membicarakan dirinya tersebut.
"Lagi ngomongin apa tuh, seru banget kayaknya." Celetuk Ana.
"Eh See, ini loh Leon mau ajak kamu jalan katanya." Ujar Lauren.
"Gue kan manusia baik dan tampan." Ucap Leon sambil memainkan alisnya naik turun.
"Pede banget lo." Balas Ana.
"Yaudah sana berangkat." Titah Lauren.
"Leon pinjem Sea dulu ya tante, Leon pastiin gak bakal lecet sedikitpun." Ujar Leon sambil menyalimi punggung tangan Lauren.
"Berangkat ma." Pamit Ana.
"Hati-hati ya! Jangan kemalaman pulangnya." Ujar Lauren dari ambang pintu.
"Yuk." Ucap Leon sambil membukakan pintu mobil untuk Ana.
"Tumben naik mobil." Ujar Ana.
"Karena malam ini spesial." Balas Leon sambil tersenyum hangat.
Ana masuk kedalam mobil yang diikuti Leon yang duduk di bangku kemudi, setelah memasang sabuk pengaman masing-masing Leon melajukan mobilnya untuk menuju kesuatu tempat agar rencananya malam ini berjalan dengan lancar.
-○-
Leon yang sedari tadi fokus pada jalanan akhirnya memilih untuk membuka percakapan.
"Tumben diem." Ujar Leon sambil menengok kearah Ana.
"Terus harus gimana? Heboh kayak orang kesetanan gitu?" Tanya Ana.
"Ya boleh juga sih." Balas Leon sambil terkekeh.
"Muka lo tuh kayak setan." Celetuk Ana.
"Ck, mana ada setan setampan gue." Ucap Leon percaya diri.
"Jadi ini kita mau kemana?" Tanya Ana yang sedari tadi penasaran.
"Ada deh, lo pasti suka kok." Jawab Leon.
"Lo tidur aja nanti kalau udah sampai gue bangunin." Tambahnya.
Ana mengangguk dan melakukan perintah Leon yaitu tidur.
Cukup lama berselang akhirnya Ana dan Leon sampai ditujuan mereka, Leon melihat kearah Ana yang masih terlelap.
"Bismillah semoga makhluk tampan ciptaanMu ini gak dapat penolakan amin." Ujar Leon sambil mengusapkan kedua tangannya kewajah tampannya tersebut.
Dengan perlahan Leon membangunkan Ana dari tidur pulasnya.
"See bangun kita udah sampa." Ucap Leon sambil menepuk pipi Ana.
Ana mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum matanya benar-benar terbuka sempurna, tidak susah ternyata membangunkan ana pikir Leon.
"Turun yuk." Ajak Leon yang di angguki oleh Ana.
Di Sana sudah ada kursi dan meja yang disertai makanan dan vas bunga cantik terpampang diatasnya, lampu-lampu dan bunga-bunga yang indah juga tak luput dari pandangan Ana. Ana yang masih belum sadar sepenuhnya berusaha mencerna keadaan sekitar, ini mirip seperti kencan pikirnya.
"Ini kita di danau yang waktu itu kan ya?!" Tanya Ana heboh saat mengetahui keberadaan mereka saat ini.
"Santai See." Ucap Leon sambil terkekeh.
"Bagus banget." Ucap Ana kagum pada pemandangan indah disekitarnya.
"Keren kan? Gue yang nyiapin loh." Ujar Leon.
"Becanda lo." Balas Ana sambil tertawa dan menepuk-nepuk pundak Leon karena tak percaya.
"Lah serius kampret, menurut lo kenapa dari pagi gue gak chat lo? Ya karena ini lah bodoh!" Ujar Leon meyakinkan ana.
Ana hanya memandangi karya Leon tersebut dengan tatapan kagum bukan main.
"Jadi ini kita mau makan apa mau ngeliatin doang?" Ucap Leon yang hanya dibalas kekehan oleh Ana.
"Abis bagus banget." Celetuk Ana.
"Bagus deh kalau lo suka." Balas Leon sambil mengacak rambut Ana gemas.
"Berantakan Le." Kesal Ana sambil merapihkan rambutnya kembali.
"Yuk." Ajak Leon sambil menarik lembut tangan Ana menuju meja mereka.
Mereka langsung makan dan tidak ada perbincangan sampai makanan mereka habis.
"Ini apa?" Tanya Ana yang sedari tadi memperhatikan vas bunga dihadapannya, di sana terdapat seperti gulungan kertas.
"Liat aja." Titah Leon.
Dengan rasa penasaran yang melebihi tinggi badannya sendiri Ana membuka gulungan kertas tersebut.
Ana mematung melihat isi tulisan di kertas tersebut.
"Gimana?" Tanya Leon.
Ana masih melongo membaca kertas yang bertuliskan..
Jadi pacar gue ya! Biar kita gak keduluan sama si Kenyet!