Sesuai permintaan sang majikan alias Leon yang meminta ah ralat menyuruh Ana untuk membuatkannya bekal, Ana bangun lebih awal untuk berperang di dapurnya Leon tidak tahu saja biar dikata pemalas begini Ana jago masak! Bukan hanya sekedar tahu makan saja!
Setelah 30 menit lebih berkutat dengan peralatan dapur serta bahan masakan akhirnya selesai juga bekal yang di buat dengan cinta eh maksudnya dengan terpaksa.
"Beres." Gumam Ana tersenyum puas melihat hasil tangannya.
"Tinggal mandi, rapih-rapih terus berangkat deh." Gumamnya kembali.
Ketika hendak keluar kamar dan menuju dapur untuk mengambil susu Ana tersentak kaget melihat siapa yang sedang duduk manis dan mengobrol dengan Lauren mamanya. Tidak seperti saat bersama Ana, Leon lebih banyak tersenyum dan bicara saat dengan Lauren. Ya lelaki itu Leon yang sudah mendarat cantik di rumah Ana sejak 15 menit yang lalu, seperti ucapannya kemarin yang akan menjemput Ana dan sepertinya Ana melupakan bagian itu.
"Eh itu dia anaknya nongol." Ucap Lauren sambil menunjuk kearah Ana.
"See temen kamu udah nungguin loh dari tadi, cepetan minumnya." Sambung Lauren.
Mendengar ucapan Lauren Ana langsung meneguk habis susu di gelas itu, Ana tidak mau berlama-lama karena mamanya pasti akan meledeknya habis-habisan.
Leon pamit dan mencium punggung tangan Lauren, ia langsung menarik tangan Ana menuju motornya. Tiba-tiba Ana berhenti membuat Leon menengok sembari menaikan sebelah alisnya seakan bertanya 'kenapa'. Ana paham maksud raut wajah Leon.
Ana membuka resleting tasnya dan mengeluarkan kotak bekal berwarna hitam dari sana.
"Nih kak, gue sendiri kok yang masak kalau gak percaya tanya aja mama." Ucap Ana sambil menyerahkan kotak bekal tersebut.
Leon diam menatap Ana dan kotak bekal itu beberapa detik kemudian langsung mengambil kotak bekal itu dan memasukannya kedalam tas tanpa mengucapkan apa pun pada Ana. Bukannya ingin mendapat imbalan Ana hanya ingin mendengar ucapan terima kasih dari mulut Leon itu saja, karena Ana membuatkan bekal ini pun tentu dengan sangat ikhlas.
"Ck, makasih kek." Gumam Ana pelan yang masih terdengar oleh Leon.
"Jangan ngarep gue bilang makasih, karena ini udah tugas lo jadi babu gue." Celetuk Leon yang sedikit menohok hati Ana.
Makasih. Batin Leon.
-○-
Sesampainya di sekolah mereka benar-benar menjadi pusat perhatian, sepanjang koridor banyak sekali bisik-bisik yang sebenarnya masih bisa terdengar di telinga Ana. Ana sudah meminta di turunkan di dekat halte yang tidak jauh dari sekolah saja tapi Leon menolak keras permintaannya itu dengan alasan...
"Lo itu babu gue jadi harus selalu di samping gue."
Begitu lah kiranya alasan yang dilontarkan Leon pada Ana, dan Ana yang malas berdebat hanya diam saja mendengarnya.
Leon mengantarkan Ana kekelasnya setelah melihat Ana masuk Leon melengos pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Cih kayak gak punya dosa aja main nyelonong, gue jadi bahan omongan kan gara-gara dia." Cibir Ana sambil menatap punggung lelaki itu.
Ketika hendak berbalik Ana sudah di kagetkan dengan wajah Leta yang sudah ada dihapannya dengan tatapan penuh dengan rasa ingin tahu.
"Lo di jemput kak Leon?" Tanya Leta to the point.
"Iya dong kapan lagi di jemput cowok, emangnya lo ngenes teros." Balas Ana meledek sambil tertawa renyah.
"Ck, sialan tiba-tiba nanti gue udah gak jomblo aja kaget lo pasti."
"Gak kaget kok, paling nanti gue cuma nanya lo pakai pelet apaan." Celetuk Ana ditemani tawanya.
"Gak sekalian nanya gue pakai susuk dimana." Sinis Leta.
"Wah iya tuh emang lo masang susuk dimana, Ta?"
"Di hatimu!" Balas Leta kesal.
"Ih masih pagi Ta, udah ngegembel aja jadi enek deh gue."
"Pulang sekolah kerumah lo ya, See." Ucap Leta yang menghentikan tawa Ana sedari tadi.
"Oke."
Pelajaran pertama di mulai dengan aman, nyaman dan damai karena suasana hati Ana sedang baik jadi ia tidak ingin membuat masalah di jam pelajaran pertama ini.
"Bu, saya izin ke toilet ya?" Tanya Ana yang diangguki oleh gurunya tersebut.
Saat hendak kembali kekelas ana tidak sengaja berpapasan dengan Leon dan Ken yang sedang berjalan menuju taman belakang entah mau apa mungkin sedang di hukum.
Ana hanya menunduk saat jarak antara Ana dan Leon semakin dekat, dan satu cekalan mampu membuat Ana mematung, Ken yang melihat kejadian tersebut hanya tersenyum paham.
"Hoo ini ya dede manis yang di bilang Leon." Ucap Ken sambil manggut-manggut tidak jelas.
"Nama gue Kennard Fahlevi cowok yang gak kalah ganteng dari Leon." Sambungnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Ana.
"Namanya Seanna Divyanisa." Ucapnya sambil menjabat tangan Ken. Bukan, itu bukan Ana melainkan Leon dan tangan yang menjabat tangan Ken itu juga bukan tangan Ana! Ken hanya memasang muka masamnya melihat kelakuan Leon.
"Aduh abang Leon posesif ya ternyata." Ledek Ken.
"Bacot." Balas Leon kesal.
"Lo ngapain masih di sini bukannya belajar biar jadi babu yang pinter." Ucap Leon pada Ana.
"Tangan gue kak." Jawab Ana sambil melirik pergelangan tangannya yang masih di cekal oleh Leon.
"Pergi lo." Usir Leon. Ana yang mendengarnya pun langsung melenggang pergi begitu saja, ingin sekali rasanya menarik Ana untuk sekedar bicara lebih banyak tapi lagi-lagi gengsinya lebih tinggi.
"Manis." Ucap Ken yang mendapat tatapan tidak bersahabat dari Leon.
"Santai jing! Gue gak makan temen, gue masih doyan mie ayam kantin." Kekeh Ken.
-○-
Kringg...kringgg...kringgg
Bel istirahat berbunyi yang langsung mendapat sambutan meriah dari seluruh penjuru sekolah.
"Yok kantin!" Ucap Ana sambil menggandeng tangan Leta.
Sesampainya di kantin yang sudah di penuhi dengan manusia kelaparan termasuk dirinya dan Leta itu, Ana menyusuri seisi kantin untuk mencari tempat duduk yang kosong tapi matanya terhenti saat melihat lambaian tangan dari Ken menandakan bahwa Ken menyuruhnya untuk duduk di sana.
"Eh dede manis sama dede cantik, sini duduk aja gak apa-apa kok abaikan aja si Leon mah." Ucap Ken sambil cengengesan ke arah Leta dan Ana yang baru sampai.
"Lo mau pesan apa?" Tanya Ken dan Leta tanpa sengaja bersamaan kemudian keduanya saling tatap dan Ana yang melihat kejadian itu tidak ingin menyia-nyiakan momen untuk meledek Leta.
"Wah kompak." Ucap kedua orang itu berbarengan, sekarang Ana dan Leon lah yang kompak meledek kedua temannya itu.
Mereka berempat saling tatap dan sedetik kemudian Ken tertawa yang membuat Leon, Ana serta Leta juga ikut tertawa mendengar suara Ken yang lucu.
"Udah udah ah biar gue aja yang pesen, dede cantik sama dede manis di sini aja oke." Ucap Ken menyudahi tawanya.
"Jadi mau pesan apa?" Ken menyudahi tawanya.
"Mie ayam sama milk tea aja kak" ucap Ana.
"Kalau dede cantik mau pesen apa?" Kini Ken beralih menatap Leta.
"Samain aja kak." Balas Leta.
"Loh belum apa-apa udah minta di samain, sabar ya dede cantik nanti kalau kita nikah cincinnya pasti sama kok tenang aja." Balas Ken ngaco.
"Bu..bukan kak, itu, gue makanannya sama kayak Sea aja." Balas Leta sedikit gugup.
"Oke, kalau Leon? Eits, gue udah tau apa jawaban lo." Ucap Ken kemudian pergi meninggalkan ketiga orang itu.
"Lo balik sama gue." Ucap Leon singkat
"Tapi kak Leta mau kerumah gue." Ujar Ana.
"Yaudah nanti gue suruh si Ken nganter temen lo." Balasnya yang hanya diangguki oleh Ana.
Tak butuh waktu lama Ken sudah kembali dengan nampan yang berisi makanan.
"Eh tadi lo manggil dede manis ini Sea?" Tanya Ken di sela-sela makannya, Leta hanya mengangguk.
"Gue juga boleh dong manggil lo s-"
"Ga boleh." Potong Leon.
"Yailah nih anak bener-bener sensinya sampai ke ulu hati kayaknya." Cibir Ken dan memilih melanjutkan acara makannya.
Jika ada yang bertanya kemana perginya bekal yang di buatkan oleh Ana maka jawabannya adalah bekal itu Leon simpan untuk di makan di rumah karena ia tidak mau Ken tau apa lagi sampai Ken ikut memakannya juga, karena itu buatan Seanna! Seanya!
-○-
Bel pulang sekolah sudah berbunyi dan sesuai ucapan Leon, Ana pulang bersama Leon sedangkan Leta bersama Ken.
"Gue boleh panggil lo Sea?" Tanya Leon tiba-tiba.
"Ga boleh." Jawab Ana.
"Kenapa?"
"Karena itu panggilan buat orang-orang terdeket gue."
"Yaudah gue jadi salah satu orang terdeket lo aja kalau gitu." Balas Leon santai, Ana diam tidak menjawab peryataan Leon jantungnya berdetak tidak karuan sekarang.
Udah deh alay banget lo, gak usah pakek dag dig dug segala. Batin Ana pada jantungnya.
"See" panggilan tersebut menyadarkan Ana dari lamunannya.
"Berarti gue udah boleh ya manggil lo Sea, kan lo babu gue lo harus nurut sama gue." Sambung Leon, Ana hanya diam dan mengangguk.
Di lain sisi Leon merutuki kebodohannya karena tidak bisa mengehentikan ucapan bodoh yang dikeluarkan mulutnya itu.
Sesampainya dirumah Ana, leon langsung menyuruhnya masuk dan Ana hanya menurut di ikuti pula oleh Leta di belakangnya.
"Ah sial, salah lagi gue." Gumam Leon.