Jam sudah menunjukkan pukul 06.15 itu artinya Leon sudah bangun dan siap-siap untuk pergi kesekolah, bukankah untuk ukuran laki-laki Leon itu rajin? Ya tentu, ia tidak pernah telat karena kata telat itu tidak ada di kamus besarnya.
"Sarapan dulu, Le." Titah Dinda.
"Iya ma." Jawabnya seraya keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.
"Kamu ngapain sekolah, bukannya cuma pengenalan buat murid baru?" Tanya Leo
"Gak apa-apa pa, Leon bosen di rumah liburnya kelamaan." Jawabnya santai sambil menyuapkan nasi kemulutnya.
Setelah beres sarapan Leon pamit pada Dinda dan Leo untuk berangkat sekolah, menaiki motor kesayangannya dan membelah jalanan ibu kota yang sudah cukup ramai itu.
Leon tipe laki-laki yang tidak begitu peduli dengan urusan perempuan dan ada satu perempuan yang berhasil membuatnya merasakan degup jantung tak karuan, walau pun Leon belum mengerti apa itu karena ia masih duduk di bangku sekolah dasar saat itu, lebih tepatnya pada adik kelasnya saat Leon kelas 4 SD dan gadis itu kelas 3 SD.
Leon benar-benar tidak tertarik dengan gadis manapun setelahnya(mungkin), Leon suka sekali membuat gadis itu menangis karena ulahnya meski sedikit keterlaluan karena ia sering meledeknya. Menurutnya wajah gadis itu lucu dan menggemaskan jika sudah ingin menangis, sayangnya sebelum sempat mengetahui sekaligus memperkenalkan dirinya dengan baik pada gadis itu ia sudah harus pindah sekolah ke Amerika. Leon sudah mencarinya kemana-mana saat ia SMP dan kembali ke Indonesia tapi tetap tidak ketemu.
Leon punya sahabat? Tentu, spesies langka dan hanya tinggal satu di dunia yaitu Kennard Fahlevi manusia paling konyol dan paling absurd yang pernah Leon temui tapi akan jadi lebih gila jika mereka berdua sudah bertemu.
-○-
"Hai sayang, kok kamu lama banget sih? Aku nungguin kamu loh dari tadi. Di parkiran banyak yang ngeliatin aku gini emang kamu gak cemburu apa?" Ucap Ken dengan wajah dan suara yang di dramatisir membuat siapa pun geli saat medengarnya.
"Kok makin hari otak lo makin gak bener ya." Ucap Leon sambil tertawa membuat Ken ikut tertawa dan seperti ini lah mereka jika sudah bertemu.
Leon sibuk pada ponselnya sambil berjalan menyusuri koridor sedangkan Ken asik tebar pesona pada murid baru yang melewatinya.
"Banyak dede gemes jadi pengen ngelus satu-satu." Ucap Ken ngelantur.
"Dasar pedofil." Sinis Leon
"Ck, biarin gue pedofil dari pada lo gak move on move on dari cinta monyet."
"Lo aja monyetnya, gue sih ganteng."
"Eh ngomong-ngomong soal cewek, ciri-ciri cewe yang lo suka waktu SD itu kayak gimana? Siapa tau dia sekolah di sini kan." Tanya Ken tiba-tiba Leon diam sejenak mengingat bagaimana wajah cinta pertamanya itu.
"Tembem, gak macung, gak tinggi, tapi kalo dia senyum manisnya ngalahin harum manis pasar malem dan mata coklat terangnya itu gue suka." Jawab Leon santai sambil kembali memainkan ponselnya.
"Oh lo demen sama yang kayak gitu, nanti gue bantuin cari." balas Ken sambil manggut-manggut tidak jelas.
"Sayang banget gue gak tau namanya, kalau aja gue sempet nanya pasti gue bakal gampang nyarinya." Sambung Leon.
"Yaudah lah mending kita main sama dede-dede gemes yuk." Ajak Ken asal
"Ogah, dasar pedofil." Balas Leon sukses membuat Ken cemberut.
"Sialan lo." Celetuk Ken
"Kantin aja deh yuk dede laper." Sambung Ken dengan wajah memelas yang dibuat-buat.
"Ayo deh."
-○-
"Lo pesen cepetan." Titah Leon
"Oke! Lo yang bayar." Balas Ken disertai cengirannya.
"Pedofil matre."
"Yaudah iya buruan pesen." Sambung Leon
Saat Leon sedang memperhatikan Ken yang berjalan menjauhi meja, matanya tak sengaja menangkap sebuah objek dimana ia merasa seperti familiar dengan wajah itu. Mirip sekali seperti wajah yang selama ini ia cari-cari, ia memperhatikan gadis itu dengan teliti, saking penasarannya Leon bangun dari mejanya dan berniat untuk melihat lebih dekat tapi..
Brukk
"Aduh lo jalan pakai mata dong! Gak lihat apa gue lagi jalan!" Kesal Leon.
"Sialan udah gue pesenin malah marah-marah." Balas Ken, yap ternyata yang menabraknya adalah Ken dan mengetahui itu Leon makin kesal.
"Eh btw jalan itu pakai kaki loh bukan pakai mata, emang lo udah pernah lihat orang jalan pakai mata?" Sambung Ken.
"Semerdeka lo."
"Tapi Indonesia udah lama merdeka, cuma hati lo aja yang belum merdeka." Celetuk Ken.
"Bacot." Balas Leon.
Saat mata Leon menyusuri kembali dimana gadis itu sayangnya sudah tidak ada.
"Nyari apaan lo?" Tanya Ken sambil melihat kearah yang Leon lihat.
"Janda." Jawab Leon asal.
"Wah gue mesti bilang tante Dinda nih anaknya demen janda, pantes aja gak suka sama dede-dede gemes." Celetuk Ken
Pletak, jawaban Ken sukses mendapat jitakan keras dari Leon.
Mirip banget sama dia, apa gue yang salah liat? Batin Leon.
-○-
Setelah selesai makan Ken dan Leon kembali kekelas untuk pembagian kelas, perkenalan wali kelas dan penyusunan struktur tahun ajaran baru.
"Langsung balik ah gue, lo juga ya! Jangan nyasar kerumah janda." Titah Ken
"Gue mau cari janda muda aja."
"Bagi gue deh kalau yang masih muda." Balas Ken.
"Cari sendiri."
"Ck, pelit banget sama dede sih mas."
"Bodo ah Ken gue mau balik." Jawab Leon sambil tertawa cukup lama bersama Ken dan tak lama langsung bergegas menuju keparkiran.
"Besok mesti gue cari tuh cewek." Gumam Leon sembari melajukan motornya untuk kembali kerumah.