Chereads / Princess Escape / Chapter 21 - Princess Escape - 20

Chapter 21 - Princess Escape - 20

Malam ini, Eva tidak bisa tidur. Ia terus kepikiran tentang ucapan Allan tadi. Dia bisa melihat jika ucapan Allan benar benar tulus, meski setelah itu, kecanggungan melanda mereka. Tidak. Bukan mereka. Melainkan hanya Eva sendiri. Allan masih dengan santai membalas perkataannya tanpa ragu sama sekali.

Sedangkan dirinya?? Oh, ayolah! Siapa yang tidak akan luluh oleh pesona sang Billionaire tertampan sepanjang tahun?? Akan tetapi, rasa meragu masih menghantuinya.

Alasan utamanya, yang pertama. Ia tidak mengenal Allan. Dilihat dari beberapa jenis senjata dan juga perlengkapan ala agent rahasia, Eva masih belum bisa menentukan pekerjaan apa yang Allan kerjakan menggunakan alat alat itu. Kemungkinan terburuknya adalah, Allan bekerja di pasar gelap, alias mafia. Hey, walaupun Eva suka menghayal, membaca buku tentang percintaan seorang mafia, tidak menutup kemungkinan Allan menjadi salah satunya.

Eva menggigit kukunya khawatir. Alasan yang kedua adalah, ia tidak ingin Allan memasuki kehidupannya lebih dalam. Ia tahu, Allan adalah tipikal orang yang tenang. Namun di balik itu semua, masalah yang ada padanya akan beres dalam sekejap mata. Tentu saja Eva khawatir Allan akan melewati batas, dan mengetahui tentang dirinya lebih dalam tanpa seizinnya. Gadis itu tau Allan dapat melakukan apa saja untuk itu. Bahkan, itu pekerjaan mudah untuk pria itu. Buktinya?? Bagaimana ia bisa mengetahui penyamaran Eva selama ini??

Alasan yang ketiga adalah, Allan sulit di jangkau untuk bekerja sama. Ya. Sifat Allan yang keras kepala akan menjadikannya pemimpin hebat yang dominan. Allan lebih suka mendominasi hingga aura mencekam miliknya dapat di rasakan oleh semua orang. Perkataannya tidak akan bisa di bantah jika ia sudah mutlak memutuskan. Hal itu tidak akan berhasil jika bersanding dengan Eva yang juga keras kepala. Allan bisa bertindak semaunya, dengan janji akan melindunginya. Lalu, ia hanya akan duduk santai, seperti orang bodoh menikmati keindahan istana di Amsterdam, sedangkan semua masalah akan di tangani oleh Allan?? Hiiyy! Tidak!! Eva bukanlah wanita dengan tipikal yang seperti itu.

Tunggu?! Mengapa ia membayangkan akan hidup berdua dengan Allan?! Mendadak wajah gadis itu memanas membuatnya mengacak rambut blondenya kesal. Arggg!! Dirinya terlalu berharap. Sedangkan Allan tadi hanya mengatakan akan melakukannya bersama sama. Ingat, bersama sama. Bukan berarti 'bersama sama' itu harus menikah, menjalankan kehidupan sebagai suami istri.

Pffft! Wanita bodoh! Mengapa kau membayangkannya??!! Mengapa pikiran mu sampai sejauh itu?!! Dasar wanita bodoh! Dasar Eva! Dia akan melakukannya bersama mu, di samping mu, menjaga mu sebagai seorang boss dan juga asisten pribadi. Masuk akal! Karena asisten pribadi akan ikuti kemana boss nya pergi.

Eva menghembuskan nafas gusar. Seberapa jauh Allan mempengaruhi pikirannya??

***

New York, US

Luxury's cafe,

10.23 am.

Eva memandang sekeliling. Ia mencari seseorang yang ingin bertemu dengannya hari ini. Tentu saja Jullian. Ketika pesta berakhir malam itu, Jullian mengirim pesan padanya, untuk datang ke cafe ini. Ada suatu hal yang ingin lelaki itu bahas.

Ya. Eva tidak pernah memberikan nomer handphonenya pada pria itu. Entah dari mana lelaki tua itu mendapatkannya. Yang jelas, hal ini membuktikan bahwa pengawasan Jullian terhadapnya begitu ketat, meski bukan di negaranya sendiri.

Tak lama, Eve melirik sebuah meja dengan seorang pria paruh baya yang sedang termenung. Pria yang menggunakan kacamata hitam tidak lain adalah Jullian. Dengan malas, Eva melangkahkan kakinya menuju pria itu.

"Mengapa kau memanggilku?"

Sontak pria paruh baya itu menatap ke arah Eva.

"Duduklah. Pesan apapun yang kau inginkan."

Tak lama, seorang pelayan datang mencatat pesanan.

"One cup of ice americano with strawberry waffle, please." Ucap Jullian tanpa melirik kearah pelayan.

Eva yang melihat suasana sedikit canggung pun agak kikuk.

"Um...satu milkshake strawberry dengan carbonara."

Pelayan mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua dengan kecanggungan. Hening. Eva tidak berani membuka percakapan diluan. Masalahnya, ia juga tidak tau alasan mengapa Jullian ingin bertemu dengannya.

"Pulanglah." Ucap Jullian singkat.

Eva sedikit terkejut.

"Ap-apa?"

Pria paruh baya itu menghembuskan nafasnya pelan.

"Pulanglah, Eva. Ibu sedang menunggumu dirumah."

"Apa hanya karena itu Vader memintaku untuk kembali??"

Pandangan Jullian langsung teralihkan ke Eva. Ia menggeleng kecil.

"Kau tak mengerti, Eva."

"Hah, bagian apa yang tidak ku mengerti, Vader?" Balas gadis itu sarkas memutarkan kedua bola matanya sedikit kesal.

"Kau tau alasan aku tidak mencarimu 3 tahun lalu?? Kau tau alasan mengapa kau kabur saat itu?? Apa kau tau?? Tidak. Kau masih menjadi putriku yang ceroboh."

Eva mendengus.

"Sekarang katakan semua alasan itu."

Jullian menghela nafas sejenak.

"Jika kau ingin tau dengan siapa kau di jodohkan saat itu, apa kau mempercayaiku??"

Gadis itu mengangkat kedua bahunya acuh.

"Tergantung."

"Baiklah. Percaya atau tidak, itu adalah keputusanmu. Pria itu adalah—"

"Hei. Maaf aku terlambat!"

Suara maskulin yang begitu familiar di telinga Eva membuat gadis itu menoleh dengan cepat.

"Al-Allan?"

Allan menampilkan senyum manisnya sambil menatap dalam ke arah Jullian.

"Ah! Maafkan aku, Mr. Stefangush. Aku telat datang karena aku ada sedikit kendala tadi. Aku di sini untuk menepati undangan mu."

Jullian balik menatap Allan dengan penuh selidik. Tak lama setelah itu, ia menunduk, menutup mata sambil menghembuskan nafas kasar.

"Duduklah, Allan. Senang melihatmu datang memenuhi undangan tidak resmi dariku ini."

-PrincessEscape-

——————————————————

-Who are you?-

——————————————————

I HOPE YOU LIKE IT!!

Thank you for always suport me!!

See you in next chapter!!

XoXo!

@deerouxx

@FranklinPrincess

Inst : @Qiqi_rz