New York City, US
Berg International Building,
"Sir, kita akan mengadakan meeting, satu jam lagi. Apakah ada permintaan lain??"
Allan memijit keningnya penat.
"Tidak ada. Kau boleh keluar."
"Tapi, Sir. Anda belum makan siang—"
"Jangan khawatir. Aku baik baik saja. Setelah meeting nanti, aku akan pergi makan."
Leo mengangguk pelan, walau hatinya mengatakan hal sebaliknya. Ia ragu Allan akan ingat untuk makan siang. Pekerjaan pria itu menjadi padat setelah kepergian Eva, putri dari Jullian itu.
Dan mengapa Leo mengetahui hal itu?? Karena Leo adalah salah satu orang kepercayaan Allan. Semua orang yang sudah Allan percayai akan tahu tentang hal itu.
Pada akhirnya, Leo menyerah. Ia berbalik, berjalan meninggalkan ruangan Allan.
Kembali lagi kepada Allan,
Lelaki itu sudah dua kali menghembuskan nafas gusar. Lirikan mata tajam itu menatap tumpukan berkas berkas yang menunggu untuk di periksa, serta di setujui.
Belum lagi, tentang Eva. Semenjak gadis itu memutuskan pulang ke negaranya, Allan tampak tak rela. Namun saat itu, lagi lagi logika mengalahkan perasaan. Seperti kata Jullian, ia tak bisa ada untuk Eva selama 24 jam penuh, sedangkan dirinya bukanlah siapa siapa.
Ia tahu bahwa dirinya telah jatuh, jauh sebelum ia membongkar identitas Eva. Sejujurnya, hal yang membuatnya frustasi adalah perasaannya. Ia tak ingin Eva pergi. Semenjak gadis itu berada di sisinya, Allan seolah olah mendapatkan semangat untuk menjalani hidup.
Lihatlah. Sangking semangatnya, ia benar benar telah melalaikan tugas perusahaannya. Dirinya kembali sadar, ketika Eva pergi meninggalkannya.
Suara dering telepon membuyarkan lamunannya. Tertera di layar handphonenya, 'Damian'.
"Mengapa kau menelepon??"
"Selalu seperti itu! Tidak bisakah kau menanyai kabarku terlebih dahulu?!"
"Aku tidak perlu berbasa basi denganmu." Balas Allan datar, membuat si penelepon mendecak kesal.
"Entah kutukan apa yang aku dapatkan sehingga mendapatkan tugas yang sama denganmu."
"Katakan, atau aku akan menembak mulutmu sekarang juga."
"Ck! Baiklah baiklah! Orang yang kau cari, berada di Yunani. Itu adalah tempat terakhir aku melacaknya. Sebaiknya kau bergerak cepat. Aku muak menunda nunda pekerjaan ini!!"
Allan memutar kedua bola matanya malas.
"Hell! Aku juga tidak ingin satu tim denganmu, Lizard. Lalu, apalagi yang kau dapatkan??"
"Jangan mengumpatiku, bastard! Ah, dia sempat singgah di beberapa tempat, dengan beberapa pihak yang ikut terkait. Ku rasa, kau perlu memberitahu Jullian tentang hal ini."
"Siapa kau, berani memutuskan??"
"Salahkan saja aku terus! Ku peringatkan padamu, mereka akan memulainya. Semua rencana sudah mereka susun. Tinggal menjalankan saja. Kurasa, hal itu akan terjadi, bertepatan dengan tanggal dimana sayembara akan di lakukan."
Allan terdiam. Ia sudah menduga hal ini sebelumnya. Hembusan nafas lelah keluar dari bibirnya.
"Tunggu perintah ku selanjutnya. Tetap awasi mereka. Bila perlu, bobol seluruh keamanan canggih milik mereka."
"Jika aku dapat melakukan hal yang kau sebutkan tadi, apa imbalannya??"
"Dasar tidak tau diri! Baiklah! Untukmu, teman miskin ku, akan aku berikan kau tiket honeymoon untuk istrimu. Ke Bali, lengkap dengan resort mewah, serta kendaraan pribadi."
"Ah!! Kau sangat tau apa yang aku butuhkan, Brother!! Ekhem... kalau kau tidak keberatan, bagaimana jika di tambah dengan mobil sport—"
"Terserah! Katakan saja hal itu pada Leo!"
"Hahaha!! Ok. Jika begini terus, aku dengan semangat akan terus membantumu!! See ya brother!"
Pip!
Ah...jika begini, pekerjaannya akan semakin bertambah. Di sela sela urusan perusahaan, ia juga harus pandai mengatur waktu agar dapat menyusun rencana segera.
Tentu saja hal itu akan sangat menguras energi! Ia harus memikirkan rencana A, mencadangkan rencana B bila rencana A gagal. Begitu seterusnya. Rencana C, D, E. Di perlukan ketelitian khusus untuk mencapai keberhasilan maksimal.
Namun jika semua rencanya itu tidak teliti di jalankan?? Kembali lagi ke pasal pertama. Rencana cadangan.
Allan mengurut lehernya frustasi. Sebaiknya, hal apa dulu yang harus ia lakukan?? Orang yang sedang dirinya incar berada di Yunani. Hal pertama yang harus ia lakukan adalah mengumpulkan anggota team-nya, lalu menyusul target ke Yunani.
Ya. Allan harus melakukannya sesegera mungkin, sebelum sang target menugaskan banyak orang terlatih.
"Hei, Roxy."
'Hallo, Mr. Bergin. How are you?'
"Aku baik baik saja. Bagaimana dengan jadwalku kedepannya??"
'Well, Sir. Karena Anda telah melewatkan urusan perusahaan selama 5 hari, maka jadwal Anda untuk kedepannya sangat padat. Di mulai untuk besok, jam 8 pagi, Anda harus mensurvei tempat, dengan perusahaan Coln, jam 1 siang, di lanjutkan meeting, lalu di jam 3 sore, Anda harus mengirimkan persetujuan Anda kepada lima perusahaan terkait.'
Mendengar penuturan Roxy, Allan mendecak kesal.
"Bagaimana dengan Damian??"
'Damian Nichol. Apa yang ingin Anda ketahui tentangnya?'
"Keberadaannya, saat ini."
'Mencari.....'
...
...
'Damian Nichol, sedang dalam perjalanan menuju negara Yunani, tepatnya menuju kota Nafplio. Beliau berangkat dari Jepang, 9 jam yang lalu menggunakan pesawat pribadi.'
Allan mengangguk pelan.
"Baiklah. Bagaimana dengan Finn, dan Stacey??"
'Mencari...'
...
...
'Stacey Harlin saat ini berada di kediamannya, kota Los Angeles, Sir. Finnes Tyller sedang berada di salah satu club terkenal, di Indonesia.'
"Hubungi mereka. Temui aku di Nafplio, dua hari lagi. Tolong kau jadwalkan ulang pekerjaanku."
'Baik, Sir. Saya akan mengubungi mereka...Maaf, Sir. Mengenai jadwal Anda, Saya tidak bisa menunda kembali pertemuan penting dengan beberapa perusahaan, Sir. Sebab Anda telah menundanya selama beberapa hari dari yang telah di jadwalkan sebelumnya.'
"Ck. Kalau begitu, minta Leo mengambil alih. Sampaikan permintaan maafku kepada perusahaan tersebut karena aku tidak dapat hadir."
'Perintah di terima.'
-PrincessEscape-
——————————————————
-I don't know how, but I'm officially stuck with you-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz