Chereads / Princess Escape / Chapter 27 - Princess Escape - 26

Chapter 27 - Princess Escape - 26

New York, US

Berg International building,

07.23

"Sir, apakah Anda akan berangkat ke Yunani, hari ini??"

Fokus Allan yang tadi sedang memandang layar komputer teralihkan ke arah Leo. Pria itu tampak menyedihkan. Dengan kedua kantung mata, serta pancaran wajah lelah.

Tentu saja. Allan mengerjakan seluruh berkas yang menumpuk dalam waktu sehari. Hal itu mengurangi waktu istirahatnya. Belum lagi dengan meeting, janji, serta survei dari perusahaan lainnya.

Namun, Leo tak dapat memungkiri, jika keadaan menyedihkan sang majikan ini berawal dari kepergian putri bangsawan itu, Eva. Entahlah. Leo tidak ingin lancang menyimpulkan. Bisa bisa, kepalanya hilang di buat Allan.

Tidak sengaja, Leo meringis pelan membayangkannya. Ringisan Leo mengundang Allan untuk kembali menatap padanya.

"Mengapa kau meringis??" Tekan Allan, membuat Leo tersentak kaget.

"Um.. tidak, Tuan. Anu..."

Allan mengusap wajahnya kasar.

"Aku tau penampilanku begitu buruk. Seharusnya kau tidak perlu memperjelas hal itu."

Tak lama setelah itu, Allan menyusun beberapa berkas, membaginya menjadi dua.

"Berkas ini sudah selesai. Kau bisa membedakannya?? Tumpukan ini tentang kontrak perjanjian yang telah aku sepakati. Sedangkan tumpukan yang ini, merupakan berkas berkas yang harus aku pertimbangkan ulang. Namun, beberapa dari berkas ini tidak aku tandatangani karena kami, secara langsung belum berunding. Selanjutnya..kau yang akan meneruskan. Apa kau paham??"

Penjelasan dari Allan sukses membuat Leo membulatkan kedua bola matanya.

"Mak-maksud Anda...sa-saya yang akan mengantikan posisi Anda sementara??"

"Ya. Setelah aku kembali, kau dapat meminta apapun padaku. Tapi ingat baik baik. Aku hanya akan menerima beres serta bersih. Mengerti??" Ucap Allan tegas dengan sorot mata mengancam.

Allan menepuk bahu Leo pelan sebelum melangkahkan kakinya menuju lift. Dengan gayanya yang berwibawa, Allan melangkahkan kakinya, tanpa mempedulikan pandangan orang lain. Meskipun penampilannya cukup berantakan, ia masih saja di kagumi karena wajahnya yang tampan.

Yah, setidaknya Eva belum melihat mukanya yang kacau ini.

Dan...

Panjang umur. Nomor ponsel milik Eva yang sebelumnya sudah Allan simpan terpampang di layar handphonenya. Eva meneleponnya??

"Apa kau merindukanku?" Goda Allan pada Eva melalui handphonenya. Membayangkan wajah Eva yang akan berubah menjadi kesal membuat Allan begitu bersemangat.

"..."

Namun, tiba tiba raut wajahnya berubah menjadi heran.

"Apa yang sedang kau bicarakan??"

"..."

"Apa kau yakin??"

"..."

Selanjutnya, dengan senyum miring serta raut wajah bahagia, Allan menjawab.

"Dengan senang hati, my lady."

***

"Pesawat Anda telah siap, Sir."

Allan menoleh dan mengangguk kepada sang pilot, Adnan.

"Bagus. Tapi aku harus mengurus sesuatu terlebih dahulu."

Adnan mengerutkan keningnya heran.

"Sir, kami sudah mengecek semuanya. Tidak ada yang salah. Anda hanya tinggal berangkat—"

"Tidak ada yang bisa menghalangiku, bukan?? Ah. Sekedar informasi saja, kita harus terbang ke Amsterdam terlebih dahulu." Ucap Allan dengan senyum miring khas miliknya.

Adnan sontak terkejut. Sebenarnya, dari pada terkejut, ia ingin sekali menggeleng gelengkan kepalanya heran. Apa yang ada di pikiran bos nya ini??

"Jadi, Anda akan mengubah jadwal—"

"Tidak, Adnan. Aku hanya akan menambahkan satu rute perjalanan lagi. Kita hanya singgah di Amsterdam, jangan khawatir. Jika kau lelah, kau bisa berganti tim dengan pilot yang berada di Amsterdam."

Sontak Adnan menunduk hormat.

"Tidak, Sir. Saya akan melakukan perjalanan ini semampu saya."

Allan menganggukkan pelan kepalanya.

"Bagus. Tunggulah sebentar, aku perlu mengurus keberangkatannya."

Sebelumnya...

Dengan penuh keyakinan, akhirnya, Eva memutuskan untuk menghubungi Allan. Hanya dia, satu satunya orang yang bisa Eva mintai tolong saat ini.

Namun, mengapa handphonenya susah untuk di hubungi?? Dengan nekad, Eva berusaha menghubungi Allan terus menerus. Persetan dengan gengsi!

"Apa kau merindukanku??"

Baru saja ingin mengucapkan 'halo', pria itu sudah menyambutnya diluan. Dengan percaya diri, malah menggodanya dengan nada geli. Hal ini membuat Eva memutar kedua bola matanya malas.

"Aku tidak ingin berbasa basi, ada yang ingin aku katakan padamu."

"Apa yang sedang kau bicarakan??"

"Aku tau ini terdengar gila, tapi hei. Bawa aku pergi dari sini! Jullian akan mengundang keluarga Monako untuk menjodohkanku dengan pangeran mereka!! Kau tau, aku akan menjadi gila jika berlama lama disini! Setidaknya bawa aku pergi berlibur untuk beberapa saat!!"

"Apa kau yakin??"

"Ya. Biarkan saja Vader mengundang mereka. Yang jelas, aku harus pergi menghibur diri terlebih dahulu. Masih banyak yang perlu ku cari tahu. Dan kau, aku juga ingin meminta penjelasn dari mu!! Cepatlah jemput aku! Hubungi aku bila kau sudah tiba di sini!"

"Dengan senang hati, my lady."

Eva segera mematikan telepon tersebut. Tak lama, ia mengatur nafasnya mencoba untuk tenang. Tenanglahh... ini keputusan yang tepat.

Eva berlari memasuki walk in closet miliknya, mengambil koper kecil, untuk di isi dengan beberapa pakaian.

"Eva? Kau mau pergi kemana?!"

Eva reflek membalikkan badannya ketika suara itu terlihat panik. Melisa sang ibu menarik koper yang berada di tangan kanan Eva.

"Ib—..ibu?"

"Kau ingin kabur kemana lagi ha?! Tidak cukupkah kau meninggalkanku selama 3 tahun ini??" Ucap Melisa dengan mata yang berkaca kaca.

Sedangkan Eva terlihat gegelapan untuk menenangkan ibunya.

"Ibu. Aku hanya ingin pergi berlibur. Mengapa kau begitu histeris??" Tanya Eva santai, berusaha menenangkan Melisa.

"Be,benarkah??"

"Um..ya. Aku...aku ingin berlibur..ke...Yunani!! Ya! Yunani!"

Melisa mengenggam kedua tangan Eva.

"Untuk apa kau berlibur kesana?? Tidak puaskah kau pergi 3 tahun lalu."

"Ayolah, ibu. 3 tahun lalu fokusku hanyalah membangun sebuah usaha milikku sendiri. Kali ini, aku akan benar benar pergi untuk liburan."

Namun, tatapan Melisa menajam.

"Apa kau yakin?? Bagaimana jika kau ingin berlibur karena suatu alasan??"

"Fine! Vader ingin mengundang keluarga kerajaan Monako untuk menikahkanku dengan Idris. Ibu, kau tau, aku ingin mencari laki laki yang tulus mencintaiku, sama seperti dongeng waktu kecil yang pernah kau ceritakan padaku. Bukan pernikahan politik." Keluh Eva.

Melisa menghembuskan nafasnya lelah.

"Kau tidak mengerti bagaimana situasi saat ini. Kau hanya—"

"Kalau aku tidak mengerti, mengapa kau tidak menjelaskannya padaku?? Ibu, aku tau kau dan Vader menyembunyikan sesuatu di belakangku."

Diam. Melisa menatap Eva dengan sendu, sedangkan Eva tetap dengan tatapan tajamnya.

"Pergilah. Tenangkan dirimu."

Kedua bola mata milik Eva sontak membukat. Ibunya....hanya karena rahasia itu...sang ibu membiarkannya pergi??

Ia mendengus kesal.

"Ibu tetaplah disini. Kau boleh memberitahukan Vader kemana aku pergi, nanti. Tapi jangan lupa katakan padanya, bahwa ia tidak berhak untuk memaksaku pulang sebelum menceritakan apa yang terjadi sebenarnya!"

Setelah mengatakan kalimat itu, Eva keluar dari walk in closet, meninggalkan Melisa sendirian disana. Masa bodoh dengan semua rahasia itu!! Ia sudah tidak bisa menunggu lagi!! Cepat atau lambat, tepat atau tidak, ia harus mencari tahu!

-PrincessEscape-

——————————————————

-Let's begin!-

——————————————————

I HOPE YOU LIKE IT!!

Thank you for always suport me!!

See you in next chapter!!

XoXo!

@deerouxx

@FranklinPrincess

Inst : @Qiqi_rz