Chapter 8 - 08

"LINGGGAAAAAAA!!!!!"

Permainan berhenti seketika. Tatkala, Untung yang tengah memegang bola basket mendadak diam, saat mendengar teriakan melengking barusan.

"TUNG! OPER BOLANYA! KENAPA BERHENTI SIH!" teriak Padu.

Kini, mereka sedang pelajaran Olahraga. Lingga Cs dan teman kelas yang lain tengah bermain bola basket.

"Itu cewek dari tadi teriak mulu! Nggak putus urat lehernya apa yak?!" kata Untung, heran. Sambil berjalan mendekati Padu yang sudah berkacak pinggang, dengan membawa bola yang diapitkan antara lengan dan pinggangnya.

Padu menyungakkan kepalanya ke atas dan mengarahkan pandangan mata ke lantai dua. Tepat di mana keberadaan cewek yang sejak tadi terus-terusan memanggil nama, temannya.

"Itu temennya si Rintintin tuh!" seru Kaming yang kini ikut bergabung.

Menang, menyambung. "WOY! NGAPE LO PADA BEREMBUK BAE! ARISAN LO! LANJUT MAEN!" teriak Menang yang sedang duduk bersila di pinggir lapangan sambil mengunyah ciki kentang yang di beri oleh, Banana.

Banana, memberikan ciki kentang itu kepada Menang bukan tanpa alasan. Karena, tadi pagi Menang membantu Banana yang telat masuk sekolah dengan menyuruh anak Osis untuk membukakan gerbang. Dengan ancaman, akan di jahili terus tiap hari. Kebetulan anak Osis yang berjaga tadi pagi adalah juniornya yang menurut Menang masih piyik!

"BERISIK LO GENTONG!" timbal Untung.

Menang, yang tidak terima di kata begitu oleh Untung pun berdiri dengan cepat, lalu berjalan menghampiri temannya yang kini berada di tengah lapangan basket. Dengan langkah besar.

"Ngomong ape lo, Tung!" pelotot Menang dengan berkacak pinggang.

"GENTONG!"

Menang pun makin melototkan matanya, Untung pun tidak mau kalah. "APE LO!"

Padu, menengahi. "Udah!" kata Padu sambil menggerakkan tangan kanan seolah memotong.

Lingga yang barusaja usai meneguk air minum, kembali memasuki lapangan.

"Ngapain sih lu pada! Siniin bolanya!" kata Lingga, kemudian mengambil alih bola yang di pegang oleh Untung. Cowok itu pun mendribble bola dan menyuruh semuanya melanjutkan permainan.

Semuanya pun melihat Lingga yang kini memainkan bola, menunggu semua kembali bergerak.

"AYO LANJUT MAEN!"

Menang, yang tidak ada urusan sama sekali, kembali ke posisi awal. Menjadi penonton hore.

Sambil memasukan makanan ke dalam mulutnya Menang berteriak, "HEH! AYO LANJUT MAEN! MASIH AJA ARISAN LO!"

Untung, Padu, dan Kaming, menurut. Mereka bertiga pun kembali mengambil posisi masing-masing.

Lingga, langsung mengoper bola ke Padu. Padu, langsung mendribble dan mencoba untuk mengoper kepada yang lain. Di sela-sela bermain, Untung berkata pada Lingga yang fokus melihat ke arah bola yang di oper ke sana ke mari, hingga kembali berada di tangannya sampai ia mencetakan sebuah angka untuk tim-nya.

"GA, ITU KENAPE SIH TEMENNYA SI RINTINTIN. MANGGIL-MANGGIL NAMA LO MULU?"

Lingga, menoleh sebentar. "Mana gue tahu!"

Padu, yang mendengar percakapan itu menyambung, "Sahutin kek, Ga. Biar tuh cewek nggak lagi manggilin nama lo. Kasihan, dari tadi nggak berhenti-berhenti! Sesek napas gue dengernya, terus!"

"Biar aja. Entar, capek sendiri!" jawab Lingga. Lalu, cowok itu menerima operan bola dari Kaming. Kembali mencetakkan sebuah angka lagi untuk tim-nya dengan gaya lay up.

"ISTIRAHAT DULU CAPEK GUE!" teriak Untung kepada teman-temannya.

Kaming menimpal, "AH! ENGGAK ASIK LO, TUNG! BARU JUGA GUE MAEN!" katanya agak sebal. Namun, Untung tak mempedulikan. Cowok itu terus saja berjalan menjauhi teman-temannya.

"Udahlah, break dulu!" sahut yang lainnya. Kaming, mendengus sebal. Padahal, belum sampai lima menit ia main, semua pada bubar. Kan, bangkek benar! Kecewa kribo!

Untung, yang sudah berada di pinggir lapangan sambil membuka tutup botol air minum menimpali, "GUE CAPEK MAU GIMANA LAGI! MAU LO TANGGUNG JAWAB, KALO GUE PINGSAN!"

"DIH, OGAH!" jawab Kaming.

Bola berhenti di tangan Padu. Semua teman yang lain juga ikutan istirahat sama seperti Untung. Tersisalah di lapangan Kaming, Lingga, dan Padu.

"Kenapa pada berhenti semua sih!" kata Lingga. Lalu, menyuruh Padu untuk mengoper bolanya. "Siniin, Du!"

"LINGGGAAAAA!! LIAT SINI DONG!!"

Deg.

Suara itu kembali membuat semua yang ada di lapangan menoleh ke arahnya lagi, kecuali sang empu yang sejak tadi di panggil. Pura-pura budek aja! Pikir, Lingga.

"Siape sih namenye?" kata Menang. Namun, tidak ada yang menjawab.

Padu, mengoper. Lalu, Lingga kembali bermain sendirian. Sedangkan, yang lain istirahat di pinggir lapangan. Ada yang duduk lesehan memanjangkan kakinya sambil minum, ada juga yang duduk lesehan memanjangkan kaki sambil kipasan dengan mengibas-ngibaskan kaos olahraganya sendiri, dan ada juga yang langsung pergi ke kantin beli minum.

Padu berkata, "Suka sama lo kali, Ga? Tuh cewek!"

Lingga, diam saja. Bodo! Padu hanya menatap Lingga, heran.

Untung menimpal, "CEWEK JAMAN SEKARANG KEK UDAH PUTUS URAT MALU YAK? NGGAK ADA JAIM-JAIMNYA!"

"Tapi, yang begitu langkah, Tung!" timpal Kaming.

Kemudian, Kaming pun ikut bersila di sebelah Menang. Tanpa ijin dari Menang, cowok berkulit eksotis itu mengunyah ciki kentang yang di pegang, Menang. Kaming yang sadar akan tatapan tidak suka dari temannya itu berkata, "Bagwii dikwiit, Nang!" katanya sambil mengunyah.

"SEKATE-KATE LO! MAEN NYOMOT AJE!"

"BAH! DIKIT DOANG NAPE SIH! CIKI JUGA DI KASIH INI! BUKAN BELI SENDIRI!"

"KURANG ASEM LO!"

Suara teriakan melengking itu kembali menyeruakkan telinga. Sontak semua melihat ke arah asal suara tersebut.

"LINGGGAAAAAA!!!!! DARI TADI DI PANGGILIN KOK NGGAK DI NOTICE-NOTICE SIH! LAGI NGGAK SAKIT GENDANG TELINGA KAN??! ATAU MAU DI INJEK LAGI KAKINYA, BIAR NGOMONG??!!" teriaknya kuat dari lantai dua.

Tak peduli dengan tatapan aneh teman-temannya. Terlebih, temannya yang sejak tadi ada di dekatnya. Duduk menyenderkan punggung pada tembok pembatas, sambil bermain handphone.

"SUMPAH YA, KIL. LO KAGAK MALU APA DI LIATIN SAMA YANG LAEN, BENER-BENER UDAH KE SAMBET LO KAYAKNYA!" kata, Rintintin yang duduk memanjangkan kaki sambil menyungakkan kepala melihat wajah temannya yang lagi mabuk asmara itu, Kilau Cahaya.

"TAHU NIH! KESAMBET APAAN SIH LO SUKA SAMA LINGGA!" sambung Cantik yang melakukan hal serupa seperti, Rintintin. Duduk memanjangkan kaki sambil menyenderkan punggung ke tembok pembatas. Menyungakkan kepalanya, melihat wajah, Kilau Cahaya.

Namun, sang empu bernama Kilau itu tidak peduli. "BIARIN AJA SIH. INI USAHA GUE, SUPAYA DI NOTICE!" jawab Kilau.

"SINTING! MALU IYA!" kata, Rintintin.

"LO YANG BERULAH, KITANYA YANG MALU, KIL!" sambung Cantik.

Rintintin setuju pada ucapan si Cantik Farasya. "Bener, tuh!" sambung  Rintintin.

Kilau Cahaya, tetap tidak peduli.

"LINGGAAAA!!! AYO NOTICE DONG!!! GUE NGGAK AKAN BERHENTI TERIAK NIH. SAMPAI LO LIAT KE SINI!!!!" teriaknya lagi.

Semua yang melihat kelakuan cewek itu geleng-geleng. Cantik tapi bobrok!

"WADUH! TUH CEWEK KESAMBET APAAN SIH! DARI TADI KERJAANNYE TERIAK MULU! HUTAN KALI NIH SEKOLAH, DIE PIKIR!" kata Menang, sambil menyungakkan kepala ke lantai dua. Kemudian, lanjut mengunyah.

"SI LINGGA JUGA, BUKANNYA NYAHUTIN!" sambung, Kaming sambil mencomot kembali ciki kentang dari tangan, Menang.

Lingga yang sedang bermain sendirian di lapangan pura-pura tidak mendengar saja. Sibuk dengan aksi dan permainannya sendiri.

"NAKSIR TUH SAMA LINGGA!" kata Padu yang berdiri di hadapan mereka, kemudian meneguk air minum.

"Itu kan temennya si Rintintin tuh, satu kelas ama tuh klakson becak," kata Kaming. Semua menoleh melihatnya. Kaming, mengangguk. "Sama Pop ice juga tuh sekelas!" sambung Kaming.

"OH PANTES!" sambar Untung. "SEBELAS DUA BELASLAH! SAMA-SAMA MULUT GEDE!"

Menang, mengangguk pula. "Hoho! Yang satu mulutnya macem soundsalon! Yang satu mirip Toa masjid! Yang ini macem knalpot motor! Cempreng amat!" kata Menang.

"Kurang satu!" sambar Padu. Semua menunggu ucapannya lagi. "Yang satunya lagi macem kucing kejepit pintu!"

"Siape yang lo maksud?" kata Untung.

Padu menjawab, "Si pendek, Cantik Farasya!" jawabnya lalu bergedik seolah berkata, "Eow!"

"LINGGGGAAAA!!"

"Bah, itukah anak Ipa????" kata Untung, aneh.

Lingga, makin lama-makin pening. Sejak awal bermain basket, cewek pemilik nama Kilau itu meneriaki namanya terus. Tidak ada capek-capeknya. Sejak tadi di kacangi, tidak ada kata nyerah! Karena, pening. Akhirnya, Lingga pun memilih untuk berhenti bermain bola dan ia pun berjalan ke pinggir lapangan, dengan bola yang ia apitkan di antara lengan dan pinggangnya.

Kilau yang melihat Lingga berhenti bermain melototkan matanya. "LINGGAAA KOK BERHENTI MAINNYA!!!! LINGGAAAAA!!! GUE MASIH MAU LIAT LO MAIN BASKET!! BUAT CUCI MATAAAA!" teriak Kilau.

Untung menggeleng-gelengkan kepalanya. "GILA TUH CEWEK! SUARANYA, BAH! NYARING AMET!" kata Untung, heran.

Lingga hanya diam mendengarkan saja, sambil menenguk air minum lagi.

"GA! LO ADA APAAN SIH SAMA TUH CEWEK?" kata Menang.

Lingga, hampir saja tersedak. Mendengar perkataan Menang dan perkataan itu langsung membuat dirinya memasang ekspresi tidak suka. Sangat tidak suka!

"APAAN! ENGGAK ADA!"

Untung menyambung, "JANGAN-JANGAN BENER TUH KATA PADU. TUH CEWEK NAKSIR AMA LO, GA!"

"Gue nggak peduli!" jawab Lingga ketus.

"BUSET!" sambar Menang. "KENAPE LO NGGAK SUKA AMAT KEK NYA SAMA TUH CEWEK?"

"Emang iya," jawab Lingga lagi.

"LINGGAAAAA!!!!!" teriak Kilau sambil melambai-lambaikan tangan.

Semua kaget. Ketika, menyadari jika cewek yang sejak tadi teriak dari lantai dua, kini sudah berlari memasuki lapangan basket.

Lingga, kembali tersedak. Saat, melihat Kilau yang kini mendekat ke arahnya. Hilangnya citra ke cool - lan. Karena, kini dirinya terbatuk-batuk hebat sampai merunduk-runduk bak banteng.

"LINGGA!"

Kilau datang bersama dengan senyum manis yang katanya semanis gulali.

"Hai," sapa Kilau dengan sangat amat ramah.

Semua masih dalam mood kaget dan penasaran juga apa yang akan di lakukan cewek itu.

Lingga, berdecak kesal. Memicingkan matanya tajam. Jelas, terlihat ekspresi tidak suka pada Kilau.

"Mau ngapain lo?!" kata Lingga, galak.  Kini, cowok itu sudah berdiri tegap.

Menang menimpal membuat semua menoleh ke arahnya. Lingga, juga. "BUSET! GALAK AMET LO, GA. SAMA CEWEK?!" timpal si Menang.

"DIEM LO!" sambar Lingga.

"GUE YAKIN SERATUS PERSEN. JANGAN-JANGAN NIH CEWEK YANG NGASIH LO SURAT CINTA ITU KAN?!" kata Padu. Membuat semua kaget.

"OO. PANTESAN! JADI, NIH CEWEK TERSANGKANYA?!" kata Untung heboh. "ASTOTENG, LINGGA ADA GEBETAN NIH YEE!"

Lingga jelas tidak suka dengan ucapan si Untung. "APAAN! GUE NGGAK SUKA SAMA NIH CEWEK! TERLALU SINTING!"

"EH BUSET! JAHAT AMAT MULUT LO, GA!" timpal Menang.

Lingga, menjawab, "Emang iya!" Kemudian, ia pergi dari sana. Pusing, melihat kehadiran, Kilau.

Padu menerima operan bola dari Lingga. Semua bertanya mau ke mana, namun Lingga diam saja.

"LINGGA!!! MAU KE MANA??" teriak Kilau.

Lingga, tidak peduli. Cowok itu terus saja berjalan, tanpa menoleh sedikitpun.

"WOY LINGGA DI TANYAIN TUH!" teriak teman-temannya.

"LINGGAAA!! IKUTTT!!"

Citt!

Lingga, mendadak mengerem. Saat, Kilau berteriak, demikian.

"LINGGGAAA!!! IKUT YA?! PASTI MAU KE KANTIN KAN??"

"Enggak!" jawab Lingga, dengan ekspresi datar. Serata tembok.

"IH! JANGAN DINGIN GITU DONG LIATNYA!" kata Kilau yang kini sudah berdiri menghalangi jalan, Lingga.

"Minggir!" jawab Lingga dengan ketus dan amat galak.

Semua teman Lingga, hanya menjadi penonton. Serasa melihat drama korea.

"ENGGAK! JAWAB DULU, MAU KE KANTIN YA? IKUT!"

Dengan beraninya Kilau, menggandeng lengan kiri Lingga begitu saja. Lingga, kesal. Reflek menjauhkan dirinya dari Kilau. Hingga, Kilau sedikit terdorong ke samping.

"Jangan pegang-pegang, gue!" kata Lingga, marah.

Kilau, cemberut. "Ih! Jangan marah dong!"

"GUE NGGAK SUKA! LO PERGI SANA!" usir Lingga. Kemudian, memilih berjalan kembali dengan langkah lebar.

Kilau tidak mau Lingga pergi meninggalkannya. Dengan gerakkan cepat, Kilau menarik kerah belakang baju Olahraga Lingga. Hingga, membuat cowok itu kembali termundur ke belakang.

Set!

Lingga, kaget. Lehernya sakit karena tarikkan itu, seolah di cekik oleh Kilau dengan kuat. Lingga pun yang kesal segera menjauhkan tangan cewek itu dari bajunya.

"LEPAS!" Marahnya. "LO MAU GUE MATI?!" Pelotot Lingga.

Kilau dengan cepat, geleng-geleng kepala ke kanan dan ke kiri, tanda tidak. "Ya enggaklah!"

Lingga, mendengus sebal. "PERGI SANA! JANGAN GANGGU GUE!"

Setelah berkata demikian, Lingga kembali melanjutkan langkah kakinya yang tadi tertunda.

Kilau, tidak berhenti sampai disitu. Cewek itu kembali mengejar Lingga dan lagi-lagi menghalangi jalan cowok itu. Melentangkan kedua tangannya ke udara.

Citt!

Lingga pun kembali mengerem mendadak. Di lihatnya dengan tatapan kesal ke cewek itu. Ingin rasanya di telan. Tapi, dia manusia, bukan hewan pemakan segala.

Lingga mengusap kasar wajahnya dan menghela napas. "MINGGIR!"

Kilau menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tanda jawaban tidak.

"JAWAB DULU, MAU KE KANTIN KAN? IKUT! BIAR NANTI KILAU YANG TRAKTIR, OKE!"

"GUE NGGAK KE KANTIN!"

Kilau segera bergeser ke kanan dengan kedua tangan yang masih terlentang di udara, saat Lingga mencoba untuk lewat.

"Minggir!"

"BOHONG!"

"MINGGIR!

"ENGGAK!"

"MINGGIR!"

"IKUT!"

Lingga, menahan emosinya. Urat lehernya pun kini tercetak jelas.

"GUE BILANG MINGGIR TUH MINGGIR!"

Kilau kembali menggeserkan dirinya ke kiri, mengikuti pergerakkan Lingga. Menggeserkan lagi dirinya ke kanan, mengikuti pergerakkan Lingga.

"IKUT! KILAU MAU IKUT!" kata Kilau menghalangi Lingga.

"MINGGIR! LO NGGAK NGERTI BAHASA MANUSIA YA?! ATAU LO INI JELMAAN KERA!"

Kilau, cemberut. Keningnya, mengerut. Kedua tangan yang tadi terlentang di udara turun, berubah bersila di depan dada.

"Lo ngatain gue kera gitu?!" kata Kilau tidak suka.

Lingga, tersenyum miring. "IYA! HABISNYA LO DI BILANGIN DARI TADI NGGAK NGERTI-NGERTI. GUE PIKIR LO TUH KERA YANG NGGAK NGERTI BAHASA MANUSIA."

"KALO GUE KERA. BERARTI LINGGA APA?? KERA JUGA DONG!"

Lingga, kaget. Semua yang menjadi penonton tertawa mendengar perkataan Kilau.

"KALO GUE KERA BERARTI LO JUGA KERA. KARENA, KITA KAN BENTUKKANNYA SAMA!"

"GUE SAMA ELO TUH BEDA! GUE WARAS DAN ELO ENGGAK! MINGGIR!"

Kilau, mendengus sebal. "GUE CUMA MAU IKUT KE KANTIN DOANG KOK!"

"GUE MAU KE TOILET, BUKAN KE KANTIN!"

Kilau nampak menimang-nimang.

"MINGGIR ATAU GUE SERET LO, SUPAYA MINGGIR!"

"YAUDAH NGGAK PA-PA. GUE TEMENIN KE TOILET!"

Padu Cs, tersentak kaget. Mereka yang sejak tadi jadi pentonton di bikin kaget sekaligus ngakak.

"YA GILA TUH CEWEK! MASA MAU NEMENIN LINGGA KE TOILET!" kata Untung.

Lingga menjawab dengan galak, "EMANG NGGAK ADA URAT MALU LAGI LO! GUE MAU KE TOILET LO MAU IKUT! SINTING, EMANG!"

"ENGGAK! KALO GUE SINTING, NGGAK MUNGKIN SEKOLAH DI SINI!"

"HARUSNYA LO DI RUMAH SAKIT JIWA, BUKAN DI SINI. SALAH TEMPAT LO!"

Kilau berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya sekali. "JAHAT BANGET SIH, GA!"

"PEDULI ENGGAK!"

"EH!"

Kilau, terkejut. Ketika, tangannya di tarik begitu saja oleh seseorang dari samping.

Set!

"KIL!! AYO PERGI DARI SINI!! ENGGAK MALU APA! LO TUH UDAH JADI ARTIS DADAKAN SEJAK TADI!"

"NOH DILIATIN SAMA ORANG-ORANG! MALU, KIL. MALU!!"

Ternyata, itu teman-temannya. Rintintin dan Cantik. Rintintin lah sang empu yang menarik tangan Kilau, tiba-tiba.

Lingga jadi bernapas lega dan cowok itu pun mendapatkan celah untuk lewat.

Kilau, melotot kaget. Melihat, Lingga kini berjalan menjauh. Ia pun berusaha memberontak bak ulat bulu, agar terlepas dari pegangan Rintintin dan Cantik yang telah menahan kedua tangannya.

"LEPASIN GUE KENAPA!"

"ENGGAK! AYO KITA BALIK KE KELAS!" kata Rintintin, lalu menarik paksa, Kilau. Sedangkan, Cantik mendorong punggung Kilau dari belakang. Seperti mendorong sebuah gerobak.

"LINGGGA!!!! IH JANGAN PERGI DONG!!!"

Lingga bergumam, "Cewek sinting!"

"WOY RINTINTIN! IKET SEKALIAN TUH TEMEN LO BIAR NGGAK LEPAS!" teriak Untung.

Menang menyambung, "SEKALIAN LAKBAN TUH MULUTNYA, CEMPRENG AMAT KEK KNALPOT MOTOR!"

"DIEM LO GENTONG BUNTUNG!" jawab Rintintin dan Cantik, Kompak.

"SIALAN!" kompak Menang dan Untung, tidak terima.

Padu menimpal, "WOY PENDEK! LAIN KALI KALO MAU TINGGI MINUM SUSU BONETO!"

"KURANG AJAR LO! GUE NGGAK NGUSIK LO YA, JELEK!" jawab Cantik yang kini berhenti mendorong-dorong, Kilau.

"GANTI DULU HELM GUE YANG PECAH GARA-GARA LO JATUHIN PAS DI PARKIRAN!"

"ITU BUKAN GUE YANG JATOHIN, JELEK! SALAH SIAPA YANG NABRAK GUE, BUTA LO MATA LO! AMPE NABRAK ORANG!"

"WAH, DASAR NGGAK ADA TANGGUNG JAWAB LO, PENDEK!"

"DIEM YA! MULUT LO MAU GUE ULEKKIN PAKE CABE KILOAN BUSUK!"

"KILAUUUUUUUUU!!!!!"

Semua terlompat, kaget. Saat, mendengar suara Rintintin, berteriak kencang. Suasana riweh. Angin-angin turut mendukung. Tubuh mereka pun seakan terombang-ambing, seperti pakaian yang di jemur dan di terpa angin puting beliung.

"BANGKEK BENER SI KLAKSON!" kesal Untung.

"KENAPA SIH, TIN?!"

"TIK, KILAU KABURR! NYUSUL LINGGA DEH KAYAKNYA!"

Yang benar saja. Kilau kini sudah berlari menelusuri koridor mengejar Lingga. Rintintin kecolongan, saat dirinya sibuk memperhatikan Cantik dan Padu yang adu mulut.

🌵🌵🌵