Chereads / My Boss My Lover / Chapter 1 - wanita itu...

My Boss My Lover

Marisha99
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 65.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - wanita itu...

Matahari telah terbenam. Cahaya matahari sudah tergantikan dengan kemerlapan lampu neon berwarna-warni dari pertokoaan yang berdiri disepanjang jalan .

Dipinggir jalan, seorang wanita terlihat sedang menenggak minuman dari gelas yang hanya setinggi ibu jarinya dengan sangat tersiksa. Tidak ada niatan sama sekali untuk berhenti meskipun minuman berwarna keemasaan itu malah semakin membakar tenggorokannya.

Ia tertawa sambil memandangi kilauan cahaya yang terpantul di bibir gelas. Menatapnya dengan intens kemudian terdiam. Tangan mungilnya mulai beralih pada botol hijau yang ada di samping gelas yang ia letakkan. Menuangkan isinya ke dalam gelas. Sayangnya,

sedikitpun tidak keluar cairan keemasan dari sana. Ia mengendus, kesal. Kepalanya terasa berat.

Sekilas terlintas gambaran seseorang di kepalanya. Entah kenapa, rasa kesal itu semakin berada di puncaknya. Dirogoh ponselnya dari kantung mantel. Membuka flipnya lalu memencet tombol 5. Terdengar bunyi nut panjang dan tidak beberapa lama suara pria menggantikan suara nut tadi.

"Leon!" Panggil wanita itu pada orang yang sedang ia hubungi dengan nada kesal.

Orang yang dihubungi hanya menjawab dengan dua kata andalannya, "Hmm".

"Kau benar…,"Ucap wanita itu.

Hening.

TIdak ada respon.

"Apa kurang ku…?" Tanyanya miris sambil menepuk-nepuk dadanya.

"…apa aku kurang cantik?" Tanyanya sekali lagi.

Tidak ada jawaban.

"…aku memang tidak cantik… hehehe…" Ujarnya.

"Aku ini jelek!" Makinya pada dirinya sendiri. Raut wajahnya kembali berubah, kadang senang dan terkadang sangat pesimis. Pasti jika kalian melihatnya, kalian berfikir dia gila. Tapi tidak, dia tidak gila. Dia hanya mabuk.

"Kenapa aku selalu sial? Ini semua salahmu. Pokoknya salahmu!"

Sekali lagi tidak ada jawaban. Hening.

"Aku… hik-" Kepalanya terasa semakin berat. Perlahan pandangannya semakin buram. Ia mengerjapkan mata berusaha tetap sadar tetapi sia-sia. Semuanya sudah berubah menjadi gelap.

.

.

.

"Cih, apa ini merisa azkanida ?" Ujar seorang pria dengan balutan kemeja berwarna hitam. Mata elangnya menatap tajam seorang wanita yang sedang tidur dalam posisi duduk dengan kepala tergeletak di atas meja.

Terlihat meja itu penuh dengan botol-botol hijau yang sudah kosong isinya. Ia tau itu botol apa, yah itu botol-botol arak. Arak murahan dengan bau yang sangat tidak enak.

Seorang wanita paruh baya mendatanginya lalu menyerahkan selembar kertas berwarna putih .pria itu mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya.

"Simpan kembaliannya," Ucapnya datar.

Dengan wajah yang berseri-seri wanita paruh baya itu pergi meninggalkannya.

"Bahkan untuk membayar minumanmu saja kau tidak bisa,"

Ucapnya datar pada wanita yang sedang tertidur di depannya. Ia pun membopong wanita itu sambil bergumam kecil.

.

.

.

.

.

Sebuah mobil Ferrari sport berwarna biru tua memasuki mansion Alvalendra. Beberapa maid menyambut kedatangan orang yang keluar dari mobil mewah tersebut sambil menunduk hormat. Terlihatlah seorang pria berambut hitam legam keluar dari mobil mewah itu. Ia berputar menuju pintu kanan mobil dan membukanya. Terlihat seorang wanita muda sedang dalam keadaan setengah sadar dan mabuk. Wanita itu bergumam tidak jelas.

Si pria berbaik hati ingin membopong wanita yang ada di mobilnya. Seakan tidak tahu diri, si wanita malah memukuli pria itu.

"Kau mau ku tolong tidak!" Teriak Si pria dengan geram.

Tidak ada respon, Si wanita hanya terbatuk kecil. Sekali lagi, Si pria mencoba untuk menggendong Si wanita. Tapi sayang, niat baiknya selalu ditolak dengan cara menjambak rambut kebanggaan miliknya.

"Ya sudah! Kau jalan sendiri!"

Ucapnya dengan kesal. Ia berbalik, berniat pergi meninggalkan wanita yang ada di dalam mobilnya tapi tertahan ketika si wanita menarik ujung kemeja mahalnya.

"Gendong!" Rengek Si wanita manja. Ia mengulurkan kedua tangannya keatas, meminta Si pria menggendongnya. Si pria hanya mendecak kesal tapi pada akhirnya ia menurutinya. Ia berjongkok dan menggendong si wanita di punggungnya.

Para Maid hanya memandang mereka sambil tersenyum dan sedikit menahan tawa. Ini adalah kali pertama tuan mereka membawa seorang wanita. Dan yang menakjubkan lainnya adalah yang dibawanya yaitu wanita mabuk dan merengek minta digendong. Walaupun tuan mereka terlihat ketus tetapi tuannya sama sekali tidak menolak. Malah tuanya sangat menikmatinya.

.

.

.

.

"merisa azkanida bisakah kau diam!" Ucap leon dengan sedikit membentak pada wanita yang sedang ia gendong dipunggungnya. Si wanita yang ia panggil merisha azkanida hanya tertawa-tawa kegirangan layaknya seorang anak kecil yang sedang bersemangat menceritakan hari pertamanya di sekolah. Bila kita perhatikan terlihat wajah si alvalendra sangat merah, menahan marah atau…

"Kau harus tau, Leon alvalendra…. Da-da-nya seperti meeellllooon…" merisa berujar asal sambil menekankan kata terakhirnya. Ia mengulurkan kedua tangannya yang ada dipundak leon sambil meremas-remas udara lalu tertawa.

Lain merisa lain juga leon, wajah pria yang dipanggil Leon alvalendra semakin memerah, lebih tepatnya memerah karena malu. Jelas saja sejak tadi, telinga Leon disuguhi oleh pikiran dan kata-kata mesum dari wanita yang ia gendong. Betapa tersiksanya ia harus menahan ekspresi juga menahan berat tubuh merisa yang terbilang cukup berat. Hal ini semakin membuat para maid yang mengikuti mereka dari tadi hanya bisa mati-matian menahan tawa mereka, agar tuannya tidak berbalik memarahi mereka.

"Yah… pantas aja, Aku kalah… hiks- dadaku saja baru numbuh. Hik-" Kali ini merisa langsung memegang dadanya sambil menatap miris.

Alhasil, mati-matian pria yang di panggil leon mempertahankan keseimbangan dengan membungkukan badannya mendesak merisa untuk berpegangan pada pundaknya. Beberapa maid tidak dapat menahan tawa mereka. Tetapi langsung terhenti setelah tuan mereka mengobral deathgler andalanya.

"ME-RI-SA!" Ucap leon geram. Urat dahinya berkedut-kedut. "Singkirkan pikiran mesummu MERISA!"

Merisa hanya tersenyum, senang, tidak merasakan aura hitam yang menyelimuti diri leon. Ia mengalungi leher Leon dengan kedua lengannya. Wajahnya ia tumpukan pada tekuk leher leon.

"Kau… menang-"

"Ayah… ibu…alya… maafkan aku…" Ucap merisa terisak.

.

.

.

.

.

.

Sinar matahari mendesak masuk ke dalam, melewati sela-sela tirai jendela yang sempit. Suara-suara burung berkicau, menggema sampai kedalam ruangan. Bagaikan tuan putri, seorang wanita sedang meringkuk di atas ranjang yang didominasi warna biru tua dengan damainya. Ia menarik selimutnya sampai ke kepala untuk menghindari suara bising dari kicauan burung. Ia terlalu lelah, sekedar untuk membuka mata. Lagi pula siapa yang sudi meninggalkan kelembutan kain sutra yang sekarang menyelimutinya?

Tunggu dulu!

To Be continue...

*jangan lupa Like and comment 🤭😍😍🙏