Leo mulai memejamkan mata, pasrah menerima takdir yang ada. Terjebak dalam keheningan malam yang kelam. Beberapa memory terpahit yang pernah dialami mulai terkuak kembali.
Dimulai dari ketika Leo kehilangan kedua orang tuanya. Sebuah rasa sesak yang begitu menyakitkan. Leo belum pernah mengalami rasa sakit seperti ini. Membuatnya benar benar terpukul, belum lagi keadaan ekonomi dia sedang tidak bagus.
Seminggu lamanya Leo harus mendekam dalam bayang kesedihan. Setelah itu, Leo mulai bangkit. Mendapatkan pekerjaan di perusahaan swasta sebagai OB. Hidup Leo yang sederhana dan serba kekurangan, membawa hubungan dia dengan pacar menjadi kandas.
Masa depan yang tidak pasti membuat pacarnya berpaling mencari yang lebih pasti dalam hidup. Leo berusaha merelakan, walaupun dihati dia sudah sangat serius akan hubungan ini. Banyak usaha sudah dicurahkan untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi, takdir berkata lain.
Sekali lagi Leo dirundung kesedihan. Seolah olah dunia tidak berpihak padanya. Virus mulai menerpa dunia, pandemi ini membuat dia kehilangan pekerjaan. Orang sekitar hanya bisa melihat Leo selalu tersenyum. Mereka tidak merasakan apa yang dirasakan Leo.
Meniti hidup tertatih tatih. Menatap masa depan yang tidak pasti. Tanpa sadar Leo meneteskan air mata. Dibalik semua kesedihan itu, sekali lagi Leo teringat kata temannya.
"Kalau kita memandang dari sisi yang berbeda, hal yang buruk itu sebenarnya lucu" katanya. Leo tidak mengerti pada awalnya, sampai ketika dia mulai menunjukan gimana memandang dari sisi yang lain. Benar saja, mereka bisa tertawa dari kemalangan yang mereka alami.
Membuka mata, secercah harapan terpancar disana. Leo mulai mempertanyakan dirinya. Apa masih ada yang harus aku capai didunia ini? Apa aku harus menerima nasib begitu saja? Apa aku ingin mati?
Leo tahu seluruh badan sedang sakit. Leo tahu tidak ada jaminan aman walau tiba digereja. Leo paham bahwa hantu ada banyak disekitar. Tapi, masih banyak hal yang ingin dia lakukan di bumi ini.
AKU MASIH MAU HIDUP!
Leo mulai mengerahkan tekad terakhir yang dia punya.
AKU TIDAK MAU MATI JOMBLO!
Leo mulai memaksa badan untuk bergerak.
ARRRGGGGGG!
Leo mulai berteriak, bangkit berdiri, mulai berlari. Mata tajam menatap hantu yang sedang berjoged di tengah lapangan. Tidak ada pilihan tersisa, hantu dibelakang sudah terlalu dekat. Jika harus memutar, dikhawatiran akan tertangkap dari belakang. Karena itu Leo harus fokus menghindar yang didepan. Walaupun terlihat berjoged aneh ditengah lapangan, Leo tidak mau mengambil resiko.
Posisi semakin dekat, Leo tidak berkedip sama sekali. Hantu masih golek golek kiri dan kanan. Leo masih belum pasti hendak menyalip kiri apa kanan. Tapi, sudah sedekat ini hantu itu bahkan tidak bergeming sama sekali. Bahkan setelah Leo berpas- pasan dengannya.
Sayangg!!!!
Hantu ditengah benar benar tidak bergeming dengan kehadiran Leo. Sehingga Leo hilang fokus akan sekitar. Gadis hantu telah ada disisi kanan Leo. Menoleh kekanan, jika tidak menghindar sudah dipastikan tertangkap.
Tangan hantu gadis telah merentang didepan siap mencekik Leo. Dalam waktu singkat, Leo berusaha terlihat melompat keatas. Tangan hantu gadis terlihat bergerak ke atas juga. Namun, seketika Leo berubah arah dengan merunduk cepat dan berguling kedepan. Alhasil terkaman gadis hantu meleset dengan tipis.
Bangkit berdiri dengan cepat, Leo berdesut kencang dengan mata terkunci pada salah satu jendela. Sebuah jendela yang rusak, hanya dipalang melintang bentuk 'X' dengan kayu untuk menutup sementara.
Bamm!
Leo berhasil menerobos kedalam gereja. Terpental menghantam kursi kursi gereja, berguling dilantai dan terkapar disana. Terlihat ada sayatan luka luka kecil dilengan akibat potongan kayu.
Dalam posisi telentang Leo mengabaikan semua luka itu. Mata terlihat tajam menatap kearah jendela, nafas semakin berat, jantung berdetak kencang. Bagai telur diujung tanduk, hidup mati ditentukan saat ini. Waktu berlalu baru juga 5 detik, namun bagi Leo sudah seperti 5 jam.
Suara riuh hantu masih jelas terdengar diluar. Seolah olah mencari mangsa yang telah menghilang. Bahkan hantu gadis terdengar mencari dia. Namun tidak terlihat ada tanda tanda hantu terbang menembus gedung gereja.
1 menit berlalu Leo masih terlihat serius. 2 menit, 5 menit, ketika sudah 30 menit berlalu. Leo mulai merebah menarik nafas lega. Seperti beban besar yang telah terangkat. Tidak hanya itu, rasa sakit disekujur tubuh yang telah diderita akhirnya muncul kembali. Walaupun sakit, sambil memejamkan mata Leo mulai terlelap, senyum manis terukir disana.
Waktu berlalu, malam berakhir. Hari kembali berputar.
Ketika matahari telah tinggi, cahaya menembus melalui lubang atap seng dan celah celah jendela. Mata Leo mulai terbuka, hal pertama yang dirasakan Leo ketika bangun adalah rasa nyeri yang hebat diseluruh badan. Akumulasi yang terjadi semalam akhirnya dirasakan saat ini juga.
Akibatnya Leo harus tekapar lagi selama 1 jam, bukan berarti tidak bisa bergerak. Hanya rasa sakit itu membuat Leo susah bergerak. Berlalunya waktu, Leo mulai bangkit dan sedikit mengerakan badan yang terasa kaku.
Kalau tidak ada gereja apa mau jadi dunia ni!
Haizz!
Melihat dari balik jendela yang rusak. Kampung baya berubah menjadi sepi. Seolah olah apa yang terjadi tadi malam hanya sebuah mimpi. Bergerak kepintu Leo mulai membuka grendel atas dan bawah pintu. Walaupun pintu depan dikunci tanam, asal grendel dalam bisa dibuka, tinggal sedikit dorongan paksa pintu pasti terbuka. Kecuali itu pintu di gembok.
Melangkah keluar Leo mencoba melihat sekeliling. Matahari berada dipuncaknya, dengan demikian Leo memiliki waktu tidak lebih dari 6 jam. Bagaimanapun juga Leo tidak tahu pasti kapan hantu itu akan muncul lagi. Hal yang pasti, jika hari sudah gelap sewajibnya kembali ke gereja.
Berdiring tenang ditengah jalan kampung, Leo menatap ke arah perumahan warga. Sebuah kampung sunyi yang menyimpan banyak cerita. Menatap kearah rumah pamannya, menatap rumah yang didepan rumah pamannya, menatap jauh ke ujung kampung. Sekali lagi Leo berbalik dan menetap diluar gerbang kampung.
Tidak ada rasa takut, tidak ada keraguan, yang pasti tidak ada jalan keluar kecuali maju kedepan. Melangkah pelan Leo mulai berjalan menuju rumah pamannya. Ditengah jalan mata Leo terpandang suatu barang. Terlihat sedikit aneh, Leo mulai memungutnya.
Sebuah kartu, seukuran kartu remi. Leo melihat semacam gambar motif dayak seperti kebanyakan ada disetiap benda seni. Motif dayak memiliki lekukan model seperti orang dengan mata, tangan, dan kaki. Ada beberapa lis dipinggiran kartu. Dibalik kartu tadi ada lagi gambar lain, gambar seorang kakek tua sebagai latar belakang, seperti watermark. Tapi kartu ini tidak berwarna, semua hanya abu abu dan putih.
Kakek tukang intip?
Di bagian atas tertulis "KAKEK TUKANG INTIP", disamping tertera huruf 'F' diberi sedikit ketebalan sehingga muda terlihat. Semakin kebawah semakin terlihat angka dan tulisan aneh.
Mata keranjang? MP 150?
Apa apaan kartu ni!
Gara gara kakek keparat inilah semua masalah terjadi!
Whuzzz!
Leo melempar kartu kesemak semak disamping. Terlihat kesal dimuka, Leo terus melangkah kerumah paman. Membongkar sana sini mencari kotak P3K milik mereka. Segera luka diobati, memar disalepin, tidak luput memasak. Mengambil air mengisi bak, kemudian mengemas semua barang penting dan mengangkutnya kedalam gereja.
Waktu berlalu, malam akhirnya tiba. Berdiri didepan jendela dengan penerangan pelita. Leo terlihat mengawasi kampung dari jendela rusak yang didobraknya semalam. Sambil sesekali melirik ke arah jam.
Tidak ada yang berubah sampai ketika jam berbunyi dan menunjukan pukul 22.00 WIB. Malam yang gelap mulai berubah cerah sedikit oleh cahaya bulan. Perlahan hantu gentayangan mulai terlihat dan bermunculan. Akhirnya tidak lama semua terlihat, suara riuh hantu mulai bergema. Ditambah sedikit dengan kunang kunang yang berterbangan, cahaya remang remang rembulan, ditambah sedikit kabut.
Leo mulai merinding melihat semua ini. Dia tidak menyangka bisa seseram ini. Di baru menyadari kalau yang dia masukin memang kampung hantu gila.
Plak!
Leo terlihat kesal dengan memukul dinding gereja. Hantu ini benar benar terlihat jelas, namun tidak ada yang bisa diperbuatnya. Leo merasa ini perbuatan dewa atau tuhan dia tidak tahu. Yang dia tahu bahwa mereka itu tidak adil sama sekali. Bagaimana mungkin hantu bisa memukul dia, tapi tidak sebaliknya.
DASAR HANTU KEPARAT!
Leo mulai memaki nyaring dari dalam gereja ke arah hantu. Tapi hantu hantu ini tidak bergeming sama sekali. Leo sedikit kepikiran, kaki mulai melangkah keluar gereja. Sekali lagi dia mulai berteriak, kali ini berbeda. Semua hantu dalam jangkauan tertertentu mulai menoleh. Melihat kehadiran Leo, mereka mulai mengejarnya.
Sontak dengan cepat Leo kembali ke gereja. Setelah itu hantu kembali terlihat biasa biasa seperti semula.
Wow!
Gereja ini keramat juga!
Merasa gereja adalah tempat teraman. Leo mulai melakukan beberapa percobaan lagi. Seperti mengambil batu dan mulai melempar kearah hantu, baik dari jendela gereja maupun dari luar gereja. Mengambil pelita, senter, dan membawa keluar. Menerangi hantu hantu itu. Membuat obor api dan melemparkannya. Bahkan bom melotop juga ada. Tidak luput mandau keramat berlapis kain merah juga dicoba.
hasil akhir ditetapkan bahwa hantu tidak tergerak oleh setiap benda bahkan juga api dan cahaya. Selain dari suara Leo sendiri. Leo tidak tahu apakah hanya suara dia, ataupun suara manusia lain juga sama. Bagaimanapun hanya ada dia sendiri disini. Selain itu, hantu juga tergerak dengan melihat. Dengan kata lain, hanya 2 hal yang membuat hantu bergerak, perlu suara manusia serta melihat keberadaannya.
Untungnya hantu ini tidak memiliki mata tembus pandang. Setelah bersuara dan Leo mulai sembunyi, hantu terlihat seperti orang linglung dan mulai mencari kesana kemari. Namun tidak jauh dari lokasi suara pertama terdengar. Ini hanya khusus hantu gentayangan, untuk hantu yang lain seperti hantu gadis. Itu pada level yang berbeda.
Duduk dibangku gereja dengan kerupuk ditangan. Leo mulai berpikir bagaimana mengurus hantu hantu ini. Bahkan mandau keramat milik kakeknya tidak berpengaruh.
Bahkan pusaka moyangku yang dipakai untuk ngayau ini!
Haizz!
Leo memejamkan mata dan mulai mengulang semua yang terjadi dimalam itu. Mungkin saja ada yang terlewat. Kening mulai mengkerut, Leo terlihat sedang berfikir keras.