Menjelang siang ditengah terik matahari musim panas.
"Tuan Pendekar," salah satu dari ketiga biksu muda itu berkata dengan bahasa yang sopan dan sedikit membungkuk pada seorang lelaki setengah baya yang menghadangnya.
Pakaiannya menjuntai tertiup angin melekat membungkus tubuhnya yang tinggi dan tegap, wajahnya sangar dan bengis dengan tatapan matanya yang tajam berbalut kumis dan janggut berwarna putih keperakan, sehingga kesan yang timbul ketika seseorang pertama kali melihatnya bisa menilai bahwa ia adalah orang yang kasar dan angkuh.
"Apakah ada yang bisa kami bantu sehingga tuan menghalangi jalan kami?" lanjutnya.
Lelaki sangar itu adalah orang yang pernah bernegosiasi dengan Perwira Chou di lembah Awan Perak. Saat ini ia melanglang buana ke berbagai tempat untuk kembali mengacaukan dunia persilatan yang dikenal dengan nama Ye Chuan atau Si Naga Api.
Sebelum menyahut, Ye Chuan tertawa keras hingga tubuhnya berguncang dihadapan ketiga biksu muda itu.
"Kudengar, Shao Lin adalah pusat ilmu bela diri yang terkenal dan terkuat. Barangkali salah satunya adalah kalian!" katanya dengan suara berat.
Biksu muda itu tersenyum, ia berusaha bersikap tenang dan sopan ketika berdialog dengan Ye Chuan.
"Ah, itu hanyalah anggapan orang-orang saja. Biara Shao Lin adalah tempat untuk belajar agama Budha."
Ye Chuan menyeringai, ia sedikit mendongakkan kepalanya dengan sombong, "Aku ingin tahu nama-nama kalian sebelumnya!"
Biksu muda yang berbicara menunduk hormat, "Nama Saya Yung Se Kuan, dan di sebelah Kiri saya bernama Hang Se Yu, dan yang sebelah Kanan bernama Chin So Yung."
"Hmmm... bagus, bagus!" ia mengangguk-angguk seolah berbicara dengan anak kecil, "Mungkin kau tidak kenal dengan aku karena baru saja muncul setelah sepuluh tahun bersembunyi. Generasi sebelum kalian pasti mengenalku dengan julukan Ye Chuan si Naga Api!"
Ia mengatakannya dengan penuh kesombongan, membuat ketiga biksu itu merasa muak dalam hati, tetapi mereka berusaha untuk tetap tenang.
Wajah Yung Se Kuan tersenyum, lalu mencoba menyahut dengan sopan dan rendah hati.
"Memang kami tidak tahu banyak tentang dunia luar, karena bukan ketenaran yang kami cari," Yung Se Kuan berkata, "Tetapi, kami tidak mengerti mengapa tuan pendekar menghalangi jalan kami. Jika ada yang bisa kami bantu, maka dengan senang hati kami akan membantu, jika tidak, maka kami mohon maaf sebab kami harus kembali ke kuil sebelum gelap!"
Ye Chuan kembali tertawa mendengar perkataan Yang Se Kuan. Ia kemudian berjalan mendekati mereka lalu perlahan memutarinya dengan pandangan meremehkan.
Jalanan itu adalah jalanan kota yang cukup padat dilalui oleh orang banyak, tetapi demi melihat keberadaan Ye Chuan dan para Biksu Shao Lin, mereka sudah merasakan gelagat yang tidak baik. Maka, demi menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, mereka lebih rela untuk mengambil jalan lain.
Tiba-tiba, Ye Chuan menatap Chin So Yung, yang juga balas menatapnya dengan tajam. Diantara ketiganya, dia termasuk yang paling muda dan terlihat lebih emosional.
Tanpa sempat disadari, telapak tangannya bergerak memukul bahu Chin So Yung secara tiba-tiba sehingga membuat tubuh biksu muda itu terpental beberapa tombak disertai jerit kesakitan.
Chin So Yung menyeringai menahan marah dan sakit, ia merasakan tulang bahunya bergeser dan membuat lengannya serasa lumpuh. Ia tak menyangka pukulan Ye Chuan yang sepertinya ringan berakibat sangat buruk sampai-sampai tubuhnya terlempar. Sungguh, Ye Chuan memiliki tenaga dalam yang sangat jauh diatasnya.
"So Yung!" kedua saudaranya berteriak bersamaan.
Ye Chuan tersenyum menyeringai. Ia melihat Chin So Yung berdiri dengan susah payah dengan bibir meringis dan mendesis kesakitan.
Pandangannya yang tajam dan senyumnya yang angkuh langsung berbalik ke arah Yung Se Kuan dan Hang Se yu, tanpa basa-basi tubuhnya meluncur seperti lempengan kerikil yang dilempar di atas air disertai dengan kedua tangannya membentuk kepalan tinju.
Keduanya terkejut, lalu menyilangkan kedua tangannya didepan dada untuk membendung serangan dari Ye Chuan. Serangan itu terbendung, tetapi tetap saja tubuh keduanya terseret kebelakang. Jika mereka tidak memiliki kungfu yang tinggi dan kuda-kuda yang kuat, pastilah mereka akan terlempar lebih jauh.
Hang Se Yu mendahului menyerang dengan sebuah pukulan, lalu disusul oleh Yung Se Kuan dengan sebuah tendangan samping. Mendapat serangan yang berbeda, Ye Chuan menepis pukulan lalu menghindari tendangan bergantian.
Tubuhnya bergerak meliuk, melayani permainan dari kedua biksu tersebut yang menyerang dengan serangan-serangan berat dan mematikan.
Buk!
Buk!
Dua buah pukulan menghantam perut Ye Chuan bersamaan, pukulan sangat keras dan bertenaga itu seharusnya bisa membuat orang yang terkena bakal luka parah dan muntah darah. Tetapi sebaliknya, pukulan kedua biksu itu seperti lengket menempel dan tak berpengaruh apa-apa pada Ye Chuan.
Ye Chuan menyeringai, dan kemudian menghentakkan nafasnya kuat-kuat. Seketika kedua tubuh biksu itu terlempar beberapa tombak. Ye Chuan menggunakan teknik menyerap tenaga dalam lalu membalikkannya ke arah si penyerang.
"Kakak!" Chin So Yung berseru sambil mendatangi kedua saudaranya yang terbanting akibat serangan Ye Chuan.
Ia merasa geram sekaligus merasa tak berguna karena dengan kondisinya yang sudah terluka duluan, ia tak bisa membantu kedua biksu kakaknya itu.
Tak lama, dari mulut Hang Se Yu dan Yung Se Kuan keluar darah segar. Hentakan tenaga dalam yang berhasil dibalikkan oleh Ye Chuan berbalik menghantam organ dalam tubuhnya.
Mereka berdua segera bangkit dengan nafas yang tersengal-sengal. Mereka sudah tahu, melihat kondisi Ye Chuan yang masih segar bugar, mereka tak mungkin bisa mengalahkannya. Tetapi untuk menyerah bagi mereka adalah sesuatu yang memalukan!
"Kung Fu kalian lumayan tinggi. Tetapi jika untuk menghadapiku meski pun kalian berlatih ratusan tahun pun takkan bisa mengalahkanku!" Ye Chuan berkata sambil diselingi tawa mengejek.
Selesai berkata, ia langsung melompat, lalu memutar tubuhnya sambil mengayunkan kaki belakang. Satu tendangan seperti sabetan ekor naga menghantam sekaligus kepala tiga sosok tubuh biksu muda kuil Shao Lin itu.
Benturan tubuh yang jatuh terbanting ke tanah terdengar disusul debu-debu yang beterbangan ke udara menyelubungi tubuh dan membuat sesak nafas. Suara lenguh dan erangan kesakitan terdengar dari mulut mereka.
Suara tawa Ye Chuan yang sangar kembali menggema sambil menyaksikan tiga sosok biksu muda yang terluka.
Latihan fisik yang cukup kuat selama di biara Shao Lin nampaknya sangat berguna disaat seperti ini. Terbukti, dengan luka demikian parah mereka masih bisa berdiri tegak.
"Kami tidak pernah bermusuhan dengan siapapun, tetapi mengapa anda menyerang kami!" Yung Se Kuan berkata dengan suara keras.
"Aku tak perduli kita bermusuhan atau tidak! Aku cuma punya ambisi, dan ambisi itu adalah makananku!" katanya sambil senyum mengejek.
Tubuhnya kembali bergerak cepat ke depan membuat satu serangan yang memecah kumpulan ketiga biksu muda itu ke beberapa arah. Seiring itu, Ye Chuan beralih mengejar Yung Se Kuan yang dianggapnya memiliki kungfu paling tinggi sambil menusukkan tendangan kakinya menyasar ulu hati.
Luka yang dialami Yung Se Kuan mengurangi kegesitannya untuk menghindar, hingga tendangan itu dipastikan lebih dulu sampai ke ulu hatinya.
Sesaat sebelum itu terjadi, satu sabetan benda cukup kuat memukul tulang kering kaki Ye Chuan membuat serangan itu tertahan beberapa jari dari ulu hati Yung Se Kuan. Belum selesai, sesosok tubuh menyusul membentur tubuh Ye Chuan dengan serangan bahu, membuat tubuh Ye Chuan terlempar!
Ye Chuan segera bangkit dari jatuhnya. Ia melihat satu sosok tubuh lain tengah berdiri dengan sebuah tongkat rotan di tangan, kepalanya tertutup topeng kain berwarna hitam yang menyisakan kedua bagian matanya saja.
"Oh," Senyum di wajah Ye Chuan menunjukkan rasa senangnya. "Aha.ha.ha.ha.haa... Akhirnya kau muncul juga!" serunya sambil tertawa keras membuat tubuhnya berguncang.
Sosok tubuh yang memang adalah Suro tak menjawab, ia hanya berdiri dengan kuda-kuda tinggi secara waspada.
"Aku sudah mencarimu kemana-mana, dan akhirnya kau muncul sendiri!... Bagus! Bagus!"
Ia berkata lagi sambil mengangguk-ngangguk. Tanpa susah-payah orang yang menjadi buruannya justru datang sendiri secara tidak disangka.
Suro tak menggubris kata-kata Ye Chuan, namun ia melirik beberapa kali dengan cepat ke arah tiga biksu muda. Khawatir, Ye Chuan akan menyerangnya secara tiba-tiba.
"Kalian masih sanggup untuk kabur?" katanya dengan suara setengah berbisik.
Para biksu itu mendengar apa yang ditanyakan Suro, lalu mereka menjawabnya dengan anggukkan.
"Bagus!" katanya, "Aku akan membuatnya sibuk dan kalian segeralah pergi dari sini!"
Dugaan Suro benar, tiba-tiba saja Ye Chuan menerjang kearahnya begitu cepat dengan tangan membentuk cakaran yang siap merobek daging.
Ye Chuan memiringkan kepalanya beberapa kali menghindari cakaran tangan Ye Chuan yang bergerak kesana-kemari sehingga serangan itu berputar-putar seperti terbang menyambar-nyambar disamping kiri dan kanan kepalanya.
Begitu melihat celah kosong, Suro menjejakkan kaki kanannya sekuat tenaga ke tubuh Ye Chuan. Lelaki itu terhuyung mundur beberapa langkah, dan Suro menyusulnya dengan sabetan rotan ke arah kepala.
Wuut!!
Plak!!
Bunyi ayunan rotan disusul benturan di kepala Ye Chuan membuatnya kaget. Lalu ia melompat mundur dengan tubuh sempoyongan. Kondisi itu tak berlangsung lama, Ye Chuan bisa menguasai diri dan kembali menyeringai seperti serigala yang lapar.
Suro terkejut menyaksikan betapa kuatnya Ye Chuan mampu menahan pukulan rotannya. Padahal ia memukulnya dengan sekuat tenaga. Ia jadi teringat yang diucapkan oleh Liu Xiou Fu.
"Huh! Pantas saja Perwira Chou meminta bantuanku, rupanya ia tak sanggup mengalahkanmu!" Ye Chuan berkata dengan suaranya yang berat.
Kesempatan itu ia pergunakan untuk berseru pada ketiga biksu muda yang berada dibelakangnya.
"Cepatlah kalian pergi!"
Mendengar seruan Suro, mereka menunduk hormat lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
"Semoga berhasil!" Yung Se Kuan sempat berbisik pada Suro yang dijawab dengan anggukan.
Tak ingin buruannya kabur, Ye Chuan bergerak menghadang. Tetapi berhasil dipapas tendangan melompat dari Suro yang membuat Ye Chuan sekali lagi menerima serangan.
Ye Chuan menyeringai dengan kemarahan yang meluap-luap. Lalu memukul wajah Suro yang ditangkis kembali oleh Suro dengan tangannya.
Serangan Suro kembali menyasar tubuh Ye Chuan beberapa kali. Tetapi kali ini Ye Chuan tampak lebih siap dari sebelumnya, sehingga ia mampu meladeni teknik jurus yang dimainkan oleh Suro.
Pemuda itu dapat merasakan bahwa lawannya ini cukup kuat dan kungfunya juga sangat tinggi. Pantas saja para ahli bela diri tak ada yang bisa mengalahkannya sehingga ia dijuluki Si Naga Api.
Beberapa kali sabetan tongkat rotan Suro telak mendarat di tubuh Ye Chuan, tetapi tampak tak berpengaruh apa-apa terhadap Ye Chuan. Jika saja tongkat di tangan Suro itu terbuat dari kayu, pastilah kayu itu sudah patah seperti menghantam besi.
Disaat Suro bergerak sambil memikirkan cara untuk mengalahkan Ye Chuan, satu cakaran membuat robekan panjang pada pakaiannya sekaligus membuat luka goresan cukup dalam diperut Suro yang membuatnya meringis kesakitan.
Ia melompat mundur, dan Ye Chuan maju menyerangnya, kemudian Suro langsung bergerak kesamping kiri mengecoh lawan, dan melancarkan tendangan kaki kanan yang cukup keras.
Buk!
Sangat telak, tapi Ye Chuan tak bergeming. Malah satu hantaman punggung tangan berhasil menampar kepalanya hingga tubuhnya terputar dan terbanting ke tanah. Disusul kemudian sebuah jejakan kaki Ye Chuan bagai pasak menghantam perutnya.
Sebelum itu terjadi, Suro menyilangkan kedua tangannya untuk melindungi perutnya mengurangi efek yang lebih parah. Meskipun demikian, tetap saja nafasnya terasa sesak.
Ia langsung berguling menjauh lalu bangkit dengan cara melentingkan tubuhnya.
Suro merasakan cairan hangat mengalir keluar dari dalam hidungnya hingga menembus kain penutup kepalanya!
"Ayo, sini!" Ye Chuan mengayunkan tangannya sebagai isyarat untuk Suro agar kembali menyerang.
Suro tersenyum sinis. Cari mati? Bisiknya dalam hati.
Mendapati lawannya diam tak menyerang, Ye Chuan tersenyum, lalu ia menerjang dengan sebuah tendangan.
Pemuda itu merunduk, lalu dengan teknik Tai Chi tubuhnya masuk diantara kedua kaki Ye Chuan dan melemparkannya. Tubuh Ye Chuan terambung ke atas lalu jatuh dalam keadaan berdiri dengan posisi kuda-kuda, tak berhenti di situ ia kembali lancarkan sebuah pukulan.
Suro membuat gerakan tipuan dengan merunduk, tangannya berayun menyentuh tanah berpasir lalu menaburkannya ke mata Ye Chuan. Gerakan Naga Menyelam!
Ye Chuan yang berjuluk Naga Api itu terkejut dan tak menyangka kalau Suro akan bergerak seperti itu. Tanpa sempat mengelak butiran-butiran debu sebagian besar mengenai matanya dan membuat berteriak-teriak kesakitan.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Suro langsung menyusulnya dengan melakukan tendangan menghantam tubuh Ye Chuan. Tubuh tinggi besar si Naga Api terlempar dan terseret beberapa tombak!
Ye Chuan berteriak-teriak memaki Suro dengan sumpah serapah dan berguling-guling ditanah sambil menahan rasa sakit dan perih pada matanya.
Melihat kondisi Ye Chuan dalam keadaan demikian, Suro langsung berbalik meninggalkan tempat itu dengan berlari secepat mungkin.
Ia melompat ke atas punggung kuda miliknya yang ia sembunyikan di suatu tempat agak jauh dan terlindung dari lokasi pertarungan kemudian dipacunya berlari lebih kencang. Dia berharap tidak salah jalan dan menemukan tiga orang biksu muda yang sudah lebih dulu menyelamatkan diri.