Chereads / Pendekar Lembah Damai / Chapter 35 - Jurus Toya

Chapter 35 - Jurus Toya

"Aku cukup terkejut begitu mendengar anda diizinkan untuk belajar 72 seni beladiri Shao Lin," Ching So Yung berkata pada Suro.

Malam itu diterangi cahaya bulan, mereka berada disebuah tempat yang cukup luas untuk berlatih jurus tetapi masih dalam lingkungan biara. Ching So Yung terlihat bersemangat akan memberikan pelajaran jurus toya pada Suro. Di tangan mereka masing-masing sudah menggenggam sebuah toya.

"Sebabnya, itu sangat rahasia sekali, dan khusus diajarkan hanya kepada para biksu pilihan dan bukan kepada orang luar apalagi orang asing sepertimu. Barangkali, nanti, kepala pelatih langsung yang akan mengajarimu."

"Benarkah?" Suro merasa beruntung begitu mendengar penjelasan Ching So Yung. "Sebenarnya apa 72 seni beladiri Shao Lin itu?"

"Ringkasnya adalah 72 cara penempaan tubuh. Tetapi, nanti kau akan bisa bertanya panjang lebar kepada biksu pelatih utama."

Suro mengangguk. Dalam hati, sebenarnya ia masih ingin bertanya lebih lanjut karena rasa penasaran, tetapi ia putuskan untuk menundanya sampai hari pelatihan berikutnya.

"O, ya," Suro tiba-tiba teringat sesuatu, "Aku merasa ada yang aneh."

"Apa itu?" Ching So Yung bertanya.

Suro menoleh ke kiri dan ke kanan, pandangannya berkeliling seolah melihat tanda-tanda sesuatu yang akan ditanyakannya.

"Aku tidak melihat para biksu senior berlatih," katanya kemudian.

Dalam keremangan cahaya bulan, Ching So Yung tampak tersenyum.

"Mereka berlatih sendiri-sendiri di Balai Seribu Budha, agar tidak diintip dan ilmunya tidak dicuri oleh orang lain. Nanti ketika tiba masanya, kau juga akan berlatih seperti mereka."

Suro mengangguk ringan.

Sudah puas berbincang, Ching So Yung kemudian mengambil tempat berdiri di depan Suro dengan jarak aman dua kali ukuran toya.

"Hal pertama yang dilakukan untuk menguasai jurus toya adalah mengenal dan menguasai toya sebagai anggota badan sendiri, sehingga apapun yang dirasakan oleh toya, akan dirasakan oleh tubuh." Paparnya, "Tetapi kulihat engkau sangat menguasai tongkat pendek, kurasa tidak akan banyak kendala, hanya tinggal menyesuaikannya saja."

Setelah berkata demikian, Ching So Yung kemudian memutarkan toyanya dijari-jemari tangannya dengan sangat lincah dan cepat menggunakan satu tangan, sehingga toya yang berputar itu menimbulkan bunyi yang khas. Lalu berputar menyilang beberapa kali gerakan di depan tubunya.

"Kau bisa?" ia bertanya pada Suro.

"Akan kucoba!" jawabnya.

Ia kemudian berdiri santai seperti Ching So Yung, lalu mencoba melakukan seperti yang diperlihatkan oleh biksu muda itu.

Jika menggunakan tongkatnya, bisa dikata Suro sudah sangat ahli karena terbiasa, tetapi perbedaan panjang antar tongkat dan toya kemungkinan juga berpengaruh pada kecepatan dan keseimbangan putaran yang ia lakukan.

Pada tahap ini, Suro masih bisa melakukannya, dan hampir sama lincah dan cepat seperti Ching So Yung. Hal itu membuat Ching So Yung tersenyum senang. Artinya, pelajaran jadi lebih mudah.

Kemudian Ching So Yung sambil tetap memutarkan toyanya, melakukan gerakan perpindahan tangan secara bergantian. Semula berputar menyilang di depan dada, kali ini berputar menyilang di belakang punggungnya. Gerakan ini pun masih dapat dilakukan oleh Suro mengikuti permainan toya Ching So Yung.

Hasil dari pengamatan biksu muda itu, semua permainan dasar toya nampaknya tidak begitu bermasalah bagi Suro, hanya masih perlu latihan yang tekun agar kecepatannya bisa mengimbangi permainan Ching So Yung.

Melihat gerakan Suro yang demikian, Ching So Yung tersenyum. Ia merasa apa yang akan diajarkannya nanti akan lebih mudah. Tinggal ketekunan dari Suro sendiri yang akan membuat gerakannya makin lembut dan cepat.

"Anda tinggal mengulang-ulangnya lagi untuk lebih mahir," katanya. Lalu ia bersiap melakukan gerakan baru. "Sekarang, aku akan mengajarkanmu gerakan dasar selanjutnya memainkan toya. Menangkis ke atas, menangkis ke bawah, kemudian serangan menusuk lurus ke depan."

Ching So Yung berdiri dalam keadan tegap, lalu menggerakkan kaki kanan ke depan dengan kekuatan berat badan berada di tengah. Tangan kanan berada di depan memegang toya dengan posisi lebih tinggi sedikit dari tangan kiri yang berada di sisi pinggang kiri.

Tangan kanan bergerak mengayun dari depan ke samping kanan dengan posisi menepis atau menolak serangan dengan cara memutarkan ujung toyanta, dan tangan kiri bertindak mengikuti untuk menjaga keseimbangan.

Kemudian memutarkan kembali toyanya dari posisi sebelumnya mengayun melakukan tepisan atau tolakan ke arah bawah juga dengan cara berputar.

Gerakan itu berlanjut, tubuh biksu muda itu condong ke depan dengan kuda-kuda sudut lutut, bersamaan dengan gerakan tangan yang menusukkan toya ke depan.

Selesainya, Ching So Yung menutupnya dengan menarik tubuh dan kaki yang terbuka menjadi rapat.

"Bagaimana?" Biksu muda itu bertanya pada Suro.

Hanya tiga gerakan, Suro merasa bisa dan mampu melakukannya. Maka ia mengangguk dengan yakin.

Ia kemudian berdiri seperti yang dilakukan oleh Biksu Muda itu ketika akan memulai gerakan. Dengan gerakan coba-coba, ia langsung mempratekkan gerakan yang ia lihat.

"Baiklah, cukup bagus. Sekarang, cobalah untuk melakukannya dengan lebh cepat dan bertenaga. Ulang-ulanglah semampumu!" ia memberi petunjuk pada Suro. "Dalam latihan dasar murid-murid Shao Lin, satu gerakan dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu berhari-hari. Setelah menguasai baru akan diberikan gerakan lanjutan."

"Siap!" jawabnya sambil mengangguk. Lalu mengulang kembali gerakan yang diminta dengan lebih cepat dan bertenaga.

Ching So Yung mengangguk-angguk, senyumnya mengembang, Suro melakukan gerakan dasar itu dengan sempurna.

Malam semakin larut, udara semakin bertambah dingin, tetapi tidak mampu mendinginkan keringat yang bercucuran sampai membasahi pakaian yang dikenakan oleh Suro. Ching So Yung memberi isyarat dengan tangannya sebagai tanda bahwa latihan malam itu sudah cukupkan.

"Aku rasa, latihan malam ini sudah cukup. Besok subuh kita harus melakukan aktivitas lagi." Katanya pada Suro.

Sambil menghentikan gerakannya, Suro memandang ke arah biksu muda itu.

"Jika anda ingin berisitirahat, silahkan duluan. Aku akan mencoba gerakan ini hingga beberapa kali lagi," jawab Suro.

Ching So Yung tersenyum.

"Anda bersemangat sekali," katanya, "Jangan sampai besok pagi kau bangun kesiangan."

Suro menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa kecil.

"Aku sudah terbiasa latihan hingga larut dan kebetulan juga untuk bangun pada subuh hari sudah menjadi kebiasaanku dari kecil, sebab pada waktu itu memang ada kewajibanku sebagai seorang muslim untuk melakukan ibadah shalat." Jawabnya.

"Oh, begitu," Ching So Yung mengangguk. "Jika demikian, silahkan anda melanjutkan. Aku akan meninggalkanmu di sini."

Selesai berkata demikian, Ching So Yung menunduk sebentar yang dibalas oleh Suro, kemudian membalikkan tubuh melangkah meninggalkan pemuda itu sendiri melakukan latihan-latihannya.

***

Satu bulan tak terasa, Suro giat dan tekun mengulang-ulang gerakan dasar toya yang diajarkan oleh Ching So Yun kepadanya setiap malam tanpa keluhan dan bosan.

Malam berikutnya di hari pertama bulan itu, Hang Se Yu dan Yung Se Kuan sudah hadir bersama mereka ditempat biasa Suro melakukan latihan.

Kedua biksu muda itu sudah jauh lebih baik setelah masa penyembuhan organ dalamnya yang terluka akibat serangan tenaga dalam dari Ye Chuan Si Naga Api.

Menurut Suro, fisik dan tenaga dalam yang dimiliki oleh keduanya sangat membantu proses kesembuhan mereka. Jika hal itu terjadi pada orang biasa, tentu waktu yang dibutuhkan untuk sembuh bisa dua atau tiga bulan. Itu pun jika dipaksakan untuk beraktivitas berat, kemungkinan organ itu akan terluka kembali hingga membutuhkan perawatan yang lebih sulit dan lama.

Rencananya, Suro sudah akan menerima pelajaran jurus toya dari Hang Se Yu, biksu muda yang merupakan salah satu wakil dari pelatih kungfu Shao Lin terbaik.

"Aku akan mengajarkanmu salah satu jurus toya kungfu Shao Lin," Hang Se Yu berkata pada Suro. Seperti biasa, masing-masing sudah membawa toya untuk latihan. "Tetapi sebelumnya aku akan menguji hasil latihan toyamu selama ini."

Suro mengangguk.

Mereka kemudian mengambil posisi berhadap-hadapan dengan jarak serang. Lalu keduanya mengambil sikap pasang sambil menyodorkan ujung toyanya satu sama lain.

"Bersiaplah!"

Selesai berseru, Hang Se Yu langsung menyerang secara tiba-tiba dengan menusukkan toyanya. Suro menepisnya ke atas, lalu memutar ke bawah dan balik menyerang. Suara benturan batang toya bergema membentuk irama tak beraturan, diselingi suara besutan batang toya yang membelah angin ketika berayun.

Toya di tangan Hang Se Yu memutar, batang toya di bagian belakang mengayun menggantikan batang toya yang berada di depan membuat serangan dari atas ke bawah. Dengan tangkas, Suro memiringkan tubuhnya, toya dipegangnya dengan dua tangan hingga batang toya milik biksu Se Yu itu membentur bagian tengah toya yang dipegang Suro. Saking kuatnya benturan itu, membuat tongkat masing-masing bergetar dan merambat di tangan orang yang memegangnya.

Lalu Suro membalas dengan membalikkan toya mengayun menjadi sebuah serangan dari arah samping kanan ke depan. Serangan itu membuat Hang Se Yu memundurkan perutnya ke belakang, hingga serangan toya menemui tempat kosong.

Biksu itu membalasnya dengan memutar toya memutari leher dengan sempurna seperti membuat gerakan serangan tipuan, yang tiba-tiba gerakan itu berubah menjadi sebuah tusukan mematikan.

Jika tidak cermat, ujung toya Hang Se Yu bakal menusuk perutnya. Namun pengalaman memberinya pelajaran hingga instingnya bisa memprediksi dengan cepat mana serangan tipuan dan mana serangan sesungguhnya. Maka, ia pun menggerakkan toyanya juga dengan cara memutar dan sekaligus membuat sebuah serangan balasan menyasar kepala.

Hang Se Yu menundukkan kepala menghindar dibarengi dengan serangan tendangan. Sekali tepis, Suro mengibaskan tanngannya membuat tubuh biksu muda itu terputar.

Di sela-sela pertarungan itu, dalam hati Hang, Se Yu merasa kagum dengan kemampuan bela diri Suro, jual-beli serangan yang dilakukan seperti pasangan orang yang sedang menari. Ia sangat menikmati pertarungan latihan itu.

Setelah dirasa cukup, kemudian ia melompat mundur beberapa langkah, dan tersenyum sambil mendirikan toyanya di samping tubuh.

"Untuk orang yang baru pertama kali memegang toya, gerakanmu luar biasa. Dan bisa dikatakan sangat ahli," katanya memuji Suro.

Suro tersenyum dan menangkupkan tangannya kedepan sambil mengapit toyanya.

"Biksu Se Yu terlalu memuji. Ini semua adalah hasil dari bimbingan dari kalian," ia berkata merendah.

Mereka tertawa mendengar sanggahan Suro.

Suasana malam latihan itu penuh keakraban. Seolah para biksu itu sudah mensetting kondisi latihan mengajar bukan seperti seorang murid dan guru, namun lebih tepat disebut sebagai latihan bersama sesama murid atau sesama guru.

Bisa jadi, karena mereka merasa sungkan, bahwa ilmu beladiri Suro lebih baik dan lebih tinggi dari mereka bertiga. Apalagi dalam pertarungan berhadapan dengan Ye Chuan si Naga Api tempo hari, mereka sudah bisa menilai bela diri Suro sudah sangat tinggi. Bisa jadi pula sama mahirnya atau justru lebih tinggi dari mereka.

"Sebenarnya, prinsip dasar semua beladiri adalah kuda-kuda, serangan, dan pertahanan. Jika hal dasar ini sudah dikuasai dengan baik, jurus-jurus yang ada akan berguna untuk pengembangan gerakan yang dipergunakan ketika terjadi pertarungan dengan musuh." Hang Se Yu memberi penjelasan. "Tentunya hal ini anda sudah sangat memahaminya, dan tak perlu lagi penjelasan dariku."

Kemudian ia maju ke depan mengambil jarak, tangannya memberi isyarat kepada Suro agar ia memperhatikan gerakan-gerakan yang akan diperagakannya.

"Aku akan memperagakan beberapa jurus toya secara keseluruhan. Jadi, satu jurus terdapat 3 sampai 10 gerakan. Setelah itu, secara perlahan dan bertahap langkah demi langkah akan dipraktekkan kemudian." Katanya.

Hang Se Yu memulainya dengan merentangkan toya, mengayunkannya dengan indah, sesekali melompat, bergeser dan berputar.

Toya yang dimainkan seperti baling-baling dan karena cepatnya, bayangan toya hampir-hampir tak terlihat dan yang terdengar setiap ayunan menimbulkan suara khas.

Toya melambung, ditangkap kembali dengan sempurna lalu mengayun deras menghantam tanah sehingga menimbulkan suara seperti ledakan.

Wuttt!

Wuttt!

Daarr!!

Biksu itu menarik toyanya, lalu membalikkan tubuh berlawanan, lalu berbalik lagi dengan sebuah serangan berayun datar dengan sasaran kepala. Melompat kembali sambil menyerang menusuk di udara.

Kumpulan gerakan yang disebut jurus itu terlihat seperti naga yang menari-nari, indah ketika berayun dan ganas ketika menyerang. Sampai-sampai Suro terperangah, takjub melihat permainan jurus toya yang diperagakan oleh Hang Se Yu tanpa berkedip, membuatnya semakin tertarik untuk menghafal dan menguasai jurus itu.

Selesai memperagakan jurus toya, Hang Se Yu mengalihkan pandangan ke arah Suro. Nafasnya masih tersengal karena memainkannya dengan tenaga.

"Itu adalah gerakan keseluruhan dari jurus toya," katanya, "Sekarang, aku akan mengajarkanmu gerakan per gerakan untuk dihafal. Bisa jadi untuk menghafal gerakan secara keseluruhan akan membutuhkan waktu 4 sampai 5 hari."

"Baik, aku akan mencobanya!" katanya dengan penuh semangat.