Suro merasakan lengannya pegal seperti habis menghantam benda keras. Ia melihat Ye Chuan tersenyum dingin ke arahnya. Hal itu membuat Suro sedikit terkejut.
Ia sudah menghantam kepala Ye Chuan dengan sepenuh tenaganya. Bagi orang biasa jika mendapat pukulan seperti itu pasti akan mengalami patah tulang rahang mau pun lehernya, tetapi serangan itu tak berlaku bagi Ye Chuan.
Semua yang menyaksikan juga tak kalah terkejut melihat hasil hantaman siku dari Suro tak membuat Ye Chuan roboh. Tampang mereka terlihat kecut, jangan-jangan Ye Chuan akan membuat Suro bernasib sama dengan kawan-kawan biksu lainnya.
Ye Chuan tertawa menyeringai, ia mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.
"Ini rupanya manusia bertopeng!" katanya begitu melihat wajah asli Suro tanpa topeng, "Sepertinya kamu adalah orang asing!"
Suro cuma tersenyum dingin, hatinya sedikit was-was. Tanpa memperdulikan rasa pegal dilengannya, ia membuka kuda-kuda dan kembangan tangan.
"Baguslah kalau begitu. Aku juga ingin menjajal pendekar dari negeri lain, apakah kung funya lebih rendah atau lebih baik!" Ye Chuan melanjutkan.
Tidak seperti berhadapan dengan lawan-lawan sebelumnya, untuk menghadapi Suro, Ye Chuan merasa harus sedikit lebih berhati-hati, lalu mulai memasang kuda-kuda untuk melakukan serangan. Ia bisa merasakan kalau lawannya kali ini memiliki kemampuan yang lebih tinggi.
Ye Chuan meluncur maju dengan satu gerakan yang sangat cepat, ketika sampai pada jarak serang pukulan cakarnya mengembang merobek perut Suro. Pemuda itu menarik mundur perutnya, lalu menyusulnya dengan sebuah tendangan samping yang bisa ditangkis oleh Ye Chuan.
Pertarungan berlangsung cukup seru dan menegangkan. Tetapi mereka bisa melihat, Ye Chuan mampu membuat tekanan-tekanan pada Suro, menghilangkan kesempatan pemuda itu untuk melakukan serangan balasan.
Para biksu yang menyaksikan beberapa kali menahan nafas tatkala serangan cakaran tangan Ye Chuan nyaris menyentuh tubuh Suro. Wajah Suro terlihat pesimis!
Para biksu senior saling berbisik satu sama lain memberi pendapat atas pertarungan itu. Raut wajah mereka juga terlihat pesimis. Ye Chuan begitu tangguh. Jika pun Suro bisa menang, itu adalah suatu mukzizat!
Bagi Yung Se Kuan dan Hang Se Yu luka yang dialaminya merupakan luka yang kedua kalinya setelah pertarungan pertama, dan untuk yang kedua kalinya pula, ia tidak bisa berbuat apa-apa!
Satu tendangan keras menyasar dada Suro. Pemuda itu secara refleks menyilangkan tangannya didepan dada untuk membendung serangan kaki Ye Chuan. Kedua kakinya berpijak kuat menekan bumi, mencoba mengakarkan kakinya ke dalam tanah.
Buk!!!
Benturan terjadi, kuda-kuda kuat dan kokoh tak mampu menahan beban tendangan Ye Chuan yang bertenaga. Tubuhnya terseret mundur!
Sudut bibir Ye Chuan tampak menyeringai, tapi wajahnya menunjukkan kepuasan karena mendapatkan lawan tanding yang dianggapnya cukup kuat seperti Suro.
Pemuda itu menarik nafasnya dalam-dalam, tendangan kaki Ye Chuan yang bisa ia bendung tetap saja membuat dadanya sesak. Perlahan, ia coba berjalan memutar dengan gerakan kembangan guna mencuri nafas.
Mata Ye Chuan seperti mata harimau, kemanapun tubuh Suro bergerak, matanya terlihat mengunci mengikutinya. Perlahan ia maju semakin dekat dengan langkah satu-persatu.
"Bagaimana ini?" ia bertanya sendiri dalam hati, "Tenaganya luar biasa. Aku sudah kehabisan tenaga, tetapi dia masih terlihat kuat!"
Selesai membatin, Ye Chuan kembali menyerang dengan cakaran. Suro merunduk, kemudian memutar tubuh, dan menjatuhkan tubuhnya ke badan Ye Chuan dengan sikutan.
Sikutan itu ditepis oleh Ye Chuan, Suro dengan gerakan Tai Chi tidak melakukan perlawanan, tetapi mengikuti doronngan Ye Chuan yang menekan sikutnya lalu tubuhnya mengatur pergerakan tubuh lelaki itu ke arah luar, dengan hentakan kuat, bahunya menghantam dada Ye Chuan.
Telak!
Tubuh Ye Chuan terdorong mundur, Suro mengejarnya lalu melompat ke samping untuk menyerang bagian tulang rusuk dibawah lengan. Kakinya menghentak kuat, telapak tangannya mengembang dan mendarat pada sasaran. Telapak Kupu-Kupu!
Ye Chuan tampak terkejut, matanya seperti mau lepas dan nafasnya tertahan dengan mulut terkatup. Sebuah tembakan tenaga dalam ia rasakan bergerak kesana kemari menghantam organ dalamnya.
Lelaki itu langsung berteriak keras, membuat Suro juga terkejut. Di saat yang sama, sebuah dorongan tenaga dalam mengalir masuk melalui telapak tangan Suro. Ia buru-buru menyadari untuk segera membendung aliran serangan itu dengan gerakan nafasnya.
Terlambat!
Serangan dari Ye Chuan melalui tenaga dalamnya sempat menghantam organ dalam Suro. Tubuhnya terlempar dan terbanting di atas tanah, membuat debu-debu berterbangan mengelilingi tubuhnya.
Ia berusaha untuk bangun dan bersila mengatur energinya, darah segar keluar tiba-tiba dari mulutnya! Organ dalamnya serasa diaduk-aduk.
Sementara, Ye Chuan tersimpuh berdiri dengan dua lututnya, lalu menahan tubuhnya dengan kedua tangan di atas tanah. Ia juga melihat si Naga Api itu juga memuntahkan darah!.
Para biksu berseru kagum dan takjub.
"Pertarungan yang sangat luar biasa!"
Suro masih bisa mendengar seruan-seruan dari orang sekelilingnya.
Ia mencoba berdiri, tetapi kemudian kembali terjatuh tergeletak di atas tanah, membuat para biksu berseru memberinya semangat.
"Celaka!" batinnya. "Tubuhku seperti rontok tak bertenaga."
Ye Chuan perlahan bangkit, lalu dengan gontai ia melangkah mendekati Suro. Pemandangan itu membuat Suro bertanya-tanya heran dalam hati tentang kekuatan Ye Chuan Si Naga Api. Ia tak menyangka lelaki itu masih memiliki tenaga dan masih sanggup untuk berdiri. Suro merasa kematiannya sudah didepan mata.
Lelaki itu mengangkat kakinya tinggi-tinggi, lalu menjejakkannya ke tubuh Suro sekuat tenaga dengan harapan pemuda yang menjadi lawannya itu mati.
Suro sudah putus asa dan tak mampu lagi untuk melawan. Hatinya sudah pasrah, dengan sebuah kalimat penyerahan. Kepalanya tertunduk, matanya terrpejam. Ia sudah siap apapun yang terjadi akan diterimanya.
Sesaat ia tidak menyadari kalau tidak terjadi apa-apa pada dirinya, malahan telinganya mendengar jejak suara kaki yang terseret.
Begitu ia membuka mata dan mengangkat kepala, dilihatnya Ye Chuan sejarak beberapa tombak berusaha menyeimbangkan diri seperti hampir terjatuh seperti habis terdorong. Kemudian kembali menatap Suro dengan seringai kemarahan yang memuncak. Sekali lagi ia berusaha mendekati Suro dengan sebuah serangan, tetapi tidak sampai satu tombak, tubuh Ye Chuan kembali terseret mundur.
Semakin kuat Ye Chuan menyerangnya, semakin kuat juga dia terseret dan bahkan terlempar. Tubuh Suro seperti dilapisi gelembung udara yang sangat besar yang tidak bisa ditembus oleh Ye Chuan!
"Oh, gelombang tenaga dalam!" bisiknya setelah ia sadar apa yang terjadi pada Ye Chuan si Naga Api.
Gelombang tenaga dalam itu akan muncul secara otomatis dan tiba-tiba jika kondisi batin seseorang dalam kondisi kosong dan pasrah. Kekuatan menghempas penyerangnya tergantung pada kekuatan emosi penyerangnya juga. Semakin kuat emosi lawan, semakin kuat pula pertahanannya.
Biksu Kepala Lie Kei An seolah tersadar dari pemandangan yang dilihatnya. Dengan sekali lompatan, ia sudah berdiri di depan Ye Chuan dan menghadang gerakan Ye Chuan yang akan kembali menyerang Suro.
Dengan kekuatannya, ia menyarangkan pukulan tinjunya ke tubuh Ye Chuan yang sudah tampak lelah dan melemah akibat terkena pukulan Telapak Kupu-kupu Suro.
Ye Chuan seperti tak mempunyai kegesitan lagi untuk menepis serangan Biksu Kei An hingga pukulan itu mendarat tanpa halangan ke tubuh Ye Chuan hingga membuatnya jatuh terkulai, disusul beberapa detik kemudian darah segar kembali ia muntahkan.
Butuh waktu tak lama, ia hanya bisa bertumpu dengan kedua tangan dan lututnya. Kepalanya terangkat menatap Biksu Kepala dengan tatapan tajam, janggutnya sudah berubah merah basah oleh darahnya sendiri.
Ia tak menyangka, selama berkelana di dunia persilatan dan bertarung dengan para ahli kungfu, tak sekalipun ia bisa dikalahkan.
Tetapi pada hari ini, seorang anak muda dari negeri lain telah berhasil membuatnya terluka. Ia merasa sangat terhina begitu mengingat nama besarnya. Ye Chuan si Naga Api. Huh!!!
Dengan sisa-sisa tenaganya, ia berusaha bangkit. Lalu berganti dengan memandang Suro yang juga menatapnya dengan tatapan lemah tak bertenaga. Tubuhnya berdiri agak kacau. Jari telunjuknya bergetar mengarah ke Suro dengan tatapan mata mengancam penuh kemarahan yang sangat.
"Hei bocah asing!" ia berseru dengan nafas terengah-engah, "Aku menantangmu bertarung sekali lagi di bulan ke delapan hari ke lima di Lembah Awan Perak! Aku akan menunggumu tepat tengah hari!"
Suro mendengus. Senyumnya sinis menanggapi tantangan dari Ye Chuan. Dalam hati ia bertekad, pada bulan ke delapan hari kelima ia akan menuntaskan satu permasalahan dengam Ye Chuan.
Ia merasa kalau dalam pertarungan ini ia masih bisa hidup adalah suatu keberuntungan. Dia bersyukur dalam hati, Allah mempertemukan dirinya dengan para ahli seperti tetua Huang Nan Yu dan Tabib Hu. Sebab, salah satu yang bisa membuatnya bisa mengimbangi kekuatan Ye Chuan yang besar adalah dengan teknik Tai Chi. Jika tidak, ia pasti akan sangat kesulitan memasukkan serangan Telapak Kupu-kupu nya ke tubuh Ye Chuan.
"Aku terima!" jawab Suro tegas.
Ye Chuan tertawa terputus disela-sela batuknya. Tanpa memperdulikan yang lain, ia membalikkan tubuh dan melangkah secepat ia bisa meninggalkan kuil Shao Lin dalam keadaan terluka.
***
Balai Pengobatan...
Puluhan murid yang terluka memenuhi ruang dalam balai pengobatan, para biksu yang sehat nampak sibuk, sementara Biksu So Lai satu-persatu memeriksa keadaan mereka yang terluka usai pertarungan dengan Ye Chuan si Naga Api.
Biksu Kei An berjalan berkeliling melihat satu-persatu murid-muridnya yang terluka memberi semangat. Wajahnya nampak sedih, tetapi ia masih bisa bersyukur karena tak ada korban jiwa yang terjadi.
Ia tiba dipembaringan Suro yang diletakkan berjajar dengan So Yung, Se Kuan dan Se Yu. Dilihatnya Suro memicingkan mata memandang ke arahnya sambil tersenyum.
Biksu Kei An tersenyum, merapatkan dua telapak tangannya sambil menunduk seolah mengapresiasi tindakan Suro turut mempertahankan Kuil Shao Lin.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.
Suro menarik nafas sebentar untuk merasakan keadaan tubuhnya. Masih ada sesak yang tertinggal. Dengan tenaga dalam yang dikuasainya, ia memiliki energi penyembuhan yang unik dan berbeda dengan murid-murid lainnya. Disamping itu, tenaga dalam Ye Chuan tidak secara telak menghantam tubuhnya sehingga ia memperkirakan akan segera sembuh dalam beberapa hari, ditambah dengan obat-obatan yang dibawanya dari Rou Yi.
"Alhamdulillah," jawabnya, "Agak lebih baikan."
Biksu Kei An mengangguk-angguk kembali.
"Aku tak menyangka ilmu beladirimu tadi bisa membuat Ye Chuan juga terluka," So Yung berkata dari sampingnya.
"Aku juga tak menyangka kalau Ye Chuan sekuat itu," Suro menyahut, "Aku tak tahu bagaiman ia berlatih!"
"Suro," biksu Kei An bicara lagi,"Bulan delapan itu adalah dua bulan lagi, sepertinya tak mungkin kau berlatih Kungfu Shao Lin. Itu akan membuang waktumu karena memulai lagi dari nol."
Suro mengangguk sepakat dalam kondisinya. Ia bertekad setelah pulih akan berlatih habis-habisan.
"Kau harus memperkuat apa yang sudah kau kuasai. Disini aku tak bisa memberikan tambahan ilmu, hanya memberikan fasilitas yang bisa kau gunakan secara maksimal untuk latihanmu," Biksu Kei An melanjutkan kembali kalimatnya.
Biksu So Lai datang mendekati Biksu Kei An dan memberi salam.
"Apa lagi yang dibutuhkan, So Lai?" Biksu kepala bertanya.
"Persedian bahan obat kita untuk sementara ini masih cukup untuk keperluan pengobatan para biksu," jawabnya, "Biksu Kepala tak perlu khawatir."
Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Suro tetapi tetap menyambung pembicaraan dengan Biksu Kepala Lie Kei An.
"Hasil diagnosa yang dilakukan oleh Luo saat kejadian ini menimpa Hang Se Yu dan Yung Se Kuan mempercepat kita menentukan ramuan yang tepat. Sungguh, saya mengagumi kedalaman ilmu pengobatan anak ini. Sekarang, bertambah kekaguman saya oleh sebab hari ini saya menyaksikan secara langsung ketinggian ilmu bela dirinya. Sungguh anak yang memiliki banyak bakat," katanya memuji Suro.
Biksu Kei An tersenyum dan mengangguk. Ia juga tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Luo. Terutama pada pribadi Luo yang ringan tangan dan rendah hati. Hanya saja disayangkan kalau Suro bukanlah murid Budha. Tapi ia tak begitu mempermasalahkannya.
"Guru So Lai terlalu tinggi memuji Luo. Sungguh itu tak baik buat saya sendiri. Apa yang saya miliki di dunia ini hanya titipan," Suro menjawab merendah.
Mereka berdua tertawa kecil mendengarnya.
"Yang masih menjadi pertanyaan dalam hatiku, mengapa Ye Chuan tak bisa mendekatimu? Padahal tinggal selangkah lagi kau bisa mati ditangannya...." Biksu Kei An berkata dengan heran.
Sebelum menjawab, Suro tersenyum sebentar. Orang yang melihatnya waktu itu juga akan berfikir yang sama dengan Biksu Kepala.
"Kami menyebutnya menjadi energi kepasrahan, sebuah energi yang akan muncul disaat energi fisiknya sudah habis dan menyisakan kepasrahan total bahwa sang pemilik energi sesungguhnya yang akan memberikan pertolongan."
Mendengar ucapan Suro, Hang Se Yu langsung menyahut dengan pertanyaan.
"Apakah saat itu kau berdo'a?"
Suro mengangguk.
"Ya," jawabnya, "Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah," sahutnya.
Dalam hatinya, Suro berfikir apakah mereka faham apa yang dia katakan pada para biksu itu. Cuma ia seperti tak mau lebih jauh mencari bahasa yang mudah dimengerti, maka ia berkata apa adanya sesuai yang sudah tertulis dalam kitab sucinya.
Tapi ia melihat biksu So Lai dan Biksu Kei An mengangguk-angguk, dan itu membuatnya cuma bisa tersenyum.