Chereads / Pendekar Lembah Damai / Chapter 21 - Negosiasi dengan Naga Api

Chapter 21 - Negosiasi dengan Naga Api

Tepat tengah hari.

Perwira Chou melangkah menerobos rerumputan dan belukar yang tingginya melebihi tubuh orang dewasa menyibak kekiri dan kekanan dengan kedua tangannya secara bergantian. Tak lama dihadapannya ia menemui dua orang lelaki bersenjatakan pedang di sisi pinggang masing-masing tengah duduk bersantai di atas bebatuan tengah asyik mengobrol, sedang dibelakangnya terdapat sebuah lubang menganga yang merupakan mulut gua.

Gua itu terletak di kaki jurang sebuah bukit yang tinggi, dimana orang-orang mengenalnya sebagai bukit Kabut Perak. Dinamai demikian, jika dilihat dari ketinggian yang sama maupun dari bawah bibir gua sendiri ketika dilihat dari bawah dengan mendongak, di pagi hari bukit itu diselimuti kabut yang berwarna putih keperak-perakan.

Begitu melihat kedatangan perwira Chou, dua lelaki tersebut gelagapan dan langsung berdiri sigap lalu menunduk memberi hormat kepadanya. Perwira Chou berhenti dan hanya menundukkan kepalanya sedikit.

Wajahnya terlihat membawa amarah yang sangat, sebagai gambaran hatinya sedang dibakar dendam akibat dikalahkan secara telak oleh Suro beberapa hari yang lalu. Peristiwa itu benar-benar sangat membekas dalam ingatannya. Dirinya dalam keadaan kesusahan bernafas di atas tanah, persis seperti ayam yang disembelih. Beruntunglah, kejadian itu terjadi pada malam hari dalam kondisi tidak terlalu ramai dan hanya berlangsung beberapa saat saja.

Sebuah gambaran telapak tangan membekas berwarna merah seperti sebuah stempel yang ditempelkan di tulang iga di bawah ketiaknya akibat pukulan Telapak Kupu-kupu dari Suro. Sakitnya membuat sesak dan menyerang organ dalam. Ia curiga, pukulan itu adalah pukulan tenaga dalam, karena kulit luarnya tidak memar, tetapi bagian dalamnya terasa ada udara yang berputar menghantam kesana kemari.

Ia akan melakukan pembalasan atas apa yang telah diterimanya. Di gua kaki bukit Kabut Perak, ia akan menemui seseorang berilmu tinggi, dengan sebuah rencana yang tersusun matang dalam kepalanya.

"Bagaimana kondisi Naga Api, Ye Chuan?" tanyanya dengan tampang datar kepada dua orang lelaki penjaga itu.

"Baik-baik saja, tuan. Meskipun dalam kondisi di rantai, seperti biasa Si Naga Api Ye Chuan tetap berlatih walaupun dengan ruang gerak terbatas," menjawab salah satunya.

Selesai mendapat jawaban, Perwira Chou langsung masuk ke dalam gua setelah diberi sebatang obor oleh salah seorang dari mereka.

Masuk beberapa langkah, gua tersebut nampak semakin gelap. Berbekal penerangan obor ditangannya, Perwira Chou berjalan dengan cepat, seolah terbiasa menghindari batu-batu yang muncul dipermukaan maupun beberapa cekungan dan lobang yang ada dijalanan dalam gua tanpa tersandung.

Sekitar beberapa saat, dan langkahnya semakin jauh ke dalam, suara seperti ledakan terdengar beberapa kali, semakin dalam suara itu semakin kuat.

Hanya butuh beberapa menit, lelaki itu sudah tiba di ujung gua.

Gua itu berujung pada sebuah ruangan sangat luas dan terang karena ternyata ada beberapa lubang-lubang angin kecil seperti celah yang panjang menembus dinding gua, sehingga sinar matahari dan udara bisa bebas keluar masuk kedalamnya membuat kondisi ruangan tidak terlalu pengap.

Disisi lain didalam gua terdapat sebuah ruangan penjara berukuran cukup luas, yang dijaga oleh empat orang lelaki masing-masing bersenjata pedang. Sedang yang menghuni penjara sendiri, seorang lelaki berambut panjang terurai dan kumis serta janggut lebat hingga menutupi mulut berusia kisaran setengah abad lebih, dengan tatapan mata sangar dan tajam nampak bergerak memainkan jurus-jurus kungfu dengan hentakan-hentakan kaki menghantam lantai.

Setiap hentakan kakinya menimbulkan suara keras seperti ledakan yang menggema memenuh ruangan. Ternyata hentakan kaki itulah sumber suara yang terdengar hampir pertengahan mulut gua.

Karena kaki dan tangannya dalam keadaan dirantai besi, gerakan-gerakannya pun jadi terbatas, hanya bisa melakukan langkah-langkah pendek dan serangan pukulan. Namun begitu, gerakan yang dilakukannya sangat cepat dan kuat.

Sama dengan penjaga yang berada di mulut gua, para penjaga yang bertugas di dalam pun agak terkejut begitu mellihat kedatangan Perwira Chou. Serta merta, mereka berdiri sigap menghormat sambil menundukkan kepala.

"Salam Perwira Chou!" serentak mereka memberi salam.

Perwira Chou mengangguk sekali, lalu melangkah mendatangi pintu penjara, lebih dekat kepada lelaki didalamnya.

Lelaki yang berada dalam penjara seolah tak memperdulikan kedatangan perwira Chou, masih saja melakukan gerakan-gerakan jurusnya.

Perwira Chou tersenyum menyeringai sambil memandangi gerakan-gerakan lelaki itu.

"Naga Api, Ye Chuan!" serunya dengan suara cukup keras.

Yang dipanggil dengan nama dan julukan Naga Api, Ye Chuan, tetap tak memperdulikan Perwira Chou. Ia masih asyik dengan yang dilakukannya.

"Aku ingin bernegosiasi denganmu!" lanjutnya lagi, "Jika kau setuju, aku akan membebaskanmu sekarang juga!"

Selesai berkata, beberapa saat kemudian si Naga Api menghentikan gerakannya, membuat Perwira Chou tersenyum senang.

Si Naga Api yang bernama Ye Chuan itu lalu memandang Perwira Chou yang berdiri diluar penjara sambil melangkah mendekat.

Langkahnya ringan seperti kapas, tatapannya tajam seperti mata pisau memandang perwira Chou dengan tatapan bengis dan penuh kebencian.

Melihat Perwira Chou, lelaki itu teringat pada masa sepuluh tahun silam. Dimana pada waktu itu, ia berambisi untuk menjadi orang terhebat di dunia persilatan, dengan kungfu yang dikuasainya ia berhasil mewujudkan mimpinya itu sampai dijuluki sebagai Ye Chuan Si Naga Api. Julukan itu tidak main-main diperolehnya setelah berhasil mengalahkan para ahli bela diri tingkat tinggi di daratan China dengan kemampuan Ilmu Kungfu Naganya.

Kungfu Naga merupakan ilmu kungfu tenaga luar dan tenaga dalam tingkat tinggi. Terdiri dari tiga tingkatan, yakni Naga Sakti, Naga Hitam, dan terakhir serta tertinggi adalah Naga Api.

Pada tingkatan Naga Api, tenaga dalam yang ditimbulkan akan membuat tubuh seseorang menjadi kebal terhadap senjata apa pun. Namun, jika salah mempelajarinya, maka orang tersebut akan menjadi kerasukan dan gila akibat aliran darah yang berisi tenaga dalam akan kacau dan merusak pembuluh darah serta organ bagian dalam maupun luar.

Karena keberhasilannya menguasai ilmu ini, puluhan bahkan ratusan pendekar kungfu tingkat tinggi banyak yang takluk dan tewas ditangannya.

Sebenarnya, kemampuan bela diri yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memperkuat kerajaan, hal ini pun memancing pihak kerajaan untuk merekrut Ye Chuan menjadi bagian dari pasukan. Oleh karena Ye Chuan sendiri lebih tertarik menjadi orang nomor satu di dunia persilatan, maka ia menolaknya.

Dengan dalih dianggap membahayakan, maka pemerintah kerajaan mengirimkan pasukan untuk memburunya, tapi tidak membunuhnya dengan harapan kelak Ye Chuan bisa berubah fikiran. Bagi mereka, Ye Chuan dianggap seperti berlian yang sangat berharga.

Tetapi ia tak gentar, tetap melenggang aman berkeliaran keseluruh penjuru daratan. Semua pendekar bayaran dan pasukan kerajaan yang dikirim banyak menjadi korban keganasannya.

Hingga diutuslah Perwira Chou bersama pasukannya untuk memburu dan menangkap Ye Chuan.

Perwira Chou menyadari, ia tak mungkin menang dengan kungfunya jika bertarung secara langsung melawan Ye Chuan, meskipun ia dibekali dengan pasukan yang banyak.

Maka dengan kecerdikan dan kelicikannya, ia mulai mengumpulkan semua informasi yang terkait dengan kebiasaan Ye Chuan guna mencari kelemahannya. Diperolehlah informasi, bahwa Ye Chuan itu sangat menggemari arak!

Disusunlah rencana dengan rapi dan matang, Perwira Chou meminta bantuan seorang ahli yang mengerti cara membuat racun yang tidak berbau dan tidak pula mematikan jika dicampur dengan arak, hanya sekedar membuat pingsan, dan rencana itu pun berhasil dengan gemilang.

Kegemarannya dengan arak berbuah petaka, hingga suatu hari ketika sedang menikmati arak kesukaannya di tempat yang biasa ia kunjungi, arak yang telah dibubuhi racun telah membuatnya terkapar pingsan. Pada saat sadar, kaki dan tangannya telah terikat rantai dalam penjara khusus yang hingga saat ini tempat ia berada pun tidak ia ketahui.

Kini, setelah sepuluh tahun berlalu berada dalam penjara, Perwira Chou muncul untuk bernegosiasi, menawarkan kebebasan yang memang sangat ia harapkan.

"Hei orang licik, pasti ada sesuatu yang membuatmu ingin bernegosiasi denganku. Pasti kau ingin memanfaatkan kungfuku 'kan?" katanya dengan suara berat menakutkan.

Perwira Chou tak langsung menjawab, malah tertawa keras.

"Anda memang pendekar yang cerdas!" ia memuji tetapi dengan senyum mengejek.

"Katakan saja! Aku tak suka berbasa-basi!" Ye Chuan menyahut sambil mengibaskan tangannya yang terikat rantai sehingga menimbulkan suara gemericing.

"Aku tahu, anda adalah orang yang sangat tergila-gila dengan kungfu, dan sangat berambisi menguasai dunia persilatan. Jika kukatakan diluar sana ada seseorang yang mempunyai ilmu kungfu tingkat tinggi, pasti kau akan berusaha untuk menantangnya mengadu ilmu, bukan?"

Kali ini yang tertawa adalah Ye Chuan, ia membalikkan badan membelakangi Perwira Chou. Ia seperti tak ingin melihat wajah lelaki itu.

"Omong kosong jika diluar sana masih ada orang yang lebih ahli lagi dariku," katanya dengan nada sombong dan tak percaya.

Perwira Chou terdengar mendengus, wajahnya yang keras dan tak kalah sombong sangat kentara sekali.

"Masa sepuluh tahun itu masa yang cukup panjang untuk menciptakan ahli-ahlli kungfu. Di saat kau berada di sini, puluhan ahli kungfu baru bermunculan!"

Perwira Chou awalnya hendak mengatakan bahwa dirinya sempat bertarung dengan seseorang yang berilmu tinggi, dan berakhir dengan kekalahan. Tetapi ia mengurungkan niatnya, takut kalau-kalau Ye Chuan akan mengejeknya.

Tiba-tiba, Ye Chuan berbalik dan langsung menggoyang jeruji besi penjara. Kelakuan lelaki itu membuat Perwira Chou terkejut hingga tubuhnya melompat selangkah dengan gerakan refleks. Tertawa sebentar.

"Sudah kukatakan, jangan berbasa-basi lagi!" Ye Chuan membentak, wajahnya seperti menyeringai penuh kebencian, tak suka melihat tingkah perwira Chou.

Perwira Chou menunjukkan muka dan senyum mengejek, Ye Chuan tampak bertambah kesal, lalu menggoyang-goyangkan jeruji besi dengan kuat, seolah-olah hendak ia cabut. Lelaki itu seperti sengaja memancing kemarahan Ye Chuan, si Naga Api. Malah, ia membalikkan badannya, dan diam tak berbicara beberapa saat.

"Hei, orang licik!" bentaknya lagi, "Cepat katakan jika kau ingin bernegosiasi!"

Sebenarnya, melepaskan Ye Chuan dari penjara adalah sebuah resiko yang sangat besar. Di dunia ini, sepanjang pengetahuannya, Ye Chuan adalah satu-satunya orang yang mempunyai kemampuan beladiri tak tertandingi. Jika suatu saat ia bebas, akan sangat sulit untuk menangkapnya kembali, bahkan dirinya bisa saja tewas duluan di tangan Ye Chuan.

Tapi, rasa sakit hati dan dendam mendalam pada orang yang mengalahkannya tempo hari telah mendorongnya untuk mengambil keputusan ini. Tak ada cara lain kecuali dengan memanfaatkan Ye Chuan, si Naga api dengan kungfunya untuk menuntaskan dendamnya. Ia merasa yakin, Ye Chuan dapat mengalahkan orang yang telah membuatnya malu.

Yang harus difikirkannya adalah, bagaimana cara mengendalikan Ye Chuan kelak.

"Aku khawatir, jika anda kubebaskan engkau malah akan membunuhku!" Perwira Chou akhirnya berkata.

"Ha.ha.ha....ha! Kau memang orang licik!" Ye Chuan tak menjawab pertanyaan Perwira Chou, malah memakinya.

"Kalau begitu, negosiasi kita batalkan!"

Selesai berkata demikian, lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Ye Chuan. Hal ini memancing lelaki itu untuk mengalah. Tentu ia sangat menginginkan kebebasan yang sudah lama ia dambakan.

Oleh sebab itu, mau tidak mau ia harus bersedia mengikuti kemauan Perwira Chou. Ia tak pandai berargumentasi.

"Berhenti!" serunya kemudian.

Perwira Chou tersenyum licik lalu menghentikan langkahnya. Ia kembali berbalik menghadap Ye Chuan dan melangkah mendekat ke posisinya semula.

"Baiklah," katanya, lalu mengulangi kalimatnya semula, "Apakah jika kubebaskan, anda tidak akan membunuhku?"

Ye Chuan meludah, ia tampak ingin merendahkan lelaki yeng berada dihadapannya.

"Aku memang penjahat, tetapi aku bukanlah orang licik sepertimu. Aku malah khawatir jangan-jangan kaulah yang justru akan mencelakaiku. Perlu kau tahu, sebagai lelaki sejati, apa yang kukatakan, pasti aku lakukan. Pantang bagiku menjilat ludahku sendiri. Seorang pendekar itu harus setia pada janjinya, tidak seperti dirimu, licik dan pengecut!" jawabnya meyakinkan sekalilgus menghina Perwira Chou.

Ia tahu bahwa Ye Chuan sedang menghinanya, tetapi ia malah merasa senang dan menanggapi dengan tertawa keras. Berhasil membangkitkan amarah si Naga Api, ia manggut-manggut beberapa kali, menatap mata Ye Chuan yang penuh amarah terhadapnya.

Perwira Chou tahu, kalau Ye Chuan sangat ingin membunuhnya karena perbuatannya dimasa lalu. Dengan cara yang licik dan tidak ksatria ia bisa menangkap Ye Chuan Si Naga Api yang terkenal tangguh tanpa tanding, bahkan tanpa perlawanan sama sekali.

Dengan tawaran ini Perwira Chou berharap keinginan yang besar Ye Chuan demi sebuah kebebasan bisa menggantikan niatnya untuk membunuh perwira Chou, walau pun hatinya penuh dengan kebencian mendalam.

"Baiklah kalau begitu," Perwira Chou tersenyum penuh kemenangan. "Aku percaya padamu dan segera akan membebaskanmu. Untuk itu, kau harus melaksanakan tugas yang kuberikan, setelah selesai kau bisa bebas berkeliling dunia. Tapi tak boleh menyakiti orang-orangku termasuk orang-orang pemerintahan saat ini. Bagaimana?"

Ye Chuan menyipitkan matanya memandang Perwira Chou. Lalu bertanya, "Apa tugasku?"

"Tidak berat, tugas ini sesuai dengan ambisimu untuk menguasai dunia persilatan. Anda pasti akan menerimanya dengan senang hati."

"Cepatlah, tidak usah bertele-tele!" Bentakan Ye Chuan membuat gema yang sangat keras.

Ia nampak tak sabar karena dirasa lelaki itu sengaja mengulur-ulur pembicaraan, sehingga ia nampak marah sekali. Mukanya yang sangar makin bertambah sangar.

Perwira Chou tertawa, lalu memandang ke arah pengawal yang berdiri dibelakangnya.

"Siapkan arak dan makanan yang ada, kita akan memulai negosiasi!" perintahnya.