Suro agak ragu dengan Li Yun, lawannya itu mempunyai tubuh yang jauh lebih besar dan tenaga yang juga lebih kuat dari Li Yun.
Tapi demi melihat tatapan mata Li Yun yang menunjukkan keyakinannya, bahwa ia mampu, Suro akhirnya membiarkan adik angkatnya itu maju meneruskan pertarungan. Di samping itu ia juga sudah mengetahui sejauh mana penguasaan Li Yun dengan Kung Fu Tai Chi yang dipelajarinya. Toh, jika terjadi sesuatu, ia bisa dengan segera mengambil alih pertarungan.
"Tetaplah tenang dan jangan terbawa emosi," katanya berbisik mengingatkan.
Li Yun mengangguk faham.
"Kakak jangan sampai ikut campur. Nanti akan menimbulkan banyak masalah karena kakak adalah orang asing disini."
Suro mengangguk, "Beri kakak isyarat jika butuh bantuan."
Gadis itu tak menjawab, ia seperti tak ingin kakaknya terlibat masalah, makanya ia bertekad akan bertarung walau pun kondisinya sudah terdesak.
Ia membuka kaki dan tangannya membentuk sebuah sikap persiapan dari Tai Chi.
Tangan kanannya diangkat ke atas, tangan kiri berada disamping pinggang, kaki kanan menekuk dan kaki kirinya berjinjit, sebuah sikap Bangau Putih Membentangkan Sayap – Pai He Liang Che.
"Ayo tetua So Lai, Beruang Besi!" seorang muridnya memberi semangat.
Lelaki yang dipanggil tetua So Lai, si Beruang Besi mendengus, lalu tersenyum meremehkan. Ia membentangkan kedua tangannya seperti hendak menyergap mangsanya.
"Huh, jangan menari didepanku!" ejeknya begitu melihat gerakan lembut Li Yun. Tai Chi dipandangnya sebagai tarian.
Li Yun tersenyum santai sambil mencibir lelaki yang bernama So Lai. Ia hanya menunggu serangan.
"Buktikan kalau namamu itu memang Beruang Besi, kalau tidak aku akan merubah panggilanmu jadi Beruang Lucu!" ejek Li Yun.
Ejekan Li Yun nampaknya berhasil menyulut emosi So Lai, samar-samar terllihat wajahnya memerah. Diiringi teriakan keras, ia membuat sebuah gerakan kaki menjejak tubuh Li Yun. Serangannya cukup berat dan cepat, membuat gadis itu tak berani menerima serangan secara langsung, tetapi menggeser kakinya ke samping diikuti gerakan tubuhnya, lalu dengan memanfaatkan tenaga lawan ia meraih kaki lawannya yang berada di belakang untuk segera ditepisnya.
Tetapi, hal diluar dugaannya terjadi. Kaki So Lai ternyata berat seperti tiang yang menancap ke bumi, sehingga ia tak berhasil menggoyang kaki lawannya itu.
So Lai tersenyum mengejek begitu Li Yun tidak bisa menggeser kakinya. Lalu ia ganti meraih kepala Li Yun untuk segera dibantingnya.
Gadis itu langsung melakukan gerakan menghindar. Tangan So Lai berlalu di depan tubuhnya meraih tempat kosong. Disusul kemudian, pukulan lurus ia sarangkan ke wajah lelaki besar itu.
Buk!
Serangan Li Yun berhasil. Kepala si Beruang Besi itu sempat tertekuk ke belakang, tetapi lelaki itu seperti tidak merasakan apa-apa. Malah tertawa menyeringai.
Suro melihat Li Yun mengernyitkan dahi, tangannya seperti kesakitan setelah memukul wajah So Lai. Secara teknik Li Yun lebih unggul, tetapi secara tenaga perbedaannya sangat jauh. Jika begini terus, pastilah adik angkatnya itu akan mengalami kekalahan.
Teknik Tai Chi itu bisa menjatuhkan lawan dengan cara memanfaatkan tenaga dari lawan itu sendiri. Tetapi, ketika lawannya mempunyai kekuatan yang sangat besar seperti So Lai, tentu butuh lebih dari sekedar teknik untuk bisa menjatuhkannya. Jika kekuatan besar tidak dimiliki, maka dibutuhkan kecerdasan berfikir cepat untuk menutupinya. Dan ia berharap adik angkatnya memiliki kemampuan itu.
Beberapa kali, Li Yun mendapatkan peluang emas, tetapi sayangnya So Lai tidak mudah untuk dijatuhkan. Beberapa kali pula lelaki yang berjuluk Beruang Besi itu seolah menyediakan bagian-bagian tubuhnya untuk dipukul atau ditendang oleh Li Yun.
Stamina Li Yun mulai menurun, nafasnya terlihat turun naik dengan cepat, gerakannya pun sudah mulai tidak terarah dan tak bertenaga. Tapi semangatnya yang tinggi membuatnya enggan untuk menyerah.
Suro mulai mempersiapkan diri menunggu isyarat dari Li Yun, sewaktu-waktu Li Yun bisa saja cidera, maka sebelum itu terjadi ia harus bisa mencegahnya. Masalah posisi keberadaannya ia pasrahkan pada nasib.
"Ha.ha.ha....Ha, hanya segitu saja kemampuanmu. Sudah kubilang, mana bisa tarian menghadapi kung fu sungguhan!" So Lai tertawa mengejek, disambut suara dari ketiga muridnya yang bersorak-sorak penuh kemenangan.
Di saat seperti itu, Suro masih memperhatikan gerakan Li Yun, ketika tiba-tiba seseorang melompat dari arah belakangnya dan langsung mengambil alih pertarungan.
Wei Fu Han menempatkan pukulan telak ke kepala So Lai hingga membuat kepala lelaki tertoleh ke samping. Tak lama, Wei Li Yang tahu-tahu sudah berdiri di sebelah Suro.
"Tuan Muda Yang apa yang terjadi?" tanyanya.
"Murid orang itu dihajar habis-habisan, hingga membuatnya marah tidak terima," Suro menjawab, lalu kembali melihat pertarungan.
Dari sela-sela bibir So Lai mengalir darah tipis. Tapi anehnya, ia masih tersenyum menyeringai menatap penyerang barunya, Wei Fu Han.
"Oh, ada yang mau coba-coba rupanya!" katanya meremehkan, lalu meludah.
Wei Fu Han menatap So Lai dengan tenang dan tanpa ekspresi. Ia mengarahkan jarinya ke arah So Lai.
"Apa-apaan ini!" katanya, "Seorang lelaki besar beraninya melawan anak gadis!"
Selesai berkata, ia melirik ke arah Li Yun, memberi isyarat dengan matanya agar menjauh dari pertarungan. Li Yun mengangguk dengan nafas yang belum stabil, lalu mengambil posisi berdiri di sebelah Suro.
"Kau tak apa-apa, dik?" tanya Suro melihat wajah adiknya pucat dan kehabisan nafas.
Li Yun tak mampu menjawab, hanya mengangguk. Ia tampak kelelahan.
So Lai mendengus, "Siapapun yang berani berulah, tak perduli anak kecil pun akan kubantai!"
Beruang Besi itu malas berkomentar panjang, ia langsung menerjang Wei Fu Han dengan ganas. Serangan-serangannya yang cepat dan berat rupanya cukup merepotkan Wei Fu Han. Beberapa kali ia tak sanggup melakukan serangan balik, bahkan nyaris beberapa kali juga menerima serangan-serangan dari So Lai.
Pertarungan seru itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang yang kebetulan menyaksikannya terkadang menarik nafas. Semua sama mendukung Wei Fu Han sebagai pemenang.
Suro mulai menganalisa. Kemampuan bela diri Wei Fu Han bisa dikatakan setara dengan Tan Bu. Untuk mengalahkan So Lai, sepertinya butuh kerja keras. Bisa menang tetapi tidak mudah. Tangannya terasa gatal, ingin segera mengakhiri pertarungan itu dan segera beristirahat. Tapi, lagi-lagi, posisinya menjadi penghalangnya untuk maju.
Wei Fu Han melihat sebuah celah, serangan tinjunya berhasil menembus pertahanan So Lai di bagian perutnya, membuat So Lai tertunduk ke depan, disusul dengan serangan lutut oleh Wei Fu Han ke arah hidung. Tapi gagal, So Lai membuat lapisan kedua telapak tangannya untuk meredam serangan lutut lawannya, lalu balas menyeruduk.
Wei Fu Han terhuyung mundur dan nampak kesakitan akibat serudukan kepala So Lai, belum sempat menarik nafas, So Lai menerjang kearahnya seperti harimau menerkam mangsa. Dengan menjatuhkan diri ke tanah, tubuh Si Beruang Besi melayang di atas tubuhnya. Satu kesempatan lagi, ia lakukan tendangan keras ke perut So Lai.
Tubuh besar itu terlempar dengan punggung membentur tanah sehingga menimbulkan suara cukup keras dan mengakibatkan debu tanah berterbangan.
Segera bangkit, Wei Fu Han nampak menahan sakit pada perutnya. Nafasnya terasa sesak akibat serudukan kepala So Lai. Akhirnya ia melirik ke arah Wei Li Yang sebagai isyarat meminta bantuan.
So Lai sudah bangkit dan berdiri, buru-buru Wei Li Yang bergerak maju, tetapi tangan Suro menahannya.
"Tuan Muda Yang, kami berdua bisa mengalahkannya. Saya harap tuan muda Yang tidak perlu ikut turun tangan. Ingat, anda orang asing disini. Takutnya ada orang yang tidak suka dan melaporkan tuan," katanya mengingatkan Suro.
Sejenak Suro ragu, tapi kemudian ia menatap mata Wei Li Yang.
"Biarkan saya mengakhirinya dengan cepat," ucap Suro.
Tapi Wei Li Yang menjawabnya dengan menggeleng sambil tersenyum, lalu mendorong tubuh Suro perlahan ke belakang.
"Nona Li Yun, jangan biarkan tuan muda Yang maju!" pesannya pada Li Yun.
Li Yun mengangguk dan menarik tangan Suro ke sisinya. Sementara Wei Li Yang sudah berdiri di samping adiknya.
"Kenapa cuma kalian yang maju? Suruh pemuda itu sekalian biar sama-sama ku habisi!" So Lai berkata menantang.
Dengan memasang kuda-kuda, dua kakak beradik itu kini sudah bersiap menunggu serangan dari So Lai, si Beruang Besi. Solai berjalan maju dengan santai sambil pasang senyum mencibir.
Begitu dekat, So Lai langsung memukul wajah lawannya satu-satu dan langsung bisa diantisipasi oleh kedua Wei itu. Wei Fu Han melakukan tendangan, dan Wei Li Yang melakukan pukulan, serangan keduanya gagal karena So Lai bisa menghindarinya dengan cepat.
Gerakan So Lai tidak bisa dianggap remeh, walau pun tubuhnya besar dan berat, namun gerakannya juga sangat cepat. Tampak sekali dari beberapa serangan yang dilancarkan oleh adik kakak Wei bisa dielakkan dan menemui tempat kosong.
Berbeda pada saat bertarung sendirian, kali ini pertahanan So Lai sedikit-sedikit mulai mengendur, disamping tenaganya yang mulai terkuras, lawannya juga tidak sendiri dengan tambahan tenaga baru.
Pertarungan itu berjalan cukup alot, jual-beli pukulan dan tendangan, mengelak kesana-kemari antara So Lai yang di keroyok oleh Wei bersaudara. Beberapa kali serangan pukulan mau pun tendangan berhasil bersarang ditubuhnya, membuatnya beberapa kali bergerak sempoyongan. Kini, keadaan mulai berbalik. Wei bersaudara sudah mulai menguasai pertarungan.
Meskipun begitu, So Lai nampak tak mau menyerah, malah berbalik menyerang semakin ganas dengan sisa-sisa tenaganya.
Melihat kondisi demikian, Wei bersaudara memutuskan untuk segera menyudahi pertarungan dengan mengeluarkan segenap kemampuannya. Hingga suatu ketika, kelengahan So Lai dimanfaatkan dengan sangat baik, kedua utusan Cho Jin Chu itu berhasil menendang perut So Lai bersama-sama dengan kekuatan penuh.
Serangan itu membuat tubuh besar So Lai terlempar beberapa langkah hingga jatuh ke tanah. Dari mulutnya memuntahkan darah.
Sontak tiga orang pemuda muridnya itu langsung berlarian membantu So Lai sambil teriak panik. So Lai malah mengangkat tangannya, dan menyuruh mereka kembali ke posisi masing-masing.
"Jangan ganggu aku!" bentaknya dengan tatapan mata bengis. Nafasnya masih terlihat memburu.
Namun, tak butuh waktu lama, ia kembali berdiri dengan gagah, tatapan mata bengis dengan senyuman menyeringai masih menghiasi mukanya yang bulat, darahnya membasahi brewoknya yang tebal.
"Lebih baik kita sudahi saja pertarungan ini!" Wei Li Yang berkata.
Mendengar itu, So Lai malah tertawa mengejek, "Kalian takut, ya?"
Wei Fu Hun nampak emosi ketika So Lai berkata demikian. "Kami kasihan denganmu, lukamu sudah parah. Jika dipaksakan, khawatirnya malam ini akan jadi malam terakhirmu!"
"Cih!" So Lai menampakkan wajah garangnya sembari meludah, matanya nampak mendelik, jari telunjuknya ia acungkan kepada Wei bersaudara,"Aku tak takut mati. Ayo kita bertarung lagi!"
Selesai berkata, So Lai langsung melompat ke depan sambil melakukan sebuah serangan pukulan.
"Tunggu!!!"
Hampir saja pukulan itu sampai, satu suara teriakan keras membuat So Lai meghentikan serangannya.
Dari arah lain, samar-samar satu sosok tubuh muncul dengan berjalan cepat ke arah mereka. Belum nampak jelas kemunculannya karena penerangan yang ada belum mampu menampilkan sosok tubuh itu secara keseluruhan.
Tapi, dari suaranya, sosok itu adalah suara laki-laki dan siluet menampilkan bayangan ditangan laki-laki itu membawa sebuah benda yang bisa dipastikan itu adalah sebuah pedang.
"Kenapa lelaki itu ada di sini?" Suro membatin ketika pandangan matanya sudah mampu melihat lebih jelas. Ia cukup terkejut.
Di saat semua yang ada disitu terpaku pada asal suara yang datang, Suro langsung memegang lengan Li Yun dan menariknya mundur secara perlahan, dan bersembunyi di salah satu lapak dagangan yang sudah tutup dan tidak terlihat, lalu mengamati keadaan pertarungan dari tempat itu.
Sementara Li Yun nampak terlihat bingung, kenapa Suro menariknya dan mengajaknya bersembunyi.
Dilihatnya Suro memberi isyarat pada Li Yun agar tak bersuara dan cukup memperhatikan kejadian berikutnya dari situ.
"Kakak, kenapa kita bersembunyi?" bisik Li Yun.
"Dia adalah salah seorang prajurit Manchu," jawab Suro dengan berbisik pula.
Mendengar bisikan Suro, Li Yun terkejut. Bagaimana kakaknya itu bisa tahu bahwa sosok lelaki yang baru muncul adalah seorang tentara Manchu? Ia langsung gelisah kepikiran Suro, kakaknya. Jika ketahuan, entah apa yang terjadi, dan ia nampak seperti ketakutan memikirkannya.
"Celaka!" batin gadis itu.
Di area pertarungan, So Lai tersenyum melihat sosok yang datang dan langsung membungkukkan badan memberi hormat dengan dua tangannya ditangkupkan di depan dada. Sementara, Wei Fu Han dan Wei Li Yang tidak menunjukkan sikap apa apa. Mereka saling berbisik satu sama lain.
Lelaki itu berpakaian biru ala pendekar, tubuhnya lebih kecil dari So Lai, tapi juga tegap dan kekar. Sebuah pedang panjang berada erat dalam genggaman tangan kirinya. Tatapan matanya menampilkan sosok yang keras, seolah berdiri sebagai seorang yang terhormat, penampakan itu didukung dengan senyuman angkuh dan meremehkan siapapun yang dilihatnya
"Salam kakak Chou, syukurlah anda datang!" saambutnya dengan senyum hormat.