Setelah pernikahan aku langsung pindah kerumah kak Dev, lebih tepatnya rumah mertuaku. Sejujurnya aku takut, bagaimana dengan perlakuan mereka padaku, karena aku bukan menantu yang mereka inginkan. aku hanyalah seorang penganti saja.
kak Dev anak tunggal karenanya orang tuanya menginginkan kami tinggal disana setelah pernikahan ini.
Namun segala yang aku bayangkan, ternyata tidak sesuai. Mereka menerimaku dengan hangat. mertuaku sangatlah baik. "ayok sayang masuk, mulai sekarang ini adalah rumahmu, dan kami adalah orang tuamu,,jadi jangan segan ya..." kata mama Mia, mama mertuaku. "iya ma,,,Laura juga mohon mama jangan segan ya,,menegur Laura kalau Laura salah,,,karena Laura harus banyak belajar ma" kataku.
"Dev...ajak Laura kekamar,,,nah...sayang...istirahat ya"kata mama padaku. segera aku mengikuti langkah suamiku. melihat aku yang membawa koper besarku sendiri mama menegur suamiku. "Dev...kamu ini, bawakan dong ...kasian kan istrimu" kata mama. dengan segera kak Dev mengambil alih koperku."puas kamu" bisiknya padaku.
Jangan tanya bagaimana perasaanku, dengan setengah mati aku menahan agar tidak menangis didepan mertuaku. kupaksakan senyumku, walau dadaku rasanya sangat sesak, juga leherku seakan tercekik.
"karena Kita tinggal dirumahku, kamu jangan banyak ulah!" kata kak Dev padaku saat kami sampai dikamar. "kamar ini adalah kamarku, dan aku paling tidak suka kalau Ada yang menyentuh barang - barangku"katanya lagi. "baiklah kak, lalu dimana harus ku letakkan barang - barangku?" tanyaku padanya. "terserah, dan ingat tempatmu disana, jangan beranjak ketempat lain,,aku tidak suka kalau dimana - Mana ada bekas sentuhanmu, jijik !" katanya sambil berlalu meninggalkan kamar.
sepeningalannya air mataku tak kuasa lagi aku tahan. "kak Dev,,,kemana kak Dev yang baik dulu,,,hik hiks,,,..papa , mama,,suami seperti apa yang kalian beri untukku...hiks hiks...".
segera ku seka air mataku dan kuperhatikan setiap sudut kamar ini, kamar ini luas,,ada ranjang yang luas juga,, lemari yang besar, juga ada meja juga sofa didalamnya. kamar mandinya juga bagus, warna kamar ini Abu - Abu. putih,,mungkin warna kesukaan kak Dev. dapat kulihat, disana juga Ada meja rias,, ke dekati meja tersebut, beraneka produk kecantikan wanita Ada disana. Aku tersenyum, aku mengambil sebuah parfum dan ku coba wanginya.
"jangan pernah sentuh apapun!" hardik kak Dev. aku tidak menyadari kalau kak Dev ternyata sudah masuk kedalam kamar kembali. "maaf kak...aku..." kata - kata ku terputus. Badanku terdorong hingga aku terjerembab ke lantai. "jangan pernah menyentuh apapun disini, semua ini khusus untuk Lidya, jangan buat segalanya kotor karena tanganmu" kata kak Dev lagi. "auw..."rintihku saat botol parfum yang tadi aku coba dilempar kak Dev kearahku. " menjijikkan" katanya.
Air mataku kembali mengalir deras, apa salahku hingga suamiku sendiri memperlakukanku seperti ini. "tidak udah pura - pura menangis, ingat...aku tidak pernah kasian melihat tangismu, tapi aku jijik, kau dengar itu jijik !" katanya penuh penekanan padaku. "maafkan aku kak" kataku lirih. "maaf...maaf kamu bilang,,gara - gara kamu...hidupku jadi seperti ini, aku bahkan harus kehilangan wanita yang aku cintai,,kakakmu sendiri,,dan sekarang aku harus terjebak dengan pernikahan konyol ini bersamamu! puas kamu menghancurkan hidupku!" bentaknya lagi.
"tidak kak...aku..." lagi - lagi kata - kataku terpotong oleh perkataan kak Dev. "diam...tidak usah bicara, aku capek" katanya sambil merebahkan dirinya diranjang yang terlihat empuk itu.
aku kembali menangis dan duduk disudut,, aku takut akan membuatnya marah lagi.
Saat makan malam, aku bilang pada mertuaku kalau aku capek tidak ikut makan, Dan syukurlah mereka memperbolehkan tanpa bertanya.
Jangan tanya apa aku lapar atau tidak, tentu saja aku sangat lapar..,tapi...aku tidak berani makan dimeja makan bersama dengan yang lain, aku tidak mau kak Dev kelaparan karena selera makannya akan hilang melihatku disana. "kalau kakak yang jadi istri kak Dev ,,apa kak Dev akan memperlakukannya seperti kak Dev memperlakukanku?" tanyaku pada diri sendiri. "tentu saja tidak, mereka Kan saling mencintai, tidak seperti aku,..." kataku lagi.
aku mencoba memejamkan mataku,,jangan Kira aku tidur diranjang atau di sopa,,aku tidur dilantai pojok,,dengan alas selimut kesayangaku. Kak Dev memasuki kamar saat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. "bagus...ternyata kamu tahu diri" katanya saat melihatku.
kak Dev menyetel ac dikamar dengan sangat dingin,,kupeluk boneka kesayanganku semakin erat,,sebenarnya ingin ku minta untuk mengecilkan ac nya,,tapi aku takut dia semakin marah.
karena terlalu dingin, akhirnya aku keluar dari kamar dan tidur di sofa ruang keluarga. "asalkan besok bangun Pagi,,pasti tidak ada yang tahu kalau aku tidur disini" kataku sambil membaringkan tubuh lelahku.
seperti biasa aku terbangun jam 3 Pagi,,dan benar saja belum ada orang yang bangun, bahkan asisten rumah tangga juga. segera aku kembali masuk ke kamar, agar tidak ada yang curiga.
untung saja aku membawa beberapa buku ku, jadi aku memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahku.
lampu dikamar redup, karena hanya lampu tidur saja yang di nyalakan,,tapi lagi - lagi, aku tidak berani untuk menyalakannya karena takut kak Dev terganggu tidurnya.
saat jam menunjukkan jam 5 Pagi, aku segera bersiap,,mumpung kak Dev belum bangun, kalau dia bangun aku pasti tidak diizinkan kekamar mandi yang Ada di kamar ini. jam 6 Pagi aku keluar menemui mertuaku yang sudah duduk diruang makan. "Pagi...ma,,pa..."sapaku sambil duduk disamping mereka. "loh...Laura...kamu mau kemana, kok sudah tapi?" Tanya papa. "oh...Laura Ada kelas Pagi pa" jawabku singkat.
"memangnya sepagi ini?" Tanya mama penasaran. "tidak ma,,tapi Laura harus ke warung juga" jawabku lagi. "warung??, kok mama tidak tahu,," Tanya mama lagi. "oh...warung kecil - kecilan ma, Laura bikin sama teman Laura, kemaren kan Laura tidak kesana, jadi Hari ini Pagi - Pagi Laura kesana dulu" ceritaku pada mereka. "kamu jualan apa?" Tanya papa mertuaku kini. "bakso sama mie ayam aja pa,,hehehe yang banyak minatnya" kataku lagi. "sudah berapa lama kamu bikin warung?" Tanya papa lagi. "sudah lama pa,,dari Laura masuk kuliah " kataku lagi.
setelah wawancara Pagi dengan mertuaku, segera aku meluncur karena taksi online yang aku pesan sudah datang.
usaha yang kami rintis memang tidak besar namun cukup untuk biaya kuliah kami, orang tuaku bukannya tidak mampu membiayai kuliahku, tapi aku tidak Enak saja, karena mama papa selalu membandingkan aku dengan kakak.
"Lau...gimana dengan pernikahan mu?, kenapa aku lihat suamimu..seperti pacar kakakmu?" Tanya Niken sahabatku. "dia memang pacar kak Lidya " jawabku lirih. "ha....lalu...kenapa kamu bisa nikah sama dia!" kaget Niken lagi. "aku juga tidak mengerti,,tiba - tiba papa sama mama memanggilku dan memintaku untuk menikah dengannya mengantikan kakak" kataku lesu. "memangnya kakakmu kenapa?" Tanya Niken lagi. "entahlah....orang tuaku bilang katanya kakak keluar negeri untuk mengapai impiannya" jawabku lirih. "kok tega banget sih orang tuamu,,lalu...bagaimana dengan suamimu?, apa dia baik padamu?" Tanya Niken dengan nada khawatir. akhirnya cerita meluncur dari mulutku, tentang bagaimana dingin, juga acuhnya suamiku, namun tidak semua aku ceritakan pada Niken, bagaimanapun kak Dev suamiku, tidak mungkin aku menceritakan kejelekannya. "syukurlah, kalau dia masih baik, walau sikapnya cuek" kata Niken akhirnya.
"lalu...kamu?" tanyaku padanya. pasalnya aku juga tahu Niken sedang dalam masalah. "aku masih berusaha untuk mencari jalan keluarnya" katanya sedih. "ini....penghasilan Minggu ini,," kataku menyerahkan hasil bersih jualan kami, memang selalu seperti itu. " kenapa dikasih padaku semua,,Kita bagi dua seperti biasa lah" katanya. aku gelengkan kepalaku. "tidak, kamu sedang banyak kebutuhan, kalau aku....tahu sendiri sekarang sudah ada suami, jadi kamu jangan khawatir, ambillah, semoga Ayah cepat sembuh" kataku yang disambut pelukan hangat darinya.