Chereads / Indah cintaku / Chapter 3 - konflik 1

Chapter 3 - konflik 1

Hari sudah petang , namun aku masih dikamous, karena menunggu dosen untuk bimbingan skripsiku. aku memang akan lulus lebih cepat karena aku ikut kuliah pendek.

Bukan tanpa alasan aku ingin cepat lulus kuliah,,ini agar aku bisa segera fokus pada pekerjaanku. Mungkin orang - orang memandang rendah pekerjaanku, namun aku yakin,,suatu saat kami akan mendapat kesuksesan.

walaupun tenaga dan juga pikiranku semua tercurah, namun tidak masalah, aku menyukainya. Saat aku tiba dirumah jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. saat ku ketuk pintu ternyata yang membuka mama mertuaku. "sayang...kok malam benar pulangnya?" Tanya mama mertuaku. "iya ma,,Laura tadi lama nunggu dosennya" kataku. "ya sudah,,,kamu pasti belum makan Kan,,,mama hangatkan dulu ya makanannya" kata mama dan kuanguki saja.

saat aku masuk kamar ternyata suamiku sedang duduk disofa. segera kusapa dirinya. "selamat malam kak Dev" sapaku padanya. "kemana saja jam segini baru pulang!" katanya marah. "maaf kak, tadi...Laura harus nunggu dosen du...." kata - kataku terputus oleh perkataannya. "tidak usah banyak alasan, harusnya kamu tahu diri dong, kamu tu sekarang seorang istri, ingatlah tanggung jawabmu sebagai seorang istri, bukan malah keluyuran tidak jelas, bahkan sampai pulang malam!" omelnya padaku.

"atau memang seperti inilah dirimu, hobi keluar malam, dasar cewek ngak bener!" katanya sarkas. Ku tundukkan kepalaku dan kutahan isakanku. tega - teganya dia mengataiku seperti itu. "aku...minta maaf" kataku lirih. "ah...sudahlah....Sana pergi" usirnya padaku. Segera aku keluar kamar dan menuju ruang makan, dengan menahan segala tangisanku. "loh...kamu tidak Mandi dulu?" Tanya mama yang melihatku. " nanti aja ma,,Laura keburu lapar" kataku. "ya udah sini duduk,,bi...bawa makanannya kemari, Nona udah lapar" kata mama pada asisten rumah tangga. aku hanya tersenyum mendengarnya.

Hari semakin larut, mama sudah masuk kekamar, tapi aku takut masuk kamar. akhirnya aku putuskan kembali tidur di ruang keluarga.

Hari ini tidak seperti kemaren, aku bangun kesiangan, hingga mama lah yang membangunkanku. "Laura...sayang...kenapa kamu tidur disini?" Tanya mama padaku. "sebenarnya....semalam Laura nonton terus ketiduran disini" kataku. "lalu....kemana dev?" Tanya mama lagi. "kak Dev dikamar ma, semalam Kan kak Dev udah tidur dulu,,terus Laura tidak bisa tidur,,ya udah nonton tv tak tahunya malah ketiduran disini" kataku lagi.

Dimeja makan mama terus memarahi kak Dev karena membiarkanku tidur diruang keluarga. "puas kamu membuat mama marah padaku!" kata kak Dev kesal padaku. " maaf kak,,Laura tidak bermaksud...." kak Dev segera pergi meninggalkan ruang makan, aku mengejar dan menyusulnya. "kak...tunggu kak..."kataku sambil berusaha mengapai tangannya. "jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" katanya sambil menghempas dan mendorong badanku. "aw..." ringisku saat aku terjerembab ke lantai. "dasar...kau memang pembuat masalah dihidupku, apa salahku padamu hah...apa ...!" bentaknya lagi. Mama papa segera membantuku, bahkan papa menampar kak Dev. " papa tidak pernah mengajarimu kasar kepada cewek, terlebih dia istrimu!" bentak papa pada kak Dev. "istri....istri...Dev tidak pernah mengharap dia sebagai istri dev,,karena keegoisan dia, gadis yang dev cintai pergi" kata kak Dev bertambah marah. "siapa yang menyuruhmu menikahinya,,siapa! bukankah papa waktu itu mengatakan padamu untuk membatalkan pernikahan itu !" kata papa yang membuat kak Dev terdiam, begitu juga aku yang sangat kaget mendengar semuanya.

"kamu yang menginginkan menikah dengannya, harusnya kamu tanggung jawab padanya" Kali ini mama yang berbicara.

"coba kau pikir lagi, sebenarnya siapa yang egois,,wanita yang kau cintai itu, atau istrimu ini,,siapa yang meninggalkan mu, kenapa harus dia yang egois" kata mama lagi. "ma...Lidya pergi karena dia,,dia mengatakan kalau dia mencintai dev, dia ingin jadi istri dev,,sebagai kakak, Lidya ingin adiknya bahagia, karenanya dia pergi meninggalkan dev" kata kak Dev penuh amarah. " tapi...Laura...tidak...", ucapku kembali terpotong oleh kak Dev. " diam kamu, jangan lagi perdengarkan suara menjijikkanmu itu ditelingaku" katanya lagi. "apa kau tahu....kamu benar - benar menjijikkan aku jijik tiap melihat..." "plak,,plak !" suara tamparan papa pada kak Dev.

aku memejamkan mataku dan menahan air mataku, aku tidak bisa menangis dihadapan mertuaku. apalagi kak Dev. "maafkan aku..." kataku sambil bangkit dan berlari masuk kekamar. aku masuk kamar Mandi, Dan menyalakan keran air dengan keras, berharap tidak Ada yang mendengar tangisanku.

Malam harinya papa mama meminta kak Dev untuk minta maaf padaku, dan entah kenapa dia mau minta maaf padaku.

" nah...gitu, jangan bertengkar lagi ya,,kalian harus saling mencintai" kata mama tersenyum. aku juga ikut tersenyum dengan perkataan mama.

Namun semuanya menjadi lebih parah saat kami dikamar, kak Dev langsung menamparku dan kembali mendorongku, bahkan dia mengunciku di balkon. aku hanya bisa menangis lirih. "papa mama, kehidupan seperti apa yang kalian kasih padaku,,kakak....apa kakak bahagia, semoga kakak selalu mendapat kebahagiaan, cukup aku saja yang merasakan semua ini" kataku lirih.

Hari - hari kami berjalan seperti biasa, kak Dev akan berlaku baik jika didepan papa mama, namun akan kembali kasar padaku, bahkan kini kak Dev tidak tahu untuk menampar atau memukulku. apalagi kedua mertuaku hanya tinggal bersama kami selama sebulan, setelahnya mereka tinggal di luar negeri untuk mengelola bisnis yang disana.

Asisten rumah tangga juga hanya datang Pagi, lalu pulang siang setelah semuanya beres. karena selama bersama mertuaku juga mereka jarang diam dirumah, hanya kalau mertuaku memintanya saja.

walaupun tidak ada orang lain, kak Dev tetap tidak membiarkanku sembarangan, dengan berbagai alasan,,dan yah...sekarang dibalkon kamarnya inilah aku tinggal. kalau hujan....jangan ditanya lagi.

"Laura...bikinkan kopi!" teriaknya dari kamar, segera aku bikinkan dan kuantar namun. "au..." lagi - lagi kopi melayang kearah tubuhku. "bikinkan yang baru!" katanya tanpa rasa bersalah sedikitpun padaku.

Segera aku membuatnya kembali walaupun kulit perutku sudah terasa perih, aku yakin ini melepuh. ku taruh dimeja didepannya dan aku segera pergi ke balkon. aku tidak ingin kena siraman kopi panas lagi.

Dan saat kubuka bajuku,,memang kulit perutku sudah merah, segera kuoleskan obat, tentu saja aku sudah sedia obat - obatan, apalagi untuk Luka bakar, karena ini bukan pertama Kalinya.