"Pemburu vampir adalah manusia istimewa yang lahir dengan kemampuan untuk menimbulkan cedera berat pada vampir. Manusia kebanyakan tidak bisa menyentuh kami, tentunya. Jangan tanya padaku bagaimana atau kenapa hal ini bisa terjadi; tidak ada sistem yang bisa menjelaskannya.kebanyakan pemburu vampir ini menjalani hidup tanpa menyadari kalau mereka memiliki bakat ini. Ada beberapa manusia yang memutuskan untuk menjadikan hal itu sebagai sebuah karier. Mereka muncul begitu saja dari waktu ke waktu, menembak vampir kadang-kadang, membuat banyak gangguan sampai ada vampir atau iblis yang melawan mereka."
"Gangguan?" Tanya Cody ragu. "Meski setelah yang terjadi pada Duane? Apa kau sedikitpun tidak khawatir kalau orang ini mungkin memburumu? Mengejar kita?"
"Tidak," kata Peter. "Aku tidak khawatir."
Aku ikut bingung seperti Cody. "Kenapa tidak?"
"Karena orang ini, siapapun dia, adalah seorang amatir." Peter melirik Hugh dan aku. "Apa yang dikatakan Jerome soal kematian Duane?"
Memutuskan kalau aku sendiri butuh minum, aku memeriksa lemari minuman keras ku dan membuat vodka gimlet. "Dia ingin tahu apa aku yang melakukannya."
Peter membuat gerakan tak peduli. "Bukan, tentang bagaimana dia mati."
Hugh mengerutkan dahi, sepertinya berusaha menyatukan kepingan logika pikirannya. "Dia bilang kalau Duane ditemukan mati... Dengan sebuah pasak menembus jantungnya."
"Nah. Kau mengerti?"
Peter melihat kami dengan penuh harap. Kami semua memandangnya balik, bingung.
"Aku tidak mengerti," kataku pada akhirnya.
Peter mendesah, lagi-lagi tampak muram. "kalau kau seorang manusia yang memiliki kemampuan setengah hebat untuk membunuh vampir, sama sekali tidak masalah bagaimana caramu membunuhnya. Kau bisa menggunakan pistol, sebilah pisau, sebuah tempat lilin, atau apapun. PasakĀ menembus jantung hanyalah desas-desus. Kalau seorang manusia normal melakukan itu pada vampir, hal itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa pada si vampir kecuali membuatnya sangat marah. Kita hanya mendengar hal itu saat seorang pemburu vampir melakukannya, jadi hal itu menjadi sebuah tahayul yang memikat, sebenarnya, hal itu hanya bagaikan mitos telur di ekuinoks."
"Apa?" Hugh benar-benar kelihatan bingung.
Aku menggosok mataku. "Sebenarnya aku tahu apa yang dia bicarakan, meski hal itu menakutkan untuk diakui. Ada mitos urban tentang telur yang bisa menjaga keseimbangannya selama ekuinoks. Terkadang hal itu berhasil, terkadang tidak, tapi sejujurnya, kau akan mendapatkan hasil yang sama kapanpun. Orang-orang hanya mencoba pada ekuinoks, jadi hanya itulah yang disadari orang-orang." Aku melirik Peter. "Maksudmu adalah seorang pemburu vampir bisa membunuh vampir dengan banyak cara, tapi karena pasak yang mendapatkan perhatian, itulah yang menjadi metode paling diterima untuk... Mencabut keabadian."
"Menurut orang-orang," dia membenarkan. "Kenyataannya, sulit sekali menembus jantung seseorang dengan pasak. lebih mudah menembak nya."
"Dan kau pikir pemburu ini amatir karena..." Cody berhenti, jelas tidak berhasil diyakinkan dengan analogi telur yang meyakinkan.
"Karena setiap pemburu vampir yang lihai tahu hal itu Dan tidak akan menggunakan pasak. Orang ini benar-benar pemula."
"Pertama-tama," kataku menasehati Peter, "Jangan katakan lihai. Ucapan itu sudah ketinggalan zaman dan membuatmu terdengar kuno. Kedua, mungkin pemburu ini hanya mencoba untuk sedikit bergaya klasik atau entah bagaimana. Dan meski orang ini adalah pemula, Apa hal itu penting karena dia berhasil membunuh Duane?"
Peter mengedikkan bahu. "Dia adalah bajingan yang congkak. Vampir bisa merasakan kehadiran pemburu vampir pada jarak dekat. Digabungkan dengan kurangnya pengalaman orang ini, Duane seharusnya tidak bisa dikalahkan. Dia bodoh."
Aku membuka mulutku untuk membantah. Mungkin aku termasuk orang-orang yang setuju kalau Duane arogan dan bajingan, tapi dia tidak bodoh. Makhluk abadi tidak bisa hidup selama kami dan melihat begitu banyak hal tanpa sedikit banyak memahami hal-hal licik untuk bertahan hidup. Kami tumbuh dengan cepat, begitulah kira-kira.
Pertanyaan lain muncul di kepalaku. "Bisakah pemburu ini melukai makhluk abadi lain? Atau hanya vampir?"
"Hanya vampir, sejauh yang kutahu."
Ada sesuatu yang tidak cocok antara komentar Peter dan Jerome. Aku tidak tahu apa tempatnya yang menggangguku, jadi aku menyimpan rasa was-was ku sendiri saat yang lain terus berbincang-bincang. Topik pemburu vampir ini mulai berlalu, begitu mereka memutuskan dengan sedikit kekecewaan Aku sama sekali tidak menyewa siapapun. Cody dan Hugh juga terlihat cukup puas dengan teori Peter tentang seorang pemburu amatir yang sama sekali bukan ancaman.
"Hati-hatilah kalian berdua," aku memperingatkan para vampire saat mereka bersiap pergi. "Pemula atau bukan, Duane tetap mati."
"Iya, mom," jawab Peter tidak peduli, sambil mengenakan mantelnya.
Aku melirik Cody tajam, dan dia tampak sedikit malu. Dia lebih mudah dimanipulasi dibanding gurunya.
"Aku akan berhati-hati, Georgina."
"Hubungi aku kalau ada hal yang aneh terjadi."
Cody menggangguk, membuatnya mendapat putaran bola mata dari Peter. "Ayo," kata vampir yang lebih tua. "Saatnya mencari makan malam."
Aku tersenyum mendengarnya. sementara vampir mencari makan malam mungkin menakutkan bagi sebagian besar orang, aku tahu yang sebenarnya. Peter dan Cody benci memburu korban manusia. Mereka kadang melakukannya, tapi jarang sekali membunuh saat melakukannya. Kebanyakan makanan dan minuman mereka berasal dari pembelian di toko daging mentah. Seperti aku, mereka tidak peduli terhadap pekerjaan celaka mereka.
"Hugh," kataku tajam saat dia akan keluar mengikuti para vampir. "Bisa bicara denganmu, please."
Para vampir memberikan tatapan simpati pada Hugh sebelum pergi. Sang imp' menyeringai, menutup pintu dan berdiri menghadapku.
"Hugh, aku memberikan kunci itu untuk hal darurat...?"
"Pembunuhan vampir tidak termasuk hal darurat?"
"Aku serius! sudah cukup buruk Jerome dan Carter bisa berteleportasi ke sini tanpa kau yang memutuskan untuk membuka pintunya bagi Tuhan dan seluruh dunia."
"Menurutku Tuhan tidak diundang malam ini."
"Kalau begitu, kau mengatakan pada mereka soal kostum gadis iblis..."
"Oh, ayolah," Hugh memprotes. "Hal itu terlalu seru untuk disimpan sendiri. Lagi pula, mereka teman kita. Apa masalahnya?"
"Tentu saja itu masalah karena kau bilang kau tidak akan mengatakannya," aku menggeram. "Teman macam apa kau? Terutama setelah aku membantu MU tadi malam?"
"Ya Tuhan, Georgina. Maafkan Aku, Aku tidak tahu kau menganggap ini begitu serius."
Aku menyisirkan tangan di rambutku. "Bukan cuma itu. Itu... Entahlah. Ini karena Duane. Aku memikirkan hal yang dikatakan Jerome padaku..."
Hugh menunggu, memberiku waktu untuk memantapkan diri, merasakan kalau aku akan mengungkapkan sesuatu. Pikiranku merenungkan kejadian malam itu sambil memperhatikan postur besar di imp di sebelahku. Terkadang dia bisa sekonyol vampir; Aku tidak tahu apa aku bisa bicara serius padanya.
"Hugh... Bagaimana kau tahu kalau iblis berbohong?"
Hening sejenak, kemudian dia mulai tertawa pelan, menyadari lelucon lama itu. "Bibirnya bergerak." Kami bersandar di konter ku, dan dia memperhatikanku dari tubuhnya yang lebih tinggi. "Kenapa? Kau pikir Jerome berbohong pada kita?"
"Iya, begitulah." Kemudian hening lagi.
"Ceritakan padaku, kalau begitu."
"Jerome memintaku untuk berhati-hati, berkata kalau aku bisa saja dikira sebagai vampir."
"Dia mengatakan hal yang sama padaku."
"Tapi Peter bilang kalau pemburu vampir tidak bisa membunuh kita."
"Jantungmu pernah ditembus Pasak? Itu mungkin tidak membunuhmu, tapi aku berani bertaruh kau tidak akan menyukainya."
"Cukup adil. Tapi Jerome mengatakan bahwa pemburu vampir menjadi vampir lain dengan mengikuti buruan mereka. Itu omong kosong. Cody dan Peter adalah pengecualian. Kau tahu bagaimana kebanyakan vampir... Mereka tidak bergaul dengan vampir lain. Mengikuti yang satu secara acak tidak akan membawa ke yang lain."
"Yeah, tapi dia bilang yang ini pemula."
"Jerome tidak bilang begitu. Itu adalah teori Peter berdasarkan pasaknya."
Hugh menggerutu untuk menenangkan. "Oke, jadi menurutmu apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya tahu cerita ini berlawanan satu sama lain. Dan Carter sepertinya terlibat, sepertinya dia memiliki sebuah rahasia dengan Jerome. Kenapa Carter harus peduli? Secara teknis seharusnya dia setuju ada orang yang membunuh kaum kita."
"Dia malaikat. Bukankah seharusnya dia menyayangi semua orang, bahkan yang terkutuk? Terutama saat yang terkutuk itu adalah teman minumnya."
"Aku tidak tahu. Ada hal lain yang disembunyikan... dan Jerome sepertinya begitu bersikeras agar aku berhati-hati. Kau juga, sepertinya."
Hugh tetap diam selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kau gadis yang cantik, Georgina."
Aku terkejut. Pembicaraan yang serius sudah berakhir rupanya. "Apa kau minum minuman yang lain selain bir?"
"Aku lupa," lanjut Hugh, mengabaikan pertanyaanku, "Kalau kau juga pandai. Aku terlalu banyak bekerja di sekeliling wanita yang picik... Istri pinggiran yang menginginkan kulit yang lebih halus dan payudara besar... Yang tidak memiliki ketertarikan selain pada penampilan mereka. Mudah sekali terperangkap dalam stereotip dan lupa kalau kau juga memiliki otak di dalam sana, dibalik wajah yang cantik. Kau melihat banyak hal dengan cara yang berbeda dari kami semua... Lebih jelas, kurasa. Semacam gambaran pola pikir yang lebih besar. Mungkin karena usiamu... Jangan tersinggung."
"Kau memang terlalu banyak minum. Lagipula, aku tidak cukup pandai untuk tahu apa yang disembunyikan Jerome kecuali... Tidak ada pemburu succubus atau imp di luar sana, kan?"
"Apa kau pernah mendengarnya?"
"Tidak."
"Begitu juga aku. Tapi aku sering mendengar pemburu vampir... Tidak terikat dengan kebudayaan populer." Hugh mengambil sebatang rokoknya dan berubah pikiran, mengingat aku tidak suka asap rokok didalam apartemenku. "aku pikir tidak ada seorangpun yang akan menusuk jantung kita dengan pasak dalam waktu dekat ini, kalau hal itu yang mengganggumu."
"Tapi kalau setuju Kalau ada yang disembunyikan dari kita."
"Apalagi yang kau harapkan dari Jerome?"
"Kupikir... Kupikir aku akan pergi menemui Erik."
"Apa dia masih hidup?"
"Terakhir kali yang kudengar begitu."
"Itu ide yang bagus. Dia tahu lebih banyak tentang kita daripada kita sendiri."
"Kau akan ku beritahu begitu Aku menemukan sesuatu."
"Tidak usah. Sepertinya lebih baik aku tetap tidak tahu."
"Baiklah. Ke mana kau akan pergi sekarang?"
"Aku akan menghabiskan waktu setelah kerja dengan salah satu sekretaris baru, kalau kau mengerti maksudku." Hugh menyeringai nakal. "Usianya 20 tahun, dengan payudara yang melawan gravitasi. Seharusnya aku tahu. Akulah yang membantu memasangnya."
Aku tidak tahan untuk tidak tertawa, meskipun suasananya muram. Hugh, seperti kamu, memiliki pekerjaan di siang hari saat tidak harus berurusan dengan iblis dan kehancuran. Untuknya, garis batas antara kedua pekerjaan itu sangatlah tipis; dia adalah seorang ahli bedah plastik.
"Aku tidak bisa bersaing dengan itu."
"Tidak benar. Ilmu pengetahuan tidak bisa meniru payudara mu."
"Pujian dari seorang ahli sejati. Selamat bersenang-senang."
"Pasti, waspadalah, manis."
"Kau juga."
Hugh memberiku ciuman ringan di dahi dan pergi. Aku berdiri di sana, sendirian pada akhirnya, memandang kosong pada pintuku dan bertanya-tanya Apa maksud semua ini. Peringatan Jerome mungkin berlebihan, putusku. Seperti yang dibilang Hugh, tidak ada yang pernah mendengar soal pemburu imp atau succubus.
Tetap saja, aku memasang handle dan mengaitkan rantai di pintu ku sebelum pergi tidur. Mungkin aku memang makhluk abadi, tapi aku tidak ceroboh. Yah, setidaknya tidak saat dibutuhkan.