"untuk seseorang yang baru saja merencanakan sebuah pembunuhan, Kau tampak sedikit berlebihan.
Berlebihan? Dalam waktu 24 jam terakhir, aku harus berurusan dengan perjaka, vampir yang menakutkan, pembunuh, tuduhan, dan rasa malu di depan pengarang favoritku. Kurasa pulang ke apartemen yang sunyi bukanlah suatu permintaan yang berlebihan. Malah, aku menemukan tiga penyusup. 3 penyusup yang juga teman-temanku, ingat itu, tapi hal itu tidak mengubah masalah utamanya.
Sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang mengerti kenapa aku begitu kesal.
"Kalian melanggar privasiku! Dan aku tidak membunuh siapapun. Kenapa semua orang berpikir demikian?"
"Karena kau bilang sendiri kau akan melakukannya," jelas Hugh. Imp' itu telentang di sofa kecil milikku,sikapnya yang santai seperti menunjukkan kalau akulah yang berada di rumahnya. "Aku mendengarnya dari Jerome."
Di seberangnya, teman kami Cody menawarkan senyum bersahabat.disaat masih terlalu muda sebagai vampir dan mengingatkanku akan adik laki-laki yang tidak pernah kumiliki. "Jangan khawatir. Dia sudah bisa menduga nya. Kami mendukungmu."
"Tapi aku tidak..."
"Apa aku mendengar tuan rumah kita yang terkenal?" Seru Peter dari dalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian, dia muncul di lorong. "kau terlihat sangat menawan untuk seorang otak kriminal."
"Aku bukan..." Kata-kata aku terputus begitu aku melihat penampilannya. Untuk sesaat, pikiran soal pembunuhan dan gangguan di apartemen keluar dari otakku. "Demi Tuhan, Peter. Apa yang terjadi pada rambutmu?"
Dia dengan sengaja menyingkirkan tangannya di rambut lancipnya yang menutupi kepala. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak produk rambut yang harus digunakan untuk menentang hukum fisika seperti itu. Lebih buruk lagi, ujungnya diwarnai pirang keputihan, tampak mencolok di antara rambut gelapnya yang normal.
"Teman kerjaku membantuku mengerjakan nya."
"Seseorang yang membencimu?"
Peter mendengus. "Kau adalah succubus paling tidak menawan yang pernah kutemui."
"Kupikir rambut itu sungguh, ini, menegaskan bentuk alis matamu," Cody mencoba bersikap diplomatis. "Hanya saja... Perlu sedikit terbiasa."
Aku menggelengkan kepala. Aku menyukai Peter dan Cody. Mereka adalah satu-satunya vampir yang mau ku ajak berteman, tapi itu tidak membuat mereka normal. Antara kelainan Piter yang bermacam-macam dan optimisme Cody yang keras, terkadang aku merasa seperti pria yang normal er, wanita dalam sebuah sitkom.
"Harus benar-benar terbiasa," gumanku, menarik bangku bar dari dapur.
"Dan itu keluar dari mulutmu," balas Peter. "Kau dengan sayap dan kostum serta cambuk mu mu."
Aku melongo, dan aku melemparkan pandangan tidak percaya pada Hugh. Dia cepat-cepat menutup katalog Victoria secret yang sedang dilihatnya.
"Georgina..."
"Katamu kau tidak akan bilang siapa-siapa! Kau mengunci bibirmu dan semua perkataan itu!"
"Aku, uh... Kelepasan."
"Apakah benar benar memiliki tanduk?" Tanya Peter.
"Oke, cukup sudah. Aku ingin kalian semua keluar dari sini sekarang."Aku menunjuk pintu. "Aku sudah cukup mendapat masalah dari ini tanpa harus kalian bertiga tambahkan lagi."
"Kau bahkan belum menceritakan soal kontrak dengan Duane." Mata Cody yang seperti anak anjing menatapku penuh harap. "Kami setengah mati ingin tahu."
"Jadi, Duane yang secara teknis mati," jawab Peter dengan nada rendah.
"Hati-hati dengan komentarmu yang menghina," Hugh mengingatkan. "Kau mungkin selanjutnya."
Aku sedikit berharap kalau ada uap yang mengalir keluar dari telingaku. "Untuk terakhir kalinya, aku tidak membunuh Duane! Jerome percaya padaku, oke?"
Cody tampak berpikir keras. "Tapi kau memang mengancamnya..."
"Ya, dan sejauh yang kuingat, begitupun kalian semua pada waktu tertentu. Ini hanyalah sebuah kebetulan. Aku sama sekali tidak terlibat dalam hal ini, dan..." Tiba-tiba sesuatu tampak jelas bagiku. "Kenapa semua orang terus mengatakan hal seperti merencanakan kematiannya atau menyuruh seseorang untuk membunuhnya? Kenapa kalian tidak mengatakan kalau aku yang melakukannya sendiri?"
"Tunggu... Kau baru saja mengatakan kalau kau tidak melakukannya."
Peter memutar bola matanya pada Cody sebelum memalingkan wajahnya padaku, ekspresi sang vampir yang lebih tua itu berubah serius. Tentu saja, serius artinya banyak hal saat dipasangkan dengan gaya rambut milik Nya. "Tidak ada yang mengatakan kau melakukannya karena kau tidak mungkin melakukannya."
"Terutama dengan sepatu itu." Hugh menganggukkan kepalanya pada sepatu hak tinggi ku.
"Aku menghargai kepercayaan kalian yang begitu minim terhadap kemampuanku, tapi apa tidak mungkin aku melakukannya, entahlah, mengagetkannya? Maksudku, secara hipotesis."
Peter tersenyum. "Hal itu tidak menjadi masalah. Makhluk abadi rendahan tidak bisa membunuh sesamanya," melihat wajahku yang terpana, dia menambahkan, "Bagaimana mungkin kau tidak tahu? Setelah hidup selama ini?"
Kalimatnya bermaksud menggoda. sudah menjadi sebuah misteri yang tidak terucapkan antara Peter dan aku mengenai siapa diantara kami yang merupakan manusia berubah menjadi makhluk abadi yang tertua dalam lingkaran kecil kami. Tidak ada satupun dari kami yang secara terbuka mengakui usia kami, jadi kami tidak pernah benar-benar tahu siapa yang abadnya paling lama. Pada suatu malam, setelah menghabiskan 1 botol tequila, kami mulai memainkan "Apa kau ingat saat..."
Kami hanya bisa sampai pada ada revolusi industri sebelum tertidur.
"Karena tidak ada seorang pun yang berusaha membunuhku. Lalu kenapa, Apakah bermaksud mengatakan bahwa semua peperangan yang dilakukan vampir tidak ada gunanya?"
"Yah, bukannya tidak ada hasilnya sama sekali," kata Peter. "Kami menimbulkan kerusakan yang cukup parah, percayalah padaku. Tapi tidak, tidak ada seorang pun yang mati. Dengan semua perselisihan teritori, hanya akan tersisa sedikit sekali kaum kami kalau kami saling membunuh."
Aku tetap diam, memutar penjelasannya di dalam kepalaku. "Kalau begitu bagaimana..." Tiba-tiba aku ingat perkataan Jerome padaku. "Mereka dibunuh oleh pemburu vampir."
Peter menggangguk.
"Ada apa dengan mereka?" Tanyaku. "Jerome tidak mau menjelaskan dengan rinci."
Hugh ikut tertarik. "Maksudmu seperti gadis di TV itu? Si pirang seksi?"
"Ini akan menjadi malam yang panjang." Peter menatap kami dengan tajam. "Kalian semua membutuhkan vampir 101. Sepertinya kau tidak akan menawarkan minuman apapun pada kami, Georgina."
Aku melambaikan tangan dengan tidak sabar kearah dapur. "Ambil apapun yang kau mau. Aku ingin tahu soal pemburu vampir ini."
Peter melangkah keluar dari ruang tamuku, berteriak saat dia hampir terjatuh karena salah satu tumpukan buku yang kuletakkan sembarangan. Aku membuat catatan di kepalaku untuk membeli rak buku baru. Merenggut, dia memeriksa kulkasku yang nyaris kosong dengan pandangan tidak senang.
"Kau benar-benar harus meningkatkan kemampuanmu sebagai tuan rumah."
"Peter..."
"Jadi, aku sering mendengar cerita soal succubus lain... Yang ada di Missoula. Siapa namanya?"
"Donna," jawab Hugh
"Yeah, Donna. Kudengar dia menggelar pesta yang hebat. Memesan makanan. Mengundang semuanya."
"Kalau kalian ingin berpesta dengan 10 orang di Montana, kupersilakan kalian pindah ke sana. Sekarang jangan buang-buang waktu."
Mengabaikanku, Peter memperhatikan bunga anyelir merah yang kubawa tadi malam. Aku meletakkannya di dalam vas di dekat tempat cuci piring. "Siapa yang mengirimi mu bunga?"
"Bukan siapa-siapa."
"Kok mengirimkan bunga pada dirimu sendiri?" Tanya Cody, suaranya bergetar penuh simpati.
"Tidak, aku hanya membelinya. Itu tidak sama. Aku tidak... Begini.kenapa kita membicarakan hal ini sementara ada dugaan pemburu vampir berkeliaran? Apakah kalian berdua dalam bahaya?"
Peter akhirnya menjatuhkan pilihan pada air tapi melemparkan bir pada Hugh dan Cody. "Tidak."
"Tidak?" Cody terdengar terkejut mengetahui hal itu. Tahunnya yang sedikit sebagai vampir praktis membuatnya seperti seorang bayi dibandingkan kami semua. Peter mengajarinya pertukaran, begitulah.