Chereads / Dilema Cinta Pertama / Chapter 3 - Part 3

Chapter 3 - Part 3

Rayna mengemasi setiap baju yang telah ia siapkan di atas kasurnya, dan memasukkannya kedalam koper hitam miliknya. Malam ini, adalah malam yang sangat menyedihkan untuknya. Ia akan berpisah dengan ayah dan kedua adeknya yang begitu ia sayangi. Sebetulnya, ia ingin lebih lama lagi di rumah ini, namun sekarang statusnya sudah berubah, dan ia harus tinggal bersama suaminya, agar ia bisa mengabdi dengan penuh terhadap suaminya itu.

Setelah Rayna memasukkan semua baju kedalam koper hitam miliknya, ia kemudian keluar dari kamarnya, dan pergi menuju kamar Ayahnya. Saat ia telah berada di depan pintu kamar ayahnya, ia kemudian menoktok pintu kamar tersebut, namun tidak ada jawaban dari dalam. Rayna kemudian membuka pintu tersebut dan mencoba masuk. Di tatapanya setiap sudut yang ada, namun tidak ia temukan ayahnya di sana.

Rayna berjalan dan duduk di atas kasur milik ayahnya tersebut. Kemudian, tatapannya tertuju pada satu bingkai foto yang terletak diatas nakas di samping tempat tidur ayahnya. Ia kemudian mengambil bingkai foto tersebut, dan melihat foto yang ada di bingkai itu dengan perasaan sedih. Ia tak kuasa menahan bendungan air matanya, lalu air mata itu mengalir membasahi pipinya yang sangat putih.

"Ma, Rayna Rindu," ucapnya lirih seraya memeluk foto ibunya tersebut dengan sangat erat. Kemudian ia menatap kembali foto tersebut, seraya berucap "Ma, sekarang Rayna sudah menjadi istri dari seorang lelaki yang baru saja Rayna kenal, Rayna tidak tahu kedepannya entah seperti apa? Dan harus bagaimana, Ma?" lirihnya dengan penuh linangan air mata.

Saat Rayna tengah asik memandang foto almarhumah mamanya tersebut, tanpa sengaja, ada seorang lelaki paruh baya yang tengah memperhatikannya sedari tadi. Ia kemudian menghampiri Rayna, dan duduk di dekat Rayna yang membuat Rayna sontak kaget "Ayah." Rayna dengan sigap menghapus air matanya.

Jaka tersenyum melihat putri semata wayangnya itu. Meski putrinya sudah menghapus air matanya agar tidak ketahuan oleh dirinya. Namun, tanda sembab dan merah yang berbekas dimata anaknya tersebut tidak bisa berbohong. Bahwa putri sulungnya baru saja menangis.

"Ayah dari mana? Rayna kira Ayah ada di kamar, ternyata tidak ada," ucapnya dengan senyum yang terbit dari wajahnya yang cantik itu.

"Ayah baru saja habis berbincang dengan suami dan mertuamu. Jadi, bagaimana? Apakah anak Ayah sudah siap-siap?" tanyanya terhadap anak sulungnya itu.

Rayna menundukkan wajahnya, ada keraguan serta kekhawatiran yang cukup besar bagi dirinya. Sebetulnya, kalau boleh ia jujur, ia belum sanggup dan bahkan belum ingin berpisah dengan sang ayah dan kedua adeknya. Namun, takdir sudah berkehendak lain terhadap dirinya. "Sudah, Yah. Tapi, Rayna masih ragu. Entah kenapa, Rayna merasa belum sanggup untuk berpisah dengan Ayah, Dika dan Rafa, Yah," ujarnya.

"Kan Anak Ayah masih bisa datang ke sini lagi. kalau soal rindu, kamu enggak usah khawatir, Nak. Tadi Ayah sudah bilang sama Raka, jika kamu rindu, ia bersedia mengantarmu untuk bertemu Ayah dan adik-adikmu lagi," jelas Jaka untuk menenangkan hati anaknya.

Rayna diam mendengar penjelasan ayahnya tersebut. Ia tidak menyangka, ternyata Raka sangat mahir dalam ber-akting. Jika di depan ayahnya Raka sungguh begitu baik. Namun, jika di belakang? Sungguh Rayna tidak habis pikir, kenapa ada manusia seperti Raka. Si muka dua sekaligus tukang drama. "Tapi, Yah. Rayna masih ragu dengan pernikahan Rayna," ucapnya terhadap sang ayah.

Jaka hanya tersenyum dan kemudian berkata dengan penuh kelembutan terhadap putrinya, "Nak, ini hanya masalah waktu. Wajar, kalau kamu masih bimbang dan ragu, bukalah hatimu perlahan untuknya. Jangan kecewakan dia. Dan ingat pesan Ayah ini, terima dan sambutlah suamimu itu dengan penuh cinta dan ketaatan. Layani ia dengan kehangatanmu. Manjakan ia dengan kelincahan serta kecerdasanmu. Bantulah ia dengan kesabaran dan doamu. Hibur dan bangkitkan ia dengan semangat, keceriaan serta kelembutanmu, dan terakhir, tutuplah kekurangannya dengan akhlaqmu, Nak," ucap Jaka menasehati putrinya dengan sangat serius.

Hati Rayna sangat tersentuh mendengar nasehat dari ayahnya, ia sedikit lebih tenang, dan terasa lebih ter-arah saat hati dan pikirannya tersesat di kegelapan yang penuh tanda tanya. Kemudian Rayna memeluk ayahnya erat seraya berterima kasih, karena selalu memberi semangat tanpa henti, dan selalu menjadi pelindung serta penerang bagi dirinya. Air mata yang telah di bendungnya sejak tadi, tidak bisa tertahankan lagi, ia pun menangis dalam pelukan ayahnya.

Ada rasa sedih sekaligus bahagia menghampiri diri Jaka. Sedih karena ia akan melepas putrinya pergi, dan bahagia karena anaknya sudah memiliki pendamping hidup yang akan menjaga diri Rayna dengan penuh kasih dan sayang. Begitulah yang ia rasakan saat ini. Meski ia tidak tahu, bagaimana sikap Raka terhadap putrinya itu.

Di ruang tengah, Raka sedang asik bersenda gurau dengan Dika dan Rafa. Sedangkan kedua orang tua Raka, tengah berada di kamar tamu, mereka berdua sedang bersiap-siap untuk berangkat pulang menuju rumah mereka kembali.

"Mas Raka. Jangan lupa sering-sering main ke sini, ya Mas," ucap Dika terhadap Raka. Raka hanya tersenyum seraya mengangguk meng-iyakan ucapan Dika, yang sekarang telah menjadi adek iparnya. Entah apa yang berbeda antara Rayna dan Dika ini. Pasalnya, Raka tidak ada rasa benci sedikit pun terhadap kedua adek Rayna ini. Tetapi, berbeda dengan Rayna. Jangankan untuk berbicara, menatapnya saja Raka sangat muak dan sangat benci.

Orang tua Raka telah selesai berkemas, mereka berdua sekarang tengah duduk di ruang tamu bersama Raka dan ke dua adek Rayna. Raka kemudian menyuruh Dika untuk pergi melihat Rayna, apakah Rayna telah selesai Bersiap- siap atau belum. Karena Raka takut kemalaman sampai di rumah.

Namun, belum sempat Dika beranjak untuk melihat Rayna. Ayah dan kakaknya itu telah berada di hadapan mereka dengan satu koper hitam yang besar.

"Nah. Ini kak Raynanya, Mas," ucap Dika dengan senyum yang lebar.

Raka hanya memberi senyum terhadap Dika, sedangkan Rayna, ia hanya bisa diam melihat sikap Raka. Ia sungguh tidak menyangka, bahwa Raka begitu hebat dalam bersandiwara. Ya, meski Rayna tidak tahu, bahwa Raka memang sangat baik terhadap kedua adeknya itu.

Rayna berpamitan terhadap ayahnya dan kedua adiknya. kakinya sangat berat untuk ia langkahkan pergi. Namun, langkahnya menjadi ringan saat ayahnya tersenyum terhadapnya. Rayna menatap ayahnya dengan sangat dalam, "Doakan Rayna, Yah. Semoga bisa melewati ini semua, dan menjadi istri yang Berbakti terhadap suami Rayna," batinnya penuh harap.

"Kami berangkat dulu, Yah. Assalamualaikum," ujar Raka yang kemudian menjalankan mobilnya pergi meninggalkan ayah mertua dan kedua adek iparnya itu.

****

Raka dan Rayna akhirnya sampai di rumah baru yang telah lama disediakan Robi dan Maria, orang tua Raka. Rumah ini adalah kado ulang tahun untuk mereka berdua.

Raka memasuki perkarangan rumah lalu memarkirkan mobilnya di garasi. Ia kemudian turun dan berjalan ke arah Rayna yang masih berada di dalam mobil. Raka membuka pintu mobil itu dan kemudian menarik pergelangan tangan Rayna kuat, sehingga Rayna merasa sedikit kesakitan ketika dirinya dipaksa keluar dari mobil milik suaminya itu. Rayna sedikit merintih saat melihat tangannya yang sedikit memar, sungguh sangat kasar perlakuan Raka terhadapnya.

"Keluar! Dan cepat ambil barangmu," ucap Raka terhadap Rayna dengan tatapan yang tidak bersahabat.

Rayna hanya bisa diam mendapat perlakuan seperti itu. Ia harus sabar, dan selalu ingat nasehat yang diberikan ayahnya terhadap dirinya. Rayna kemudian mengambil koper hitamnya yang ada di bagasi mobil. Ia kemudian berjalan ke arah pintu rumah baru mareka tersebut, dan membuka pintu itu dengan kunci yang telah diberikan oleh mertuanya, saat mereka masih berada di rumanya tadi.

Raka yang ada di belakang Rayna menatap istrinya itu sinis, "Tunggu saja istriku sayang. Ini adalah awal penderitaanmu!" batinnya dengan penuh kebencian yang meendalam.

.

.

TBC.

.

.

Jangan lupa saran dan dukungannya, ya teman-teman semuanya.

Selamat membaca. Salam cinta untuk kalian semua.