Chereads / Dilema Cinta Pertama / Chapter 9 - Part 9

Chapter 9 - Part 9

Rayna kaget saat Raka membuka pintu kamarnya, ia hanya bisa berdiri dan diam tanpa ada kata sedikit pun yang keluar dari mulutnya, ya karena mulut Rayna kelu, tak dapat untuk bicara karena takut.

"Kamu ngapain di sini, ha?" tanya Raka marah terhadap Rayna yang diam mematung di hadapannya.

"Eh, itu ... Kak. A ... Aku. Aku mau nanya apakah Kak Abi sudah pulang?" jawab Rayna asal dengan ucapan yang terbata-bata.

Raka menatap Rayna sinis, "Iya, dia sudah pulang. Minggir!" ujar Raka dengan sedikit menggeser Rayna ke samping karena dirinya ingin pergi ke kamar mandi.

Tanpa sengaja, gelas yang Rayna pegang terjatuh karena dirinya tergeser kesamping oleh tangan Raka. Dan itu membuat Rayna memejamkan matanya seketika.

Raka berdecak kesal ke arah Rayna dan bermaksud ingin memarahinya karena Rayna menjatuhkan gelas. Namun niatnya itu terhenti karena melihat Rayna menangis sambil mengambil serpihan gelas yang pecah. Ada rasa sedih sekaligus penyesalan yang timbul di hati Raka melihat Rayna yang seperti itu.

Raka kemudian merunduk dan turut mengambil serpihan gelas yang pecah akibat ulahnya menggeser Rayna tadi. "Kamu, ke kamar saja. Biar aku yang beresinnya," ucap Raka terhadap Rayna yang pandangannya terarah pada serpihan kaca di lantai.

Rayna kemudian berdiri dan dan menyeka air matanya. Ia kemudian berjalan menuju kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ia tidak mengerti mengapa Raka bisa berlaku kasar terhadap dirinya, dan ia juga tidak mengerti kenapa Raka mau membantunya memungut serpihan kaca tersebut. Semua pertanyaan tersebut menghantui pikiran Rayna.

Di kamar mandi, Raka menatap dirinya melalui kaca wastafel yang melekat di dinding kamar mandi tersebut. Ia melihat dirinya degan seksama, "Apa aku terlalu kejam terhadapnya?" ucap Raka terhadap bayangan dirinya. Sungguh Raka menyesal telah berlaku kasar terhadap Rayna. Ia kemudian mengacak rambutnya kasar, dan kembali menatap pantulan wajahnya yang terlihat berantakan.

Raka kemudian keluar ke kamar mandi dan berjalan menuju kamar Rayna. Raka ingin meminta maaf atas apa yang telah dirinya perbuat, dan saat telah sampai di depan pintu kamar Rayna, ia mengetuk pintu tersebut pelan, namun tidak ada jawaban dari dalam. Raka kemudian mencoba membuka pintu tersebut dan ternyata pintu itu kamar Rayna tidak ia kunci.

Saat Raka membuka pintu, ia melihat Rayna sudah terlelap di atas kasur yang bermotifkan Bunga mawar putih. Raka kemudian mendekat ke arah Rayna yang matanya masih terlihat sembab karena baru saja menangis. Raka menatap Rayna yang tertidur dengan sangat dalam, ada perasaan sakit dan sedih di dalam hati Raka. Ia tidak tahu kenapa, kenapa rasa sakit itu hadir? Dengan pergerakan yang sangat pelan, Raka menarik selimut Rayna yang berada di kaki istrinya tersebut, kemudian menyelimuti Rayna sampai dadanya dengan penuh hati-hati, "Maafkan Aku," ucapnya pelan.

Kemudian Raka melangkah menuju stop kontak untuk mematikan lampu utama kamar Rayna, dan hanya menyisakan lampu tidur saja untuk menemani tidur istrinya tersebut. Raka beranjak dari kamar Rayna dan kemudian menutup pintu kamar istrinya dengan pelan dan sangat hati-hati, agar wanita yang tengah tertidur tersebut tidak terbangun.

Rakan berjalan menuju kamarnya, ia duduk di tepi kasur seraya termenung, apakah Rayna akan membenci dirinya atau masih bisa bertahan jika dirinya selalu bersikap acuh dan terus-terusan memarahinya seperti tadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul di dalam benak Raka. Ia tidak tahu dengan posisinya saat sekarang ini, ia diambang ketidakjelasan antara mengikuti hati dan pikirannya. Di satu sisi Raka sangat kasihan terhadap Rayna jika dirinya terus-terusan bersikap seperti ini, sedangkan di sisi lain, dirinya masih mencintai Dewi dan telah berjanji untuk menikahinya.

Tak terasa, waktu pun berjalan. Malam itu Raka tertidur dengan sekelumit pertanyaan yang tengah berkuasa di dalam pikirannya. Ia berharap, semoga paginya bisa memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang ada di benaknya sekarang ini.

Rayna terbangun dari tidurnya, ia kemudian duduk seraya menatap ke semua arah. Rayna heran, seingatnya dirinya tidak mematikan lampu utama kamarnya, dan pandangan Rayna terarah pada selimut yang telah menutupi dirinya, padahal seingatnya, ia tidak menggunakan selimut saat ingin tidur malam tadi. Rayna bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju stop kontak untuk menghidupkan lama utama kamarnya.

Setelah menghidupkan lampu, Rayna kemudian melirik jam yang berada di dinding kamarnya, ia melihat jarum jam tersebut sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Rayna kemudian keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus berwudhu untuk melaksanakan solat subuh.

Raka terbangun dari tidurnya, Ia kemudian melirik arloji yang tengah melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan hampir jam tujuh pagi. Raka kemudian teringat dengan Rayna "Apakah dia sudah bangun?" tanya Raka terhadap dirinya.

Raka bangkit dan bermaksud ingin pergi mandi, saat Raka membuka pintu kamarnya ia telah mencium aroma masakan dari arah dapur yang menandakan bahwa Rayna telah bangun. Raka kemudian bermaksud melihat Rayna dengan berpura-pura mengambil air minum. Ia berjalan menuju dapur dan mendapati Rayna tengah memasak di sana.

Rayna yang tidak menyadari kehadiran Raka yang tiba-tiba sudah berada di dispenser untuk mengambil air minum sontak kaget dan langsung diam. Rayna sedikit ketakutan, takut jika dirinya dimarahi lagi Raka. Makanya ia hanya memilih diam tanpa ada sapaan sedikit pun dan kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu memasak nasi goreng.

Raka tersenyum melihat ekspresi dari istrinya tersebut, "Apakah aku sangat menyeramkan di matanya? Sehingga dirinya ketakutan seperti itu," batin Raka. Ia kemudian mengarahkan gelas yang ia pegang menuju mulutnya seraya meminum air yang ada didalam gelas tersebut. "Pagi ini aku sarapannya di rumah," ucap Raka memecah keheningan di pagi hari.

Rayna yang mendengar ucapan Raka tersebut hanya diam dan tidak berani untuk berpaling menatap Raka, namun di dalam hatinya ia tak henti-hentinya bertanya, "Angin apa yang telah menerpanya pagi ini? Sehingga suaminya tersebut ingin sarapan pagi di rumah."

Raka kemudian berjalan ke arah Rayna yang hanya diam sejak tadi, "Masak yang enak, ya," ucap Raka berbisik ke telinga Rayna. Seketika jantung Rayna ingin keluar dari tempatnya saat mendengar bisikan itu, ia tidak menyadari Raka sudah berada di belakangnya dan hal itu membuat Rayna gemetar dan takut.

Raka kembali tersenyum lalu pergi berjalan menuju kamar mandi dan meninggalkan Rayna yang saat ini sudah tak karuan lagi. Bagaimana tidak? Ia belum pernah di perlakukan seperti ini oleh suaminya itu, ia takut akan ada motif tersembunyi di balik ini semua, sehingga rasa takut Rayna semakin besar.

Rayna meletakkan dua piring nasi goreng di atas meja makan yang telah ia tata rapi, lengkap dengan air minum serta satu gelas susu untuk suaminya. Sebetulnya dari pertama serumah dengan Raka ia telah menyiapkan sarapan seperti ini, hanya saja baru kali ini Rayna merasa sedikit grogi dan takut, karena ini adalah hari pertama bagi suaminya untuk sarapan di rumah. Rayna tidak tahu entah apa yang telah terjadi terhadap Raka, sehingga ia ingin sarapan di rumah pagi ini. Tapi, paling tidak Rayna sedikit bahagia akan hal itu.

Raka keluar dari kamarnya dengan setelan jas yang sangat Rapi, sehingga manambah kharisma tersendiri bagi Raka. Potongan rambut yang rapi serta wajah yang tampan menjadikan dirinya incaran bagi setiap wanita yang memandangnya. Raka berjalan ke arah meja makan dan mendapati Rayna telah duduk di sana. Raka memilih bangku yang berhadapan dengan Rayna sehingga Rayna tampak menundukkan pandangannya dan tidak berani untuk menatapnya.

"Ayo, makan," ucap Raka singkat.

Rayna hanya diam seraya menundukkan kepala, kemudian menyuapi sesendok nasi goreng ke mulutnya. Tiba-tiba Rayna teringat dengan hari wisudanya, ia bermaksud ingin mengajak Raka pergi, tapi ia tidak tahu harus memulai dari mana, bisa-bisa dirinya kena marah lagi.

Saat makan, sesekali Raka memandang Rayna yang hanya tunduk diam tanpa ada kata, Namun Raka tahu, bahwa ada sesuatu yang ingin diucapkan oleh istrinya tersebut. Kemudian Raka membuka suara, "Ada apa? Ngomong aja, enggak usah takut gitu," ucap Raka lembut.

Tiba-tiba jantung Rayna berdegup dengan kencang, sudah kali keduanya Raka berhasil membuat Rayna tak karuan seperti ini, entah setan atau makhluk apa yang tengah merasuki suaminya itu, sehingga Raka hari ini menjadi ramah terhadap dirinya, tapi Rayna suka akan hal itu. Rayna yang sedari tadi hanya menunduk mencoba menengadahkan mukanya menghadap Raka, tiba-tiba tatapan mata Raka dan Rayna beradu pandang. Rayna yang menyadari akan hal itu kembali menundukkan wajahnya.

Raka yang tersenyum melihat tingkah Rayna, sangat menggemaskan menurutnya. "Kamu mau ngomong apa, Ray?" tanya Raka kembali.

"Anu ... Kak. Esok lusa Rayna akan wisuda. Apakah Kakak bisa ikut? Tapi kalau nggak bisa, enggak apa-apa," ucap Rayna pelan.

Raka yang mendengar ucapan Rayna hanya bisa diam, pasti Ayah mertuanya juga turut hadir dalam acara tersebut. Namun, dirinya sudah ada janji dengan Dewi. Raka bingung harus memberikan alasan seperti apa, kemudian ia teringat dengan Salsa, "Esok lusa aku ada meeting keluar kota, jadi kemungkinan aku enggak bisa ikut. Biar nanti aku suruh Salsa saja yang nemenin kamu, kebetulan temannya juga ada yang wisuda dan satu kampus dengan kamu," ujar Raka.

"Salsa sudah pulang ke Indonesia? Sejak kapan, Kak?" tanya Rayna.

"Iya, sudah," jawab Raka singkat.

Setelah sarapan, Raka kemudian berangkat menuju kantor, pagi ini jalanan sangat ramai sehingga Raka sedikit telat sampai di kantornya. Saat Raka ingin masuk ke ruangannya, tiba-tiba sari memanggilnya.

"Pagi, Pak," ucap asistennya tersebut.

"Iya, pagi juga. Ada apa?" tanya Raka terhadap tari.

"Ada seseorang yang ingin berjumpa dengan bapak," jawab Tari.

"Pagi ini? Siapa?" tanya Raka kembali.

"Iya, Pak," jawab tari.

"Baiklah, suruh saja dia masuk, kebetulan pagi ini saya mempunyai waktu luang." Raka kemudian masuk kedalam ruangannya.

"Baik, pak, " jawab tari, kemudian menyusul orang tersebut di ruang tunggu. Ya, karena setiap tamu yang ingin bertemu dengan Raka, harus melapor dulu kepada asistennya, setelah itu asisten Raka menyuruh tamu tersebut menunggu panggilan di ruangan yang telah disiapkan untuk para tamu, atau disebut juga dengan ruang tunggu.

Raka penasaran, siapa gerangan seseorang yang ingin bertemu dengannya pagi-pagi seperti ini?

.

.

.

TBC

.

.

Jangan lupa saran dan dukungannya, ya kakak dan teman-teman semua.

.

Karena dukungan kalian adalah semangat yang begitu berharga bagi saya untuk melanjutkan cerita ini. Terima kasih, selamat membaca!