Rayna melempar senyumnya terhadap Abi yang seraya pergi meninggalkannya. Rayna sangat berterima kasih, karena Abi dan Tari telah rela meluangkan waktu mereka untuk menemani Rayna untuk sidang dan mengantar dirinya pulang.
Rayna kemudian masuk ke dalam rumahnya, matanya kemudian menatap setiap sudut yang ada di dalam rumah itu, sangat sepi tidak ada kebahagiaan yang dirasakan oleh Rayna. Rayna berjalan menuju kamar Raka, namun ia belum mendapati Raka berada di sana, yang berarti suaminya tersebut masih berada di kantor saat ini.
Rayna menghela nafas panjang, kemudian berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan kamar suaminya tersebut. Ya, karena hal tersebut sudah direncanakan oleh Raka saat mereka pertama kali datang ke rumah ini dan Rayna pun hanya menyetujuinya tanpa ada bantahan sedikit pun.
Rayna kemudian merebahkan badannya di atas kasur yang bermotifkan bunga mawar putih kesukaannya itu. Entah kenapa Rayna sangat menyukai mawar putih, namun yang jelas, mawar putih mengandung arti kesetiaan dan ketulusan yang sangat mendalam, ya begitulah menurut Rayna.
Pandangan Rayna terarah menatap langit-langit kamarnya. Ia sempat berpikir, betapa hidup ini adalah sandiwara belaka, buktinya adalah dirinya dan Raka. Mereka menikah, namun tidak seperti orang yang menikah, hanya saja mereka tinggal satu atap, berjumpa setiap hari dan kemudian melanjutkan rutinitas masing-masing tanpa ada sapaan sedikit pun.
Sebetulnya Rayna telah membuka hatinya untuk Raka, tapi karena sifat Raka yang tidak pernah menghargai dirinya, makanya Rayna hanya bisa berdoa, semoga saja di esok hari Raka bisa berubah, dan manjadi suami yang bisa membimbing dirinya. Itulah harapan Rayna.
Rayna kemudian teringat dengan ucapan Abi saat mereka sedang duduk di bangku panjang tersebut. "Apa benar Kak Raka orangnya dingin?" gumamnya membatin.
Rayna kemudian menepis segala pikirannya, "Sudahlah, untuk apa aku memikirkan hal seperti itu," ucap Rayna terhadap dirinya yang kemudian bangkit dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Mana tahu lelah yang ia rasakan saat ini bisa hilang setelah ia melaksanakan ritual mandinya.
Di kantor, Raka tengah sibuk bermain dengan komputer miliknya. Karena sebentar lagi akan pulang, ia kemudian dengan sigap menyelesaikan semua berkas yang ada. Ia tidak ingin menyelesaikan berkas tersebut di rumah, karena setiap kali Raka berada di rumah, pikirannya tidak bisa fokus dan temperamennya terus meningkat. Oleh sebab itu terkadang Raka sering lembur hanya untuk mengerjakan semua berkas dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Langit hari ini sangatlah cerah, sehingga senja yang dibalut dengan warna jingga keemas-emasan sangat indah menghiasi kaki langit sore ini, sungguh nikmat tuhan yang patut untuk disyukuri. Setelah mengerjakan semua berkas, Raka akhirnya beranjak dari kantornya dan pergi menuju parkiran mobilnya untuk berangkat pulang.
Ada perasaan malas yang menggerogoti jiwa Raka ketika ia sedang menyetir mobil miliknya itu, ya malas untuk pulang dan berjumpa dengan Rayna. "Kenapa aku sangat membencinya?" gumam Raka lirih terhadap dirinya sendiri. Dirinya juga tidak tahu, kenapa rasa benci itu terlalu besar terhadap Rayna, bahkan Rayna tidak punya salah terhadap dirinya sedikit pun.
Jika dipikir dengan baik, Rayna juga termasuk korban dari perjodohan kedua orang tua mereka. Tapi hati ini sangat sulit untuk mengakui, bahwa Rayna tidak bersalah akan semua itu. Bukankah dirinya juga menyetujui pernikahan tersebut? Bukankah dirinya terlalu jahat, jika melampiaskan kemarahannya terhadap wanita yang tidak bersalah dan sekarang wanita tersebut sudah menjadi istrinya.
Tapi, bagaimana dengan Dewi? Satu sisi Raka sangat mencintai Dewi dan dia juga telah berjanji akan berusaha dengan secepatnya agar setengah harta warisan dari papanya tersebut jatuh ke tangannya, dan setelah itu langsung menceraikan Rayna. Sungguh semua ini membuat Raka bingung dan frustrasi, dirinya dilema antara dua pilihan, mempertahankan pernikahannya atau mempertahankan cintanya?
Raka langsung menepis semua pikirannya dan kembali memfokuskan dirinya untuk menyetir mobilnya itu, "Bukankah hidup dengan orang yang kita cintai jauh lebih indah?" gumam Raka terhadap dirinya dengan sorot mata yang tajam memperhatikan jalan.
Setelah kurang lebih lima belas menit perjalanan, akhirnya Raka sampai juga di rumahnya. Ia memarkirkan mobil hitamnya di garasi yang berada di samping rumahnya. Ketika dirinya mulai memasuki Rumah, ia tidak mendapati Rayna berada di dalam. Namun dirinya tidak memperdulikan itu, Raka beranggapan bahwa Rayna sedang berada di dalam kamarnya.
Raka kemudian masuk kedalam kamar miliknya untuk mengganti pakaian, setelah itu ia kemudian beranjak dari kamar tersebut dan pergi menuju dapur untuk menuntaskan rasa haus yang sedari tadi menggerogoti kerongkongannya. Namun saat dirinya sampai di dapur, ia melihat pintu yang berada di dapur terbuka, ia mencoba mendekati pintu tersebut dan kemudian melihat Rayna yang sedang menyirami mawar putih dan beberapa bunga lainnya, yang berada pada taman kecil di belakang rumah mereka tersebut.
Raka memperhatikan setiap gerak-gerik Rayna dan tanpa di sadari tatapan mereka bertemu, Raka langsung mengalihkan pandangannya dan beranjak dari pintu tersebut lalu menuju dispenser untuk mengambil minum, "Hampir saja, jangan sampai dia kepedean karena aku menatapnya tadi," ucap Raka yang kemudian menghabiskan segelas air dengan sangat cepat.
Rayna yang melihat Raka seperti itu hanya menggelengkan kepalanya seraya berucap dalam hatinya "Dasar aneh!" Rayna kembali melanjutkan pekerjaannya tersebut. Ia tidak ingin ada satu bunga pun yang terlewati untuk mendapatkan air sore ini, karena ia sangat menyukai bunga-bunga tersebut.
Dengan berjalannya waktu, sore pun akhirnya pergi ke perpaduannya. Meninggalkan langit yang sebentar lagi akan di datangi oleh malam dan ribuan bintang yang menyinarinya. Setelah melaksanakan solat magrib, Rayna menyiapkan makan malam untuk dirinya dan Raka, meski Rayna tahu Raka lebih memilih makan di luar nantinya, namun dirinya tetap menyiapkan makanan tersebut sebagai bukti dari bakti dirinya sebagai istri terhadap Raka, suaminya.
Raka yang tengah asik menonton film kartun kesukaannya yaitu Spongebob, memperhatikan dengan seksama bagaimana Spongebob membuat krabby patty di restaurant krusty krab milik tuan krab tersebut. Sesekali Raka tertawa melihat tingkah lucu Spongebob saat menggoda squidward di dalam film tersebut. Rayna yang melihatnya suaminya itu hanya bisa diam dan merasa aneh, ia kemudian bergumam dalam hati, "Apakah waktu Kak Raka masih kecil, papa mertua tidak membolehkan Kak Raka menonton film seperti itu?" ucap Rayna seraya bertanya dalam hatinya.
Karena Rayna sibuk memikirkan hal itu, tanpa sadar dirinya terbatuk dan membuat Raka menoleh ke arahnya dengan tatapan sangat tajam, sehingga membuat Rayna takut. Rayna kemudian mengambil gelas yang telah ia isi air, kemudian meminumnya. Rayna tak habis pikir, sebenarnya Raka itu memiliki sifat seperti apa? Sering berubah-ubah dan sangat labil. Rayna takut, "Apa kak Raka seorang psikopat," ucapnya dalam hati sehingga membuat Rayna takut.
Saat Rayna telah selesai makan, dan ingin membereskan semuanya. Tiba-tiba dari luar terdengar seseorang menoktok pintu seraya mengucap salam yang terdengar samar-samar oleh Raka dan Rayna.
Rayna yang mendengar salam tersebut kemudian menjawabnya dan berjalan menuju pintu depan, ia membuka pintu dan kaget melihat orang yang tengah berada di hadapannya itu.
"Kak, Abi!" ucap Rayna kaget yang seketika itu terdengar oleh Raka.
.
.
.
TBC.
.
.
Jangan lupa saran dan dukungannya ya, kakak dan teman-teman semua.
.
Karena dukungan kalian adalah semangat yang begitu berharga bagi saya untuk melanjutkan cerita ini. Selamat membaca.