Raka yang tengah asik menonton film kesukaannya, tiba-tiba menoleh ke arah Rayna yang tengah mengucapkan nama seseorang yang sangat ia kenal, "Abi?" gumam Raka heran.
Ia kemudian beranjak dari sofa hitam yang letaknya khusus berada di depan tv dan kemudian berjalan ke arah Rayna untuk melihat apakah benar yang datang itu adalah sahabatnya.
Saat Raka sudah berada di belakang Rayna, ia menoleh ke arah pintu, benar saja itu adalah Abi, sahabatnya. "Abi! Silakan masuk Bro," ajak Raka yang seketika itu membuat Rayna kaget. Ia tidak sadar ternyata Rayna sudah berada di belakangnya.
Abi kemudian masuk, lalu duduk di atas sofa putih yang berada di ruangan tamu beserta Raka. Sedangkan Rayna langsung pergi ke dapur untuk membuatkan Mereka berdua teh.
"Apa kabar, Bro?" tanya Raka terhadap sahabatnya tersebut.
"Alhamdulillah. Baik, Ka. Kamu, bagaimana?" jawab Abi dan kemudian balik bertanya.
"Baik juga, Bi," jawab Raka dengan melemparkan senyumnya ke arah Abi.
"Alhamdulillah kalau begitu. Maaf, ya Ka. Pas Kamu nikah, Aku enggak sempat hadir. Kamu sudah tahu sendiri alasannya," jelas Abi terhadap Raka dengan sedikit rasa penyesalan.
"Enggak apa-apa, Bro. Semua orang sudah tahu, bahwa sosok Abi adalah orang tersibuk di dunia," ucap Raka dengan sedikit gurauan yang khas ala dirinya.
"Iya, nih. Saking sibuknya, lupa untuk mencari pasangan sendiri," jawab Abi membalas gurauan Raka yang membuat mereka serentak tertawa bersama.
"Eh, emang kamu dari mana? Tumben malam-malam ke sini?" tanya Raka yang penasaran terhadap sahabatnya itu.
"Cuma dari rumah teman. Nah, kebetulan lewat sini. Jadi, mampir kesini dulu sambil ngucapin selamat buat pengantin baru," jawab Abi menggoda Raka.
Raka tertawa mendengar jawaban sahabatnya itu. Lalu tawanya terhenti ketika Rayna datang membawakan dua gelas teh. Rayna kemudian menyodorkan teh tersebut ke arah Raka dan Abi, sehingga aroma teh buatannya sangat menusuk ke indra penciuman dua anak Adam tersebut, terasa enak dan nikmat.
Rayna kemudian berdiri di belakang sofa yang tengah diduduki oleh Raka dan menyimak setiap obrolan yang tengah dibicarakan oleh suami serta kakak seniornya tersebut. "Benar yang dikatakan Kak Abi, dan mereka begitu terlihat sangat dekat," batin Rayna.
Rayna tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Pasalnya, baru kali ini ia melihat suaminya itu mau meminum atau mencicipi hidangan yang telah dibuatnya. Rayna tidak sanggup berkata apa-apa, hal sekecil itu saja bisa membuatnya terasa sangat bahagia.
Raka dan Abi melanjutkan pembicaraan mereka, sedangkan Rayna hanya diam dan menyimak obrolan tersebut hingga dirinya bosan, dan pergi ke arah meja makan untuk merapikannya, lalu mencuci semua piring yang telah ia gunakan tadi, saat dirinya makan seorang diri.
"kalau begitu, Aku pulang dulu, Ka. Takut rumah keburu dikunci sama Tari nanti, soalnya aku enggak punya kunci serapnya," ucap Abi yang kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu yang di ikuti oleh Raka.
"Hati-hati, Bro!" ucap Raka terhadap Abi yang tengah berjalan ke arah mobil putih yang terparkir di luar pagar.
Abi yang mendengar ucapan tersebut menjawabnya dengan melambaikan tangannya ke arah Raka, lalu kemudian Abi masuk ke dalam mobil berwarna putih, yang telah ia parkir kan di Depan rumah sahabatnya itu sekitar setengah jam yang lalu. Abi membunyikan klakson terhadap Raka mengisyaratkan dirinya akan segera pergi, dan kemudian melajukan mobilnya untuk segera pergi pulang ke rumahnya.
Setelah mobil sahabatnya itu terlihat menghilang dari pandangan matanya. Lalu Raka masuk ke rumahnya dan mengunci pintu masuk, saat Raka berjalan ia melihat teh yang iya minum tadi masih tersisa setengah lagi, Raka kemudian menoleh ke arah dapur dan melihat Rayna tengah sibuk mencuci piring. Dengan cepat, Raka segera menghabiskan teh buatan Rayan dan kemudian masuk ke dalam kamarnya dengan langkah sedikit cepat.
Raka mengunci pintu kamarnya dan kemudian berjalan menuju kasur lalu duduk di atasnya. "Teh yang enak, belum pernah aku dapati teh yang rasanya seperti teh buatan Rayna tadi," ucap Raka yang berbicara terhadap dirinya sendiri. Ia heran, ia sangat jatuh cinta terhadap teh buatan Rayna tersebut.
Raka teringat dengan satu hari sesudah pernikahannya yang berlangsung di rumah Rayna, pantas saja saat itu papanya sering minta dibuatkan teh oleh Rayna, Raka berpikir saat itu Rayna hanya mengambil perhatian terhadap orang tuanya, tapi memang ternyata teh buatan Rayna memanglah enak, dan sekarang sudah masuk kedalam List minuman terfavorit-nya. Namun, bagaimana caranya, agar dirinya dapat meminum teh tersebut setiap hari? Raka bingung memikirkannya. Saat dirinya sibuk memikirkan cara bagaimana agar bisa dapat meminum teh tersebut setiap hari, tiba-tiba ponsel berdering, ia melihat di layar handphonenya tersebut satu nama dengan memakai emoticon love. Ia kemudian mengangkatnya.
"Halo, Sayang. ada apa?" ucap Raka.
"Hmmm, Aku ganggu kamu, ya?" tanya Dewi di seberang sana dengan suara manjanya.
"Enggak kok sayang, kamu enggak ganggu, kok. Emang kenapa, ha?" jawab Raka dengan nada yang sangat pelan dan penuh cinta.
"Bagaimana Sayang, sudah kamu coba ide yang aku bilang ke kamu tadi siang?" tanya Rayna.
Raka diam, ia teringat dengan ide yang telah disarankan Dewi terhadap dirinya. Yaitu, dengan membuat surat perjanjian antar dirinya dan Rayna. Tapi, menurut Raka hal tersebut sangat mendesak dan terkesan terburu-buru. Ditambah lagi dirinya baru saja menikah, dan terlihat sangat aneh jika dirinya buru-buru menceraikan Rayna.
"Sayang, Sayang! Kamu kok, diam sih? gimana?" tanya Dewi dengan sedikit rasa kesal karena tidak ada jawaban dari Raka.
"Eh. Iya, Sayang. Maaf, maaf. Belum aku coba sayang, aku lagi menyusun cara lain, Sayang. Kamu tenang saja, jika cara atau ide yang aku susun enggak bisa, paling tidak kita sudah memiliki rencana cadangan," ucap Raka bohong untuk menenangkan kekasihnya.
"Ya sudah, deh. Aku percaya sama kamu. Rasanya tidak sabar untuk menikah dengan kamu, Sayang, " ucap Dewi dengan suara yang sangat manja.
Raka yang mendengar suara manja kekasihnya itu tersenyum, seraya berucap melalui smartphone yang sedang ia pegang, "Iya, Sayang. Aku juga sama, tidak sabar ingin membangun rumah tangga bersama dengan orang yang aku cintai, dan bermain dengan anak-anak kita nantinya."
"Dasar, gombal! Ya sudah aku tidur dulu, ya. Jangan begadang, ya Sayang. Bye," ucap Dewi di seberang sana dengan memutuskan panggilan dengan Raka.
Tanpa Raka sadari, Rayna mendengar pembicaraan antara dirinya dan Dewi dari luar kamar. Meski terdengar samar, namun ada beberapa kalimat yang diucapkan oleh Raka yang bisa Rayna dengar meski sedikit kurang jelas. Bukan maksud Rayna untuk menguping, tapi saat Rayna mengambil gelas sisa teh antara Raka dan Abi , ia kemudian berjalan membawa gelas tersebut menuju dapur dan bermaksud untuk mencucinya. Dan saat Rayna berjalan dan itu posisinya sejajar dengan pintu kamar Raka, Rayna mendengar Raka mengucapkan kalimat 'sayang', yang sontak membuat Rayna penasaran dan kemudian mendekatkan kupingnya terhadap pintu kamar Raka dari luar.
Ada perasaan sedih serta penasaran yang datang menghampiri Rayna. Sedih karena dirinya mungkin terlalu berharap agar Raka bisa membuka hati untuk dirinya, padahal Rayna juga sudah tahu dari awal, bahwa Raka sudah memiliki kekasih hati. Dan dirinya juga penasaran dengan rencana yang akan dilakukan oleh suaminya tersebut. Entah rencana apa dan untuk siapa, Rayna tidak tahu dan membuatnya penasaran.
Raka sontak kaget saat membuka pintu kamarnya, ia mendapati Rayna berdiri di depan kamarnya.
"Kamu!" ujar Raka dengan nada sedikit tinggi yang membuat Rayna kaget.
.
.
.
TBC.
.
.
Jangan lupa saran dan dukungannya ya, kakak dan teman-teman semua.
.
Karena dukungan kalian adalah semangat yang begitu berharga bagi saya untuk melanjutkan cerita ini. Selamat membaca.