Raka menelusuri setiap ruang yang ada di rumah Rayna. Dengan rasa cemas ia berjalan dengan tergesa-gesa, sehingga orang yang melihatnya pun bingung. Maria yang melihat anaknya seperti seseorang yang sedang kehilangan barang berharga itu bertanya "Raka. Kamu kenapa? Ada apa? Kok cemas begitu?" tanya Maria terhadap anak sulungnya tersebut.
"Ma, Mama lihat Rayna, enggak?" tanya Raka terhadap mamanya yang tengah duduk di ruang tamu, sambil membaca buku milik ayah Rayna.
"Oh, Rayna. Kirain ada apa tadi. Hmmm, baru ditinggal istri sebentar, sudah cemas minta ampun. Kamu enggak usah lebay, Ka. Rayna hanya pergi kewarung beli sayur, " jawab Maria terhadap anaknya tersebut dengan sedikit senyum terukir dari bibirnya, "Dasar Pengantin baru! " batinnya geli dan kemudian melanjutkan bacaannya yang sempat tertunda.
"Mmm ... Ma, Rayna ada ngomong sesuatu tentang Raka nggak, sama Mama?" tanya Raka dengan sedikit ragu-ragu dan takut.
Mendengar ucapan dari anaknya tersebut, Maria mengerutkan dahinya. Maria menatap anaknya aneh, kemudian berucap "Enggak. Dia hanya bilang mau pergi ke warung," jawab Maria, "Emang, Rayna kamu apain tadi malam, kamu kok cemas gitu?" tanya Maria.
"Syukurlah kalau begitu," batin Raka.
Raka pun kemudian memutar bola matanya, dan menjawab pertanyaan ibunya dengan rasa malas "Apaan sih, Ma. Orang Raka enggak ngapa-ngapain kok, sama dia," ujar Raka yang langsung pergi ke kamar dengan rasa jengkel. Bisa-bisanya di saat seperti ini, mamanya bertanya seperti itu.
Melihat tingkah laku anaknya seperti itu, Maria tersenyum dan kembali membaca buku yang ada di tangannya. Saat tangan Maria ingin membalik lembaran buku untuk bacaan selanjutnya, tiba-tiba tangannya berhenti dan spontan melirik ke arah suara yang datang dari arah pintu masuk. Maria kemudian menutup buku bacaannya tersebut, dan meletakkannya di atas meja.
"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh," ucap Rayna.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh," jawab Maria, "kamu ternyata Ray, Mama kira orang lain yang datang. Gimana, ada enggak sayurnya?" tanya Maria terhadap menantunya itu.
"Ada, Ma. Rayna ke dapur dulu, ya Ma."
"Iya. Eh iya, tadi Raka cari kamu, Ray," ucap Maria memberi tahu.
Rayna menghentikan langkahnya dan spontan mengerutkan dahinya, perasan heran menjalar di benaknya. Karena ia tahu, bahwa Raka tidak menyukainya. Kejadian saat subuh itu sudah menjadi bukti, bahwa Raka sangat membenci dirinya. "Kenapa kak Raka mencariku, emangnya Aku salah apa lagi, ya Allah?" batin Rayna bertanya terhadap dirinya.
Melihat Rayna yang hanya diam dan seperti memikirkan sesuatu, Maria bingung, ia tahu bahwa terjadi sesuatu antara Rayna dan anaknya. "Ray, Rayna. kamu kok diam, ada apa?" tanya maria terhadap Rayna yang tengah mematung di depannya
Rayna tersadar dan menjawab dengan cepat perkataan mertuanya tadi, "Eh. Iya Ma, enggak ada apa-apa. Nanti Rayna coba tanya sama Kak Raka, kenapa kak Raka mencari Rayna, Ma. Kalau begitu, Rayna ke dapur dulu, ya Ma, " jawabnya seraya pergi menuju dapur untuk memasak.
Melihat tingkah dari menantunya tersebut, Maria hanya bisa geleng kepala. Namun, Maria mencoba berbaik sangka terhadap keduanya. Ia memaklumi, bahwa pernikahan mereka tersebut, masih belum bisa diterima oleh keduanya. "Mungkin mereka masih butuh waktu," batinnya, dan kembali mengambil buku yang telah ia letakkan tadi.
Di ruangan dapur, Rayna duduk termenung di kursi makan, hatinya masih bertanya-tanya tentang apa yang diucapkan oleh mertuanya tadi, pikirannya campur aduk dan perasaannya tak karuan, antara takut dan deg-degan. Sudah cukup dia mendapatkan kemarahan tadi subuh, ia tidak ingin hal tersebut terulang kembali.
"Kok Anak Ayah termenung seperti itu, Kakak kenapa, ada masalah?" tanya Jaka seraya duduk di samping putrinya itu.
Lamunan Rayna seketika itu buyar, dirinya kaget karena sanga ayah sudah berada di sampingnya. "Ayah! Ngagetin Rayna saja," ucap Rayna yang kemudian berbalik arah manatap sang ayah. "Ayah dari mana?"
"Ayah dari taman belakang. Tadi Ayah habis ngobrol sama papamu," jawab Jaka terhadap putri sulungnya sekaligus tunggal itu. Iya, karena Rayna adalah anak wanita Jaka satu-satunya, sedangkan dibawah Rayna ada Dika dan Rafa. Dua laki-laki ganteng yang sekarang masih berada di bangku SMA DAN SD.
"Terus, papa sekarang di mana, Yah?" tanya Rayna yang seketika itu melirik sekeliling ruangan dapur untuk mencari mertua laki-lakinya itu.
"Masih duduk di taman belakang," jawab Jaka, "Kamu kenapa ngelamun, Kakak ada masalah?" tanya Jaka sekali lagi terhadap putrinya itu.
"Enggak kok, Yah. Rayna cuma kepikiran soal kepindahan Rayna nanti malam ke rumah yang telah disediakan orang tuanya kak Raka, Yah," jawab Rayna bohong, tapi sejujurnya dirinya memang masih ragu, untuk meninggalkan ayah dan adeknya dirumah ini tanpa ada dirinya. Meski Dika sudah pintar memasak dan sudah besar, namun, hatinya masih belum rela untuk meninggalkan ayah dan kedua adeknya tersebut.
"Kamu enggak usah mikirin Ayah dan kedua adek kamu, sekarang kamu sudah sah menjadi istri orang, dan kamu harus berbakti kepada suami kamu," tutur Jaka menasihati putrinya.
"Tapi, Yah. Rayna masih takut, Rayna rasa ...," ucapannya terpotong.
"In syaa Allah. Kamu harus yakin bahwa Raka adalah jodoh yang terbaik buat kamu, mungkin dia hanya perlu waktu untuk menyesuaikan semuanya. Sudah, Ayah ke taman belakang dulu," Jawab Jaka yang kemudian pergi ke taman belakang, seraya membawa dua gelas air minum untuknya dan untuk sahabatnya, Roby Wijaya.
Rayna hanya diam melihat kepergian ayahnya tersebut, pasalnya dia masih belum bisa yakin dengan Raka. Baru hari pertama nikah, Rayna sudah dimarahi oleh Raka, apalagi kalau sudah lama dab satu rumah. Mungkin, bisa-bisa pernikahan mereka berdua berakhir dan berujung dengan perceraian.
Di dalam kamar, Raka sedang menyisir rambutnya. Setelah dia mengetahui bahwa Rayna tidak membuka mulutnya tentang yang terjadi tadi subuh, perasaannya sedikit lega. Tapi, dia harus bisa membungkam mulut Rayna agar tidak bisa mengadu ke siapa pun, apalagi jika nanti terjadi hal yang lebih parah dari yang ia lakukan tadi subuh.
"Nampaknya, aku harus kasih tahu Rayna agar ia bisa tutup mulut, jika ada masalah yang terjadi nantinya," ujar Raka dengan menatap bayangan wajahnya di cermin dengan tatapan yang tajam.
Raka kemudian keluar dari kamar, lalu kemudian pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Disaat ia sudah sampai di dapur, ia melihat Rayna yang tengah asik memotong sayur untuk dimasak. "Nah, ini dia orangnya," batin Raka.
Rayna yang tengah asik dengan pekerjaannya terhenti saat melihat Raka sudah berada di depannya, Rayna terkesima dengan ketampanan wajah Raka, sehingga membuat tatapannya sedikit lebih lama terhadap Raka, namun ia segera menundukkan kepalanya saat Raka berjalan ke arahnya. Perasaan takut sekaligus deg-degan kembali hadir dan memompa jantung Rayna dengan begitu cepat, Rayna mulai tak karuan saat Raka sudah berada dekat di depannya, perasaannya campur aduk.
Dengan rasa takut dan harap-harap cemas, Rayna mencoba membuka suara dan bertanya, "Kakak, sudah bangun?" ucap Rayna takut dan masih menundukkan kepalanya.
Raka tidak menggubris ucapan Rayna, dan kemuadian berkata terhadap Rayna dengan suara lirih, "Awas saja jika kamu berani mengadu sama papa dan mama, tentang apa yang terjadi tadi subuh. Kamu akan tahu sendiri nanti akibatnya," ancam Raka yang membuat Rayna semakin menundukkan, kemudian Raka berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air minum.
Mendengar ucapan Raka tersebut, Rayna begitu ketakutan, tangannya gemetar tak henti-hentinya, sehingga membuat Rayna berhenti untuk memotong sayur yang telah dibelinya tadi pagi.
Sekarang, perasaan takut Rayna untuk serumah dengan Raka semakin membesar, di rumahnya saja Raka berani mengancamnya, apalagi di rumah yang akan mereka tempati nanti, yang hanya ada dia dan Raka di rumah itu.
.
.
.
TBC.
.
.
Jangan lupa saran dan dukungannya, ya kakak-kakak dan teman-teman semua. 🙏
Terima kasih telah membaca. Salam hangat untuk kalin berdua. 🤗🤗🤗