Chapter 2 - Bab 02

"Tammy kenapa harus seperti ini? Kumohon tolong, jangan tinggalkan aku," ucap Yafizan memohon dan meraih tangan Tamara yang hendak pergi meninggalkannya. Tamara adalah model dan artis yang namanya sudah melanglang buana di jagat hiburan, film dan drama pun sudah dikuasainya.

"Cukup Yafi, aku sudah tidak ingin bersamamu lagi," sengit Tamara melepaskan genggaman tangan Yafizan.

"Memangnya aku kenapa? Apa salahku? Di mana letak kesalahannya? Apa aku kurang kaya, kurang tampan? Segalanya aku turuti semua keinginanmu tanpa aku pedulikan berapa banyak uang yang aku habiskan untuk memanjakanmu," sahut Yafizan berkaca-kaca.

"Kamu memang sempurna, siapapun pasti menginginkan dirimu. Tapi kamu kurang perhatian, kamu terlalu sibuk, egois dan arogant. Aku hanya memanfaatkanmu. Kamu memang memberiku segalanya, tapi cintamu itu kurasa hanya obsesi semata," jelas Tamara sambil ditengoknya ke arah jalan raya dan jam tangannya. Tamara menunggu seseorang untuk menjemputnya.

"Tolong, jangan seperti ini, kamu boleh mengambil semua milikku, aku tak peduli, yang aku inginkan hanya kamu, Tammy..." ujar Yafizan yang masih terus berusaha mengejar dan memegang tangan Tamara sambil memohon, Yafizan berlutut dan sungguh kacau.

"Lepas! Aku tak ingin kau sentuh lagi! Aku merasa jijik saat kau sentuh!" tetiba mobil sport mewah berwarna merah menjemput Tamara. Tanpa dilirik lagi Tamara bergegas pergi meninggalkan Yafizan.

"Jangan pernah mencariku lagi karena aku akan ke luar negeri dan tak akan kembali!" tegas Tamara berlalu sambil melemparkan cincin yang dikenakan di jari manisnya ke arah Yafizan.

"TAMARA!!" teriak Yafizan pasrah. Lalu dengan emosi tak terbendung yang bercampur aduk dengan rasa kesakitan di hatinya, tanpa disadari amukannya membuat salah satu pohon di dekatnya meledak terbakar.

BOOMM suara ledakan dan percikan api pun tak dihiraukannya. Untung saja Yafizan sampai menahan diri, karena kalau saja kelepasan dia bisa membakar semua pohon di taman hutan kota itu.

Ya, kekuatannya kembali semenjak Soully kecil memegang erat tangan Yafizan saat di gudang waktu itu. Tentu saja kekuatannya belum sepenuhnya stabil. Biasanya di sampingnya selalu ada asisten yang sedari dulu menemaninya kemanapun semenjak dia diturunkan dari langit. Tetua langit yang adalah Raja sekaligus ayahnya, sengaja memberinya pengawal itu untuk berjaga - jaga dan mengawasi gerak gerik Yafizan selama di bumi. Namun saat ini asisten tersebut tidak mengikuti Yafizan.

'Aww' Soully merasakan tangannya kesakitan terkena percikan api di pohon yang terbakar itu karena sebelumnya memang dia bersembunyi di balik pohon itu. Soully sontak kaget dan ringisannya membuat Yafizan tersadar ada seseorang yang memperhatikannya dari tadi.

" Siapa di situ?" tanyanya penasaran. "Ahh kau mencoba mengupingku?" sambungnya datar.

"Maaf Paman, aku tak bermaksud menguping tadi. Aku hanya..."

"JANGAN BERALASAN!!!" teriak Yafizan.

Soully kaget namun ia memberanikan dirinya untuk tetap mendekati Yafizan. "Paman apa kau tidak apa - apa?" tanya Soully yang khawatir melihat kondisi Yafizan.

"Paman?" Yafizan berdecak kesal. "Apa kau fikir aku setua itu hingga kau panggil Paman?" ujarnya sembari terperanjak dari tanah hendak berdiri, Yafizan hampir tak berdaya tubuhnya lunglai seolah masih tak percaya. Tubuhnya sempoyongan dan Soully hampir menahannya.

"Paman hati - hati." Soully menahan tubuh Yafizan yang hampir jatuh lalu dengan sikap dingin Yafizan mengibaskan tangan Soully.

"Paman apa kau tidak ingat padaku?" tanya Soully.

"Heh, untuk apa aku mengingat penggemar gila sepertimu?" jawab Yafizan sambil jalan sempoyongan masuk ke dalam mobil sport hitam mewahnya.

Dia menurunkan jendela kaca mobil lalu dilemparkannya sejumlah uang pada Soully. Karena ia merasa sedikit bersalah saat melihat tangan Soully yang terluka akibat percikan api dari kekuatannya.

"Paman aku tak perlu ini, aku..." tak sampai Soully menyelesaikan ucapannya, Yafizan menginjakkan gas mobilnya untuk melaju pergi.

"Anggap kau tak pernah melihat dan mendengar apapun!" tegasnya lalu pergi.

Soully mengejar dan mengetuk - ngetuk jendela kaca mobil itu. "Paman, aku tak bermaksud..."

Soully cepat - cepat memungut sejumlah uang yang dilemparkan Yafizan tadi. Lalu bergegas ia mengambil sepedanya dan pergi mengejar mobil Yafizan.

"PAMAN!!!" teriak Soully.

Sementara di dalam mobil Yafizan terus - terusan berteriak kesal.

"KENAPA?? Kenapa KAU terus beri ujian seberat ini? Sudah seribu tahun lebih tapi tak ada wanita yang benar - benar mencintaiku. Padahal aku yakin Tamara adalah gadis yang tepat dan di takdirkan untukku," kesal Yafizan yang terus menambah laju kecepatan mobilnya.

Sepeda Soully hampir mengejar karena lambat laun mobil yang di kemudikan Yafizan perlahan melambat namun tanpa di sadari mobil yang dikemudikannya melaju berlawanan arah di sebelah kanan.

Soully merasa heran. 'Ini jalan sepi, jarang ada kendaraan yang melintas di jalan ini, tapi kenapa mobil Paman berada di jalur yang berbeda? Bagaimana kalau tiba - tiba ada kendaraan yang melintas di depannya?' gumam Soully khawatir.

Sepeda Soully mulai mendekat, sekuat tenaga dia mengayuhkan sepedanya ke dekat jendela depan untuk memberitahukan bahwa Yafizan berada di jalur yang salah.

"Paman minggir! Kau berada di jalur yang berlawanan!" teriak Soully.

Tapi sepertinya Yafizan tidak mengubrisnya. Dia hanya melamun, membayangkan masa - masa saat bersama Tamara dan fokus dengan amarah campur sakit hatinya.

"Sebaiknya KAU mengambil nyawaku ini, atau sebaiknya KAU musnahkan saja aku ini menjadi debu, daripada aku harus hidup lebih lama lagi di dunia yang fana ini!" kesal Yafizan sambil memukul - mukul tangannya pada setir mobil hingga mengeluarkan cahaya api merah membara di kepalan tangannya.

Tiba - tiba di depan ada sebuah mobil truck besar melaju dengan sempoyongan seakan pengemudi truck itu dilema antara mabuk atau mengantuk.

"Paman cepat ke pinggir! Lihatlah di depanmu!" teriak Soully lagi.

Soully berada tepat di dekat jendela depan sambil terus mengayuhkan sepedanya dia mengetuk - ngetuk kaca jendela mobil Yafizan dengan keras. Yafizan tersontak kaget tapi tidak peduli. Diketuk - ketuknya terus kaca jendela mobil itu oleh Soully.

Yafizan membuka kaca jendelanya sambil berteriak. "KAU! Apa yang kau lakukan?! Tak usah ikut campur, pergilah! Dasar fans gila!"

"Paman awas di depanmu!" teriak Soully yang sontak membuat Yafizan kaget karena tak kurang dari 15 meter truck itu berada tepat di depannya.

Mobil truck itu membunyikan klackson dengan kencang sehingga membuat suara gemuruh di jalanan yang sepi itu. Tangan Yafizan langsung refleks menekan klackson mobilnya dan dengan kencangnya Yafizan membanting setir ke kanan lalu memutarnya sekaligus.

Bunyi suara klackson dan ciri khas suara decitan gesekan mobil yang berputar sungguh membuat suasana saat itu begitu gaduh. Bagian belakang mobil Yafizan menyenggol bagian belakang sepeda yang dikayuh Soully, Soully hampir terjatuh dan masih bisa menjaga keseimbangan. Mobil Yafizan berputar - putar di jalan membuat hujan debu saat itu. Lalu mobil bagian belakang berjalan mundur dan menabrak pohon yang ada di pinggirnya. Sontak mobilnya pun berhenti seketika dan Yafizan terbentur keras ke arah setirnya dan membuat keningnya terluka walaupun airbugs-nya sudah terbuka.

"PAMAN!!!" teriak Soully, shock.

Soully mengayuh sepedanya ke arah perputaran mobil Yafizan karena tadi hampir terjatuh. Namun nahas, Soully bisa menjaga keseimbangannya tetapi truck yang melaju ugal - ugalan itu tak tertahankan walaupun sudah menginjakkan remnya, seketika truck besar itu menghantam tubuh Soully sehingga tubuh mungilnya terpental tepat ke atas mobil Yafizan dan BUMMM! Suara pentalan keras tubuh Soully tepat di atas kaca depan mobil Yafizan.

Kaca depan mobil itu retak, yang artinya pentalan tubuh Soully begitu kencang.

Bunga - bunga di sepedanya pun ikut terlempar seakan menaburi suasana jalanan saat itu.

Yafizan tersontak kaget dengan samar - samar dia mencoba mengulurkan tangannya, hanya sekilas bayang - bayang tubuh Soully di atas kaca mobilnya yang kini terlihat cairan berwarna merah membanjiri kaca mobilnya itu, gelap dan tak sadarkan diri.

Soully pun dengan tubuhnya yang rapuh mencoba mengulurkan tangannya di atas kaca mobil Yafizan yang memang membatasi jelas mereka berdua.

"Paman, apa kau baik - baik saja, tenang saja aku di sini..." mata Soully terpejam.

Cairan merah pun semakin deras mengalir di kala saat itu hujan turun dengan lebatnya diiringi suara gemuruh petir yang seolah menyambar mereka di tengah jalanan yang sepi itu...

***

Bersambung...

Jangan lupa tekan like, vote dan ❤ juga komennya yaa 🙏🏻

Terima kasih