Chereads / "TRUSTED MAN" / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

Toko bunga disimpang jalan itu terlihat mencolok dibanding bangunan-bangunan lain disekitarnya. Bunga warna-warni yang dirangkai seapik mungkin menjadikan suasana lebih teduh dan indah. Wanita cantik dengan floral-dress selutut yang membuat dirinya seakan menyatu dengan suasana disekitarnya itu sibuk menekuni pekerjaannya dalam toko itu, Adalyn Florist.

Rasa tenang mengalir dalam dirinya saat menciptakan banyak kreasi dari bunga, baik imitasi maupun bunga asli, daun, dan sejenisnya. Membuat buket, bunga meja, korsase dan boutonnieres adalah hal yang mudah baginya.

Suasana toko tidak begitu ramai, tidak seperti saat perayaan hari kasih sayang berlansung yang membuat orderan meningkat bahkan hingga sepuluh kali lipat, pengunjung toko hari ini terbilang sepi.

"Halo Mrs.Perkins" sapa anak laki-laki yang baru saja menginjak usia sepuluh tahun itu dengan gaya seakan-akan menyapa seorang putri.

Wanita itu balik membalas dengan cara yang sama, lalu keduanya sama-sama terkikik. Gail mengajak Jamie masuk ke florist, menawarkan secangkir coklat panas mengingat suhu dimusim dingin yang sedang melanda kota ini sambil berbincang yang juga diselingi tawa.

"Aku punya cerita lucu yang pantas dijadikan highlight minggu ini, mau coba menebaknya nona Gail?"

Gail memasang wajah pura-pura masamnya.

"Oh tidak dengan panggil itu lagi Jamie, but sure, kutebak, hari ini kau lagi-lagi pasti mengungkapkan perasaan teman sepermainanmu kepada perempuan yang disukainya padahal jelas-jelas itu bukan urusanmu, maybe?"

"Oh ayolah, ini lebih seru dibanding hal itu" gemas Jamie

"Kau bilang seru? Jelas-jelas temanmu memintamu dengan tegas untuk menyimpan rahasia tapi kau malah mengungkapkannya kepada perempuan yang disukainya itu, awas saja sampai kau merasakannya sendiri"

Jamie mengusap-ngusap lengannya sambil bergidik ngeri membayangkan ia akan suka pada salah satu teman sekolahnya lalu berubah menjadi Jamie yang bodoh saat berhadapan dengan perempuan itu, sama seperti Roland, teman sepermainannya.

"Kurasa kau tidak akan bisa menebaknya dan aku tidak sabar untuk menceritakannya"ungkap Jamie

Gail mendengus tak menyangka anak berusia sepuluh tahun dihadapannya sedang meremehkan kemampuannya. Sayangnya, Gail mengakui ia tak cukup mampu dalam memecahkan teki-teki seperti sekarang ini.

"Aku lupa membawa tugas Ms.Bernal pagi ini, oh bukan, buku tugas itu tertukar dengan milik adikku, aku sudah siap menerima berbagai kemungkinan hukuman yang bisa diberikan Ms.Bernal, but luckily, sebuah insiden menimpa Ms.Bernal."

Luckily? Dasar jiwa-jiwa anak sekolah yang menyenangkan.

"Ms.Bernal dan Mr.George datang secara bersamaan keruang kelas kami saat jam pelajaran pertama. Mr.George seharusnya mengajar dikelas sebelah, yang membuat kejadian itu menarik, kancing celana Mr.George is undone, sementara kancing bagian tengah kemeja Ms.Bernal hilang entah kemana, kau pasti menangkap apa maksudku bukan?"

"Oh man, seriously jam pertama? Astaga,,, naluri memang tak bisa dipercaya. Lalu bagaimana kelanjutan tugasmu yang ketinggalan?"

"Ms.Bernal meminta tugas dikumpulkan sesaat setelah Mr.George buru-buru keluar dari ruangan kami, tapi aku yang begitu penasaran, lebih dulu bertanya apakah Ms.Bernal melakukan quickie bersama Mr.George sebelum jam pertama. Lalu aku dikeluarkan dan tak ditanyai tugas, Selamat...." Tandas Jamie dengan nada puas seakan dia baru saja melakukan sebuah perbuatan yang membanggakan.

"Oh aku merasa jadi orang jahat dengan menertawai Ms.Bernal sekarang tapi tadi benar-benar lucu" Jamie terkekeh mengingat-ngingat kembali apa yang baru saja ia ceritakan.

"Dasar anak nakal. Kau tidak selamat, kau malah memperbanyak masalah yang akan kau dapatkan. Nilai tugasmu kosong dan kau menantang Ms.Bernal bahkan mungkin Mr.George, karena kemungkinan Ms.Bernal sudah mengadu pada partner quickie-nya itu" gurau Gail sedangkan Jamie hanya mengedikkan bahu.

***

Hari berlalu dengan aktivitas sama, tidak ada perbedaan intens antara apa yang ia lakukan hari ini dengan hari-hari sebelumnya. Orang-orang pasti akan berpikir bahwa mengelola usaha florist membosankan dan lebih memilih mencari peluang usaha lain yang lebih menantang dan lebih mendatangkan pundi-pundi uang.

Berbeda dengan Gail, ia selalu semangat melakukan pekerjaannya, mungkin dalam pandangan orang lain, florist hanya soal urusan jual-beli bunga, tapi bagi Gail mengelola toko bunga lebih luas dari sekedar jual-beli bunga. Belum lagi hari-harinya menjadi tidak terlalu monoton semenjak Jamie dekat dengannya. Anak kecil yang sifatnya sedikit urakan tetapi cukup atau bahkan sangat menghibur.

Tetapi dalam 5 hari ini tidak begitu, Jamie tak pernah lagi lewat dari depan Adalyn Florist. Gail sedikit cemas, tak biasanya Jamie bolos sekolah. Meskipun bukan termasuk dalam kategori anak teladan, Jamie selalu rajin dan tepat waktu pergi dan pulang sekolah.

***

Kenyataan menampar Gail. Setelah menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaga untuk mencari tahu, Gail bertemu dengan Jamie dengan keadaan buruk. Keceriaan dan semangat seolah meninggalkan raga anak itu. Ternyata sudah ada lebih dari satu bulan Jamie suka mengonsumsi permen yang didapatnya dari pria paruh baya yang dianggapnya sebagai teman, sama seperti eksistensi Gail.

Permen sialan, bukan bukan, itu narkoba.

Gail menyayangkan sifat Jamie yang mudah sekali akrab dengan siapapun dan dari usia berapapun. Belum lagi Jamie terlalu gampang percaya dengan kedok baik seseorang tanpa tahu niat buruk dibaliknya. Gail membawa Jamie ketempat rehabilitasi, mengharapkan kesembuhannya dan keceriaan kembali menghiasi wajah anak itu.

Gail bersumpah dalam hati akan membalas perbuatan rendah pria paruh baya sialan itu.

***

"Apa anda tidak memikirkan masa depan anak berharga seperti Jamie? Bagaimana kalau hal ini menimpa anakmu? Dimana pikiranmu?"bentakan Gail pada Mr.Brown menggema digedung terlantar dan berdebu itu

"Aku tidak punya anak, kau pikir aku bisa diserang secara verbal dengan memanfaatkan orang-orang terdekatku? Klasik, apa tidak ada cara lain? Berani-beraninya seorang wanita menantangku dengan tangan kosong"

"Dasar iblis tak punya hati, pantas saja sifatmu se-bajingan ini, rupanya kau kesepian dihidupmu tanpa ada yang bisa mendukungmu, hm?"

"Jalang ini berisik sekali" Mr.Brown bersiap melayangkan pukulan kearah Gail namun teriakan anak yang memanggil Gail menghentikannya.

Gail memelototkan matanya.

"Aku sudah menyuruhmu jangan kemana-mana sampai kau sembuh total Jamie!"Gail memekik saat tiba-tiba Mr.Brown mencekik lehernya.

"I can't. Aku tidak bisa diam saja saat aku tau kau membahayakan dirimu sendiri untuk membantuku. Kau sudah seperti seorang kakak bagiku."

"Sungguh tontonan yang mengharukan. Berhubung kalian berdua disini, aku ingin menunjukkan bakat membunuhku. Kalian pasti terkesan. Jadi siapa yang lebih dulu?"

Psycho

"Lari Jamie"

"Bagaimana denganmu?" Tanya Jamie kalut dengan berurai air mata.

"Kubilang lari Jamie, salah satu dari kita harus selamat"

"LARIIII!"

"Dasar wanita sialan. Kau sudah ikut campur urusanku dan sekarang kau menggagalkan rencanaku, MATI SAJA KAU"

Mr.Brown mencekik leher Gail membuatnya kesusahan mendapatkan pasokan udara lalu perlahan tubuh Gail melemas dan kesadaran meninggalkan tubuh itu selamanya.

***

Hujan menambah suramnya pemakaman. Isak tangis terus terdengar dari mulut Jamie.

Kenapa? Kenapa harus salah satu yang selamat? Kenapa tidak bersama saja?

Raungan tangis memilukan terdengar dari mulut wanita yang sejak tadi bersimpuh ditanah merah yang mulai menggumpal akibat terkena hujan itu. Wanita itu tak peduli dengan pakaiannya yang menjadi kotor dan sepatunya yang sudah dimasuki banyak air.

Dixie, wanita yang meraung-raung itu bersumpah bahwa ini sangat menyakitkan, sama menyakitkannya saat ia kehilangan orangtuanya karena Gail sudah dianggapnya sebagai keluarga.

Sesaat kemudian raungannya terhenti, tangannya mengepal, mata sembabnya yang memerah tampak semakin mengerikan dengan dominasi amarah yang menguasainya.

"Kupastikan orang itu akan membayar semua ini, membuatnya menderita, sampai dia sendiri yang meminta kematian menghampirinya"

TBC

🎰

🦋18 Juli 2020🦋