Suara air yang sedang dikumur-kumur memenuhi kamar mandi toko bunga dengan nama Adalyn Florist itu. Dixie tengah membersihkan diri. Ia keluar dari apartemennya begitu saja pagi ini. Tanpa mandi atau bahkan sekadar membasuh wajahnya.
Jadi, Dixie memutuskan melakukan semua itu disini. Untung segala peralatan mandi selalu ia sediakan di toko bunga sehingga jika sewaktu-waktu sedang malas tinggal diapartemen, dia punya pilihan lain.
Toko bunga ini sudah seperti rumah ketiga baginya. Rumah pertamanya yaitu rumah mom Mathilda dan dad Jacob Perkins, yang tak lain orangtua Gail yang menjadi orangtua angkatnya sampai saat ini. Rumah kedua yaitu apartemennya dan rumah ketiga yaitu toko bunga ini.
Dixie bahkan membeli tempat tidur dengan ukuran berbeda saat memutuskan tinggal diapartemen setelah ia memberitahu mom dan dad bahwa ia memutuskan tinggal terpisah. Namun, bukan berarti hubungan mereka menjadi jauh. Dixie tetap rutin menanyai kabar mom dan dad maupun datang menemui mereka.
Dixie tiba-tiba teringat ucapan Edith tadi malam.
"Wanna do some research?"
"Kau pikir kita sedang praktek untuk menyelesaikan tugas akhir?"
"Hahaha, kau lucu, i mean mulai melakukan suatu tindakan misalnya menyamar untuk mengikuti Mr.Brown. Sepertinya sudah saatnya kita bergerak."
"Baiklah, lusa saja aku sangat lelah, besok aku berencana istirahat seharian"
"Sure. Take your time"
Tring.
Suara bel yang terpasang di atas pintu toko menyentak lamunan Dixie. Dia bergegas menyelesaikan aktivitas bersih-bersihnya.
"Maaf, hari ini tokonya tidak buka"
Dixie menghentikan langkahnya melihat siapa yang datang.
"Ah Dixie, kau pemilik toko ini?"tanya wanita yang tak lain adalah Dionne.
"Ya, kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa menyiapkannya?"
"Aku perlu bunga untuk hiasan ruang tamu. Kau punya jenis Peace Lily?"
Dixie mengangguk dan berjalan menuju meja untuk merangkai bunga Dionne.
"Kau punya waktu hari ini?"
"Yeah, waktuku senggang, aku sengaja menutup toko bunga satu hari ini"
"Kalau begitu mampirlah ke rumahku, ajak Edith juga, aku dan Dawn akan menyiapkan sesuatu yang enak buat kalian"
"Boleh ajak Edith? Sure. Here's your flowers"
"Aku tunggu jam tiga sore, Dixie"
"Alright"
***
"Ed, kau didalam?" Dixie bisa masuk ke apartemen Edith dengan mudah sekarang karena lelaki itu memberinya Access card yang bisa Dixie gunakan selama menumpang diapartemen Edith.
"Yes. Bukankah kau mestinya istirahat hari ini?"tanya Edith muncul dari dalam kamar tidurnya.
"Seharusnya begitu. Tadi aku bertemu Dionne ditoko bunga. Dia dan Dawn mengajak kita datang kerumahnya sore ini"
"Tiba-tiba? Jam berapa?"
"Tiga sore, kau mau?"
"Sure. Lagian Dawn berutang satu cerita padaku"
"Cerita?"
"Secret"
Dixie memutar matanya membuat Edith terkekeh.
***
"Kalian tinggal serumah?"tanya Dixie saat mereka sedang menikmati masakan Dionne.
"Ya, ada sesuatu yang menimpa kami, tatapanmu berisik, Ed" jawab Dawn sekaligus menegur Edith yang melayangkan tatapan menggelikan kepada Dawn dan Dionne secara bergantian.
"Apa ini ada hubungannya dengan cerita yang mau kau beritahu padaku?"tanya Edith
"Hm, seseorang mengancam akan mengambil keperawanannya jadi dia nekat hingga kami berujung tidur bersama" ucap Dawn menerangkan.
"WOW"
Dixie mencubit pinggang Edith hingga pria itu meringis.
"Kau pikir ini sebuah cerita yang pantas diberi kata WOW? Hiraukan saja tingkah makhluk satu ini" ucap Dixie membuat Dawn dan Dionne tertawa.
***
Klek.
Setelah membuka pintu apartemen Edith, tubuhnya langsung menerjang sofa menagih jatah istirahat yang seharusnya ia lakukan seharian ini.
"Aku tidak menyangka pertemuan mereka tragis begitu. Pantas saja kemaren saat di supermarket, Dionne lari kesetanan seakan ada yang akan menyerangnya sewaktu-waktu"
Edith mengedikkan bahu sebagai respon terhadap pendapat Dixie.
"Ow, kita sepertinya mendapatkan sesuatu lagi. Bangun Dixie, kau harus melihat ini"
Dixie mendekat lalu mengambil ponsel yang disodorkan Edith
"Is that Mr.Brown? Apa yang ia lakukan disana?"
"Mungkin ini tempat persembunyian mereka. Dens of drug dealers" jawab Edith
"Maybe. Tapi boleh aku bertanya sesuatu?"
"Go for it"
"Kau dapat semua info ini dari siapa?"tanya Dixie dengan wajah penasaran.
"Kau mau jumpa orangnya?"
"Tentu saja"
"Nanti setelah waktunya tepat"putus Edith membuat Dixie tak lagi berkomentar mengenai mata-mata yang satu ini.
"Raga seseorang selalu membawa jejak kemana ia berpijak, i mean sekuat apapun ia membuat alibi, dengan teknologi yang dinamakan CCTV sekarang semua alibi itu hancur, juga jadwal dimana ia berada dirumah dan diluar rumah pasti menunjukkan sesuatu yang seharusnya dan itu mematahkan alibi bodoh itu"komentar Edith puas mengulang-ulang video yang baru saja ia terima itu.
***
"Ready?"
"Sebenarnya tidak, tapi aku harus, bukan begitu?"balas Dixie
Edith mengangguk
"Tenang, aku bersamamu, my lady"
***
Bau amis, entah dari besi berkarat atau mungkin saja darah, menyapa penciuman Edith dan Dixie saat memasuki bangunan terbengkalai yang digunakan sebagai persembunyian itu.
Lembaran seng yang mulai berkarat bertebaran dimana-mana, membuat siapa saja yang salah melangkah bisa menimbulkan suara berisik. Hal itu membuat Dixie dan Edith memfokuskan diri agar tidak menciptakan sesuatu yang mencurigakan.
Didepan mereka ada sebuah lorong dengan sebuah pintu dipertengahannya seperti sengaja dibuat untuk sesuatu yang darurat. Jika tidak salah menduga, Edith yakin diujung lorong merupakan akses utama agar bisa masuk ke persembunyian para 'Mr.Brown'.
Dukkk.
Suara itu membuat Dixie memelototkan matanya dan melihat kearah Edith dari ujung matanya tanpa melakukan gerakan berarti.
Edith memejamkan matanya sesaat menyuruh Dixie untuk tidak panik. Edith mengambil pisau yang ia sediakan sebelum berangkat tadi lalu berbalik kearah sumber suara.
Swushhh
Sosok yang tadi hanya tampak bayangannya saja kini melesat dengan cepat dari samping Edith. Ia menyerang Edith dengan menebas bahu Edith lalu berlari cepat menelusuri lorong hendak mencapai akses utama. Edith yang awalnya mencoba memberikan perlawanan malah mengenai seseorang yang tiba-tiba muncul. Rupanya sedari tadi ia bersembunyi di balik pintu yang ada dipertengahan lorong.
"KYLE"teriak Edith, sedangkan Dixie berdiri mematung, semua yang baru saja terjadi begitu cepat, bahkan hanya membutuhkan beberapa detik membuat otak Dixie sulit mencerna sejenak.
***
Dixie membantu Edith memapah Kyle memasuki apartemen. Gagal, Dixie tak habis pikir akan kegagalan yang mereka alami baru saja. Tidak mendapatkan sesuatu yang berguna malah mendapatkan musibah.
"Dia orang yang selama ini memberiku informasi, Kyle Frederick" Edith memperkenalkan mata-mata yang sempat ditanyai Dixie itu.
"I'm Dixie"
"Minum dulu, dude" Edith menyerahkan segelas air putih yang segera ditandaskan Kyle.
"Lagipula mengapa kau bersikeras membawanya ke apartemen ketimbang rumah sakit?"tanya Dixie
"Tenang, we're both only got stabbed, nothing serious"
"Only? For God's sake Mr.Cromwell, darah kalian mengucur segitu banyak, kau bilang nothing serious?"
"Young lady, kau pikir aku menawarkan kerja sama padamu dengan kemampuan main-main? Ini sudah sering terjadi, akan sembuh dalam waktu dekat"tutur Edith menenangkan.
Hei, sering terluka itu bukan sesuatu yang pantas dibanggakan maki Dixie dalam hati
"Aku tidak menyangka kau akan senekat itu, dude"kali ini ucapannya, Edith tujukan pada Kyle yang sedari tadi hanya diam.
Dixie menatap dua lelaki yang baru saja terluka itu.
"Hello, hanya aku yang tidak terluka disini, tetapi kenapa hanya aku yang uring-uringan? Dua pria gila ini bertingkah seolah tidak terluka dan hanya mendapat goresan saja" omel Dixie dalam hati
"Apa maksud ucapanmu, Ed?"tanya Dixie
"Sit down, my lady and i'll tell you the truth"perintah Edith
Setelah Dixie duduk, barulah Edith kembali membuka suara.
"We've already planned this"
"What?!"
"Kami sengaja melakukan itu agar mereka kita adalah lawan yang lemah dan mereka merasa tidak perlu memperketat keamanan mereka, juga supaya mereka tak pindah tempat. Semua itu akan mempermudah rencana kita semua" jelas Edith.
"You mean, Kyle sengaja membuat dirinya terluka tadi?"tanya Dixie tak percaya
"Yeah" jawab KKyl
"Wah, i didn't expect this at all"
"Kau melihat wajah orang itu tadi? Kita perlu mencari tahu siapa orang itu, tampaknya tidak seperti Mr.Brown, mungkin saja Mr.Brown lainnya yang tersisa"tanya Kyle
"Tidak jelas, tapi kurasa cukup membantu, dia larinya sangat cepat, mungkin usianya tak setua Mr.Brown"jawab Dixie
TBC
🎰
🦋18 Juli 2020🦋