"So what's next? Bisakah kali ini aku bisa ikut dalam rencana kalian?"tanya Dixie gemas dengan Edith dan Kyle yang ternyata sudah merencanakan kejadian semalam, demi Tuhan ini juga masalahnya.
"Alright but with one condition, jangan gegabah seperti terakhir kali, oke?"pinta Edith
"Apa maksudnya terakhir kali?"Dixie meminta penjelasan karena tak paham maksud Edith
"Kau ingat saat kita tak sengaja melihat Brown dijalan? Mobil kita sempat berhenti bukan? Aku berhasil menghentikanmu untuk menghampiri Brown tapi rupanya dia jeli dan melacak pelat mobilku hingga penyusup yang masuk keapartemenmu juga ada hubungannya" jelas Edith
"Holy crap"pekik Dixie
"Kau bisa istirahat dikamarku Kyle" tutur Edith pada Kyle yang matanya tampak lelah minta istirahat.
"Hmm,night dude, night Dixie"Kyle lebih dulu pamit sedangkan Edith dan Dixie masih betah terjaga.
"Aku akan tidur diapartemenku mulai hari ini" kata Dixie
Sesuai perintah Edith, ia sudah bisa kembali tinggal diapartemennya setelah sudah dipastikan aman.
***
"Kau suka suara air yang dituangkan kegelas kan?" tanya Edith membuka percakapan
Pagi ini Edith mendatangi apartemen Dixie dengan melompati balkon. Dixie sampai kesal memperingati lelaki itu untuk tidak mengulanginya. Ucapannya selalu dibalas godaan demi godaan yang dimiliki pria itu seakan kemampuan untuk menggoda itu ikut terbawa sejak lahir.
"Morning Dixie"
"Apartemenku masih punya pintu Edith"
"Lewat balkon lebih seru Dixie, hal-hal menyimpang memang terkadang lebih seru"
"Persetan dengan hal-hal menyimpangmu itu"
"Kau tau? Aku merasa seperti anak laki-laki yang diam-diam menyelinap kerumah kekasihnya saat orangtuanya tidur, anggap saja Kyle orangtua yang sedang tidur itu" tutur Edith yang dihadiahi pukulan dikepala dari Dixie.
"Kau tahu?" tanya Dixie heran Edith mengetahui ia menyukai hal kecil seperti itu"
"Ya, aku cukup perhatian padamu percayalah" Edith kembali menggoda wanita yang sedang serius memasak hash browns untuk sarapannya itu.
"Aku lebih percaya kau mengaku penguntit daripada perhatian" gurau Dixie
"Mau gabung sarapan denganku?"tawar Dixie
"Sure"
***
Kini Dixie sibuk mengganti perban dibahu Edith. Sebenarnya ia tidak terlalu ahli dalam hal merawat seseorang apalagi mengganti perban seperti sekarang ini, tetapi Edith yang tidak mau pergi kerumah sakit membuat Dixie terpaksa melakukannya.
Edith gemas melihat ekspresi Dixie yang berjarak sangat dekat dengannya saat ini. Aroma buah-buahan menguar dari rambut wanita itu. Ia merasa aroma itu sangat segar dipenciumannya hingga ia nekat mencium puncak kepala Dixie.
"Ed, kalau aku mau, aku bisa melaporkanmu atas pelecehan"
"Sayangnya aku tau kau tidak akan melakukannya" ledek Edith
Sialan
"Kau tau Ed? Dulu aku pernah gemuk, memikirkannya terkadang membuatku jengkel juga terkadang geli"Dixie mengalihkan pembicaraan.
"So,Apa yang salah dengan itu?
Yang penting kita hanya perlu berusaha melakukan yang terbaik agar tetap hidup sehat. Pada dasarnya, orang yang lebih kurus juga punya kesulitan sendiri merawat tubuhnya, jadi semuanya adil dengan cara yang berbeda" kata Edith memberikan pendapatnya.
"Such a truly lover of healthy life. Well, that's true, tapi aku pernah berada pada fase dimana aku sangat sensitif dengan komentar-komentar orang mengenai tubuhku sampai aku terkadang bingung, aku ini sebenarnya kesal pada diriku atau pada perkataan orang lain"Dixie tertawa sedih mengingat pengalaman itu
"Memang, terkadang perkataan nyelekit orang yang lebih menyukai tubuh lebih kurus ketimbang gemuk kadang menyakitkan, tapi mungkin itulah tantangan perjalanan hidup orang gemuk. Mereka yang tidak gemuk juga punya tantangan sendiri meskipun tidak lewat ucapan nyelekit seperti yang dialami orang gemuk. Jadi anggap saja omongan nyelekit itu seperti ketika seseorang memberi komentar pada ukuran baju dietalase toko, ada yang mengatakan baju itu besar tapi dari pandangan orang lain bisa saja tidak begitu" Edith mengambil jeda sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.
Dixie membenarkan letak duduknya saat sudah selesai membenahi perban dibahu Edith. Ia tampak fokus mendengarkan Edith yang tiba-tiba dalam mode serius seperti sekarang.Jarang-jarang ia mendapatkan momen Edith yang satu ini. Biasanya lelaki itu punya seribu kalimat godaan untuk menjawab perkataan seriusnya tapi tidak dengan kali ini. Is he a mental health motivator?
"Lihat, sekarang bahkan sudah sering kan orang-orang menggemari pakaian kebesaran? Mungkin fakta dimana aku membanding-bandingkan tubuh dengan ukuran baju bisa menyebabkan orang-orang berkata namanya juga style, wajar orang suka baju kebesaran, apalagi nyaman, tapi begitu juga manusia ada kan yang nyaman sama orang bertubuh gemuk?Lagian semua tidak berpaku pada ukuran tubuh saja" tandas Edith menyelesaikan tanggapannya
"Apa kau sadar kau baru saja berkata panjang lebar dengan ekspresi serius?" tanya Dixie geli, Edith terkekeh
"Aku sering bertanya mengapa semua harus berjalan sesulit itu dulu. I'm not a person who easily forgive others. Kalau aku bisa dengan cepat memaafkan seseorang berarti perjuangan yang kulakukan keras, banyak hal yang kupertaruhkan, atau orang itu berharga buatku. Jadi aku kadang penasaran mengapa hal buruk sering kualami sehingga aku semakin membenci banyak orang"lanjut Dixie
"Jadi bolehkah aku jadi orang berharga itu supaya kalau aku berbuat salah aku bisa dimaafkan?" goda Edith
"Ahh kau kembali ke mode penggodamu"
"Man in seducer-mode, hmm that's not bad. Jangan terlalu sering menanyakan kenapa sesuatu harus terjadi atau kenapa sesuatu harus tidak kita lakukan"
"Kick me on the face,please. Kurasa aku belum sepenuhnya sadar atau memang kau yang hari ini terlalu religius or something else, today?"
Kali ini Edith benar-benar terbahak menyadari hal itu.
Bunyi bel apartemen menghentikan tawa Edith. Dixie berjalan kearah pintu untuk memeriksa siapa yang datang.
"Oh morning Dixie" Kyle menyapa Dixie saat pintu sudah terbuka
"Morning, masuklah, pasti ada sesuatu yang benar-benar penting sampai kau yang datang kesini bukan?"
Kyle mengangguk dan mendekati Edith yang sedari tadi menatap keduanya.
"Bajingan sialan ini meninggalkan ponselnya diapartemen"adu Kyle menunjuk Edith
"Haha, tell us that big information, dude"
"Kau atau kalian punya teman bernama Dionne?"tanya Kyle
"How did u know?"Dixie memekik tertahan, ia punya firasat tak baik akan pertanyaan yang melibatkan Dionne itu.
"Kalian tahu dia pernah diancam atau dikejar seseorang?"tanya Kyle sekali lagi
Dixie dan Edith saling pandang sejenak sebelum Edith akhirnya mengangguk membenarkan.
"You guys need to see this"Kyle menyerahkan tab pada kedua orang itu.
"Hell" geram Edith
"Seseorang mengirimkan itu saat aku bangun tadi. Aku sempat penasaran dia siapa, tapi mengingat kemarin kita baru saja mencoba mendekati Brown pasti ini ada hubungannya, rupanya orang yang mengancam Dionne dan Brown ada kaitannya"jelas Kyle
"Berarti mereka tahu kita punya hubungan dengan Dionne bukan?" tanya Dixie memastikan
Edith mengangguk.
"Itu artinya selama ini mereka mengikuti kita sampai mereka memperalat Dionne sebagai ancaman"simpul Edith
"Kita harus segera beritahu Dionne dan Dawn"tutur Dixie
Orang-orang sialan itu pasti mengira bisa menghentikan Edith dengan melakukan trik murahan ini.
That's totally a wrong guess. Anyone can't take him down with just one single blow like this. Remember, he is Edith, the trusted man right?
TBC
🎰
🦋18 Juli 2020🦋