Edith menghentakkan kakinya kesal, berjalan kearah kamar mandi, membuka pintunya lalu menutupnya dengan sedikit kasar.
Dixie yang memperhatikan gelagat lelaki itu hanya terkekeh gemas pasalnya Edith merajuk karena Dixie merusak suasana romantis yang diciptakan Edith.
"...Mungkin kau sudah perlahan masuk dan jadi bagian hidupku" ujar Edith dengan wajah sseriu
"Are you flirting with me right now?" tanya Dixie menanggapi ucapan Edith
"Argggh" geram Edith
Dixie tertawa saat mengulang apa yang baru saja terjadi dalam pikirannya. For God's sake, apa yang terjadi dengan perginya Edith yang lucu dan sekarang tiba-tiba jadi melankolis?
***
"Really? Edith mengatakan itu padamu?" tanya Dion girang seakan mendapatkan kabar yang begitu baik.
"Hmm, i'm not sure how to respond it, so i ask him if he's flirting with me"ujar Dixie polos.
"You're a smart women at ruining the atmosphere"
Dixie terkekeh entah pada kebodohannya atau ledekan Dionne.
"C'mon, semua orang tahu kau menyukai Edith dari tatapanmu, dummy-sexy woman" tukas Dion.
Dixie memajukan bibirnya kesal. Ia pun bingung, apa betul ia suka pada Edith? Rasanya terlalu cepat menyimpulkannya begitu.
"Being in a relationship is not a bad idea, aku dan Dawn yang pertemuannya kurang mengenakkan saja bisa enjoy dalam hubungan kami, walau terkadang kami suka berdebat, he's also great in bed" Dionne setengah berbisik mengatakan kalimat terakhir.
"Too much information but Quarrel makes you grow" ujar Dixie.
"Your reasoning is too deep. Seharusnya kau terima saja saat Edith confessing his feeling. Bisa-bisanya kau menasehatiku" ledek Dion sekali lagi.
"Ayolah, coba bicara serius dengan Edith lain kali, kau bahkan bisa menciumnya untuk meyakinkannya" saran Dion.
"Too far a head of, Dion. Are u acting as a cupid now? Wah keponakan tersayang, jangan jadi seperti ibumu nanti ya, jadilah wanita yang elegant" gurau Dixie mengelus perut Dion
"Aaa!"
Dion menepuk bahu Dixie dengan sedikit keras. Bunyi bel menghentikan perdebatan keduanya. Dawn datang membawa kotak kue berukuran sedang.
"Hai, guys, what are you both doing?" tanya Dawn menyapa Dion dan Dixie.
"Spill the tea" jawab Dion enteng.
Dawn berjalan mendekati lemari pendingin dan meraih sebuah kotak susu coklat berukuran kecil.
"Jangan!!" larang Dion menghentikan Dawn yang hendak memasang sedotan pada kotak susu coklat.
"Dawn, i said no, just do it" perintah Dion sekali lagi
"Oo, aa, yeah" Dawn mengangguk.
Gila, mengapa ia bisa tunduk begitu saja pada wanita ini gumam Dixie dalam hati sambil menatap Dawn yang dibalas tatapan tidak tahu dari Dawn sambil mengedikkan kedua bahunya.
Dixie sedikit terkekeh menahan tawa melihat kepasrahan Dawn menghadapi wanita hamil yang saat ini berada dihadapannya.
"Do you get better now?" tanya Dawn pada Dixie. Dixie sempat bingung akan pertanyaan itu lalu kemudian menyadarinya, ahh kejadian serangan di supplier bunga itu.
"Yeah, completely" jawab Dixie
"Is there something wrong?" tanya Dion bingung.
Dawn sengaja meminta Dixie dan Edith untuk tidak memberitahu kejadian itu, tetapi setelah suasana terkendali akhirnya Dawn memutuskan membuka hal itu pada Dion.
"Komplotan Brown menyerang Dixie ditoko bunga kemaren, untung Edith sigap menyelamatkan Dixie"
"Really? Oh my God, are u okay?" tanya Dion panik.
Dixie mengangguk sambil menggenggam tangan Dion meyakinkan sedangkan Dion hanya menatap Dixie iba.
***
"Childish, semua yang kau lakukan mulai dari perkataan atau tindakan selalu kekanak-kanakan" gurau Dad Jacob melihat Dixie yang menyapu bersih piring berisi steak itu sedangkan mom Mathilda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yang penting aku bertindak sesuai usia. Well, mari lupakan soal wajah. Mungkin aku terlihat tua dari usiaku. Technically, aku masih muda, biarkan aku menikmatinya. Let's wait, saat aku dewasa aku akan bertingkah seperti apa. Jangan terlalu mengkhawatirkannya, Dad" jelas Dixie sombong mengundang tawa kedua orangtua itu.
"Dad" Jacob menatap Dixie.
"Apa Dad masih punya berkas lama tentang Gail?" tanya Dixie hati-hati
"Akan dad kirimkan nanti keapartemenmu" tutur Jacob tak ingin terlalu jauh membahas hal ini, karena jika ia berusaha menasehati Dixie, putri angkatnya yang satu ini tetap akan bertahan dengan kekeras-kepalaannya.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Dix" pinta Mom Mathilda.
Ia tidak melarang Dixie menangkap pembunuh Gail itu agar segera dihukum, tetapi naluri keibuannya lebih memilih Dixie untuk tetap berhati-hati agar ia tidak mengalami kehilangan putri untuk yang kedua kalinya.
"Iya, mom. Bolehkah aku membawa masakan ibu keapartemenku?" tanya Dixie mengalihkan pembicaraan.
"Sure. Mom juga akan mengirim makanan sesekali keapartemenmu"
"Hurray!" seru Dixie kembali memunculkan senyum dikedua wajah orangtua itu.
***
"Jangan melihat semua musibah sebagai sesuatu yang buruk, karena dibalik musibah, jika kamu tidak menanam sesuatu yang buruk, pasti ada sesuatu yang berharga yang jauh lebih baik yang muncul sebagai buah dari musibah itu" ucap Edith menasehati Dixie yang baru saja selesai bercerita.
See, dia berakting sebagai pastor lagi.
Dixie bilang, ia selalu sedih kalau melihat wajah sendu mom Mathilda dan dad Jacob. Ia begitu menginginkan semuanya kembali seperti saat Gail masih bersama mereka. Biarpun Dixie kehilangan orangtua kandungnya, tetapi keluarga Gail selalu menghiburnya. Jadi Dixie ingin melakukan sesuatu untuk orang-orang berharga dalam kehidupannya tersebut.
"Chillax, Dix!"
Dixie kembali teringat percakapannya tadi siang bersama Dion.
'Nyari topik buat buka percakapan', Dixie's not good at that department, apa lagi untuk membuka percakapan soal pernyataan perasaan Edith.
"Apa ada yang mau kau katakan lagi?" tanya Edith melihat keterdiaman Dixie.
"Kau tau apa yg membuatmu menarik Ed?"
Alright, Dixie. Kenapa kau jadi seberani ini, shit! maki Dixie dalam hati.
"Kau mau mengakui perasaan? Aku tak siap" gurau Edith meskipun sebenarnya ia tak bisa berbohong bahwa ia cukup deg-degan saat ini.
"Saat aku marah kau tak menghentikanku, tapi kau bertanya apa ada yang ingin kukatakan lagi, sepertinya kau memberiku waktu untuk menuntaskannya dan aku butuh itu" jelas Dixie
Edith tercengang, ya, memang Edith selalu mengizinkan Dixie menumpahkan kemarahannya, seperti tadi saat Dixie sedang marah pada dirinya yang tak bisa menahan diri untuk kembali membahas Gail didepan orangtua angkatnya sehingga lagi-lagi membuat mom dan dad sedih.
"Dix, berkencanlah denganku"pinta Edith.
"Aku takut menjadi egois dan mengharapkan hubungan yang lebih serius" tolak Dixie dengan nada sedikit bergurau.
"So let us get married then!"
Dixie terbelalak tak menyangka ucapannya dianggap serius. What's wrong with Edith lately? Apa roh kasmaran sedang menguasai dia? Atau ada seseorang yang ditemuinya yang membuatnya jadi seperti ini? Biasanya Edithlah yang suka membalikkan keadaan serius yang diciptakan Dixie dan membalasnya dengan candaan atau godaan, ya meskipun Dixie sedikit ragu apakah sekarang Edith betul-betul serius atau tidak.
"I'll think about that later" jawab Dixie ambigu
"So, we're lover now?"
TBC
🦋22 JULI 2020🦋