Dixie memutuskan untuk mencari sarapan diluar hari ini. Tak seperti biasanya dimana ia lebih memilih menyeduh mie instan atau memesan makanan siap saji, entah mengapa perkataan Edith kemarin mengganggu pikirannya sehingga ia memutuskan untuk tidak makan siap saji mulai hari ini.
Bisa-bisanya Edith seenaknya berkata bahwa tubuhnya tidak menarik. Sudah begitu, Edith dengan gamblang berkata hanya dadanya saja yang membuat tubuhnya sedikit menarik.
Dixie mengakui memang akhir-akhir ini ia kurang memperhatikan makanan yang ia konsumsi. Namun, tetap saja ia tidak terima anggota tubuhnya diledek apalagi ledekan itu datang dari lelaki, lelaki yang baru dikenalnya dalam kurun waktu 24 jam.
Bukankah komentar buruk tentang anggota tubuh wanita dari lawan jenis akan sangat mengganggu bahkan bisa menyakiti hati?
Hahhh, lupakan memikirkannya saja sudah membuat kesal.
Klik
Baru selangkah Dixie mencapai bagian luar apartemennya, lelaki itu sudah berdiri tegap didepan pintu dengan tangan melambai kearah Dixie tanda ia menyapa. Senyuman terbaiknya ia pasang, berharap Dixie akan membalas tetapi yang terjadi malah menambah kekesalan Dixie.
Pagi yang menjengkelkan.
Dixie menutup pintu apartemen dan berlalu begitu saja membuat lelaki itu melongo. Sifat usilnya muncul, lelaki itu menarik ikatan rambut yang terikat rapi itu memancing Dixie untuk melihat kearahnya.
Berhasil pikir lelaki itu senang.
"Kurang ajar" bentak Dixie.
Lelaki itu melotot.
"What's got into ya? Apa kau memang sebrutal ini dalam mengeluarkan kata kasar?"
"Bukankah jika kita sudah berusia lebih dari tujuh belas tahun, kau seharusnya paham untuk tidak melakukan hal seperti ini ? Bahkan kita tidak akrab sama sekali" jelas wanita itu panjang lebar.
"Hei, kita sudah memutuskan untuk bekerja sama bukan, jadi bukankah seharusnya kita sudah bisa dianggap akrab? Atau setidaknya mencoba untuk akrab" balas Edith.
"Whatever, kau merusak pagiku, kita bisa membicarakan kerjasama nanti, perutku sudah minta diisi" Dixie mengibaskan tangannya menyuruh Edith untuk tak mengusiknya lagi.
"Bagaimana kalau sarapan bersama?"tawar Edith
"Apa kau memang selalu sekeras-kepala ini?"
Edith mengedikkan bahunya.
"Ayo, aku tau tempat makan yang enak sekitar sini"ajak Edith mengambil langkah mendahului Dixie.
***
Sebenarnya Dixie enggan untuk mengikuti Edith tapi rumah makan terdekat dengan apartemen kebetulan tutup sementara kunci mobil tak Dixie bawa. Terpaksa ia masuk kedalam mobil Edith dengan bibir mengerucut membuat Edith tersenyum puas.
Dia tersenyum seolah menyombongkan kemenangannya.
"Suasana hatimu yang sedang buruk atau kau sedang jengkel padaku, mana yang membuatmu murung pagi ini?"
"Keduanya" jawab Dixie ketus
"Kau jengkel padaku? Why?"
"Sepertinya ada lelaki yang lupa bahwa ia meledek tubuh seorang wanita semalam, bahkan secara terang-terangan menyebut-nyebut dada wanita itu"sindir Dixie
Edith terkekeh mengingat perkataannya semalam. Sebenarnya ia hanya ingin memancing Dixie untuk tidak lagi mengonsumsi makanan cepat saji melihat tumpukan sampah disudut ruang apartemen wanita itu. Entahlah, ia betul-betul menentang konsumsi makanan cepat saji.
Tidak disangka Dixie salah mengartikan omongannya dan hanya mengingat bagian ia mengomentari dada wanita itu saja.
"Jadi kau memutuskan untuk mulai makan makanan sehat untuk membuat tubuhmu lebih berisi dan menarik di mataku?"goda Edith.
"You gotta kick the habit. Kau terlalu membiasakan dirimu begitu percaya diri" tukas Dixie
"Baiklah...baiklah...kau cerewet sekali, seperti sedang datang bulan saja"ledek Edith
Mata Dixie melebar dengan pandangan mengarah ke dashboard mobil.
"Jadi betul?"Edith mendramatisir nada bicaranya membuat Dixie merasa seperti penjahat yang tertangkap basah dengan wajah memerah. Dixie baru menyadari pagi ini kalau hari ini tanggal dimana ia mendapat tamu bulanannya.
Saat mobil berhenti dan mencapai parkiran restoran , Dixie membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras.
Sialan, kaget
Edith yang masih berada didalam mobil memaki dalam hati. Sesaat kemudian dia terkekeh geli dengan tingkah Dixie.
"Kau mau pesan apa?"tanya Edith saat mereka dua sudah duduk dibangku masing-masing
"Kau saja yang pilih, ini restoran rekomendasimu, jadi kau yang paling tahu"jawab Dixie dengan ekspresi datar mengundang tawa dibibir Edith tetapi lelaki itu menahan sehingga bibirnya berkedut.
Usai memesan makanan, Edith memeriksa ponselnya sebentar. Setelah selesai dengan urusan diponselnya, Edith membuka percakapan mengingat wanita didepannya masih kesal dengannya.
"Ehem" deheman itu sengaja Edith tujukan pada Dixie yang sedari tadi menatap kebawah meja dan mengetuk-ngetukkan sepatunya kekaki meja dan berhasil, wanita itu mengangkat kepalanya.
"Maaf jika aku tadi menyinggungmu oke??"pinta Edith.
"Mukamu tidak meyakinkan, aku jadi ragu untuk memaafkanmu" Dixie menampilkan raut wajah penuh keraguan.
"Memang banyak yang bilang aku tidak cocok meminta maaf dengan wajah ini" Edith menaik-turunkan tangannya didepan wajahnya.
"Aku salah satunya"ucap Dixie
"Ayolah, mohon maafkan aku ya, hmm, aku sudah memesan sepotong cake rasa coklat dengan strawberry diatasnya untukmu, katanya wanita sangat suka makan makanan manis saat mendapatkan period-nya"bujuk Edith.
Dixie menatap Edith dengan binar bahagia tapi buru-buru mengembalikan ekspresinya menjadi datar.
"Aku bukan wanita yang gampang disogok" Dixie berpura-pura tidak senang padahal dalam hati bersorak kegirangan.
Edith mengangguk, dia tersenyum menyadari Dixie berpura-pura tidak menyukai idenya tadi.
"Ya, i know"
"Sepertinya kau ahli dalam memahami isi hati wanita, kurasa kau seorang player"
Edith terkekeh entah membenarkan penuturan Dixie atau malah menghiraukannya.
Pelayan datang membawakan pesanan Edith lengkap dengan sepotong cake rasa coklat dengan strawberry diatasnya. Mereka berdua makan dalam diam. Edith sesekali melirik Dixie yang sedang fokus melahap makanannya. Menurutnya menyenangkan memperhatikan cara Dixie makan yang santai tanpa berusaha untuk menjaga image.
***
"Thanks. Lain kali aku yang traktir" tutur Dixie
"Ide yang bagus" Edith tersenyum, itu berarti akan ada kesempatan makan bersama Dixie lagi.
"Sepertinya suasana hatimu jadi baik setelah makan cake tadi" tebak Edith.
Dixie mengedikkan bahu lalu masuk kemobil diikuti Edith. Mobil melaju perlahan, membelah jalan yang mulai ramai.
Mata Edith menangkap sosok tak asing disebuah pinggiran gang. Orang itu sepertinya berusaha mendekati kumpulan remaja yang umurnya menurut perkiraan Edith masih baru menginjak bangku SMP. Mereka sedang bernyanyi bersama menikmati suasana akhir pekan.
Edith memutuskan untuk menghiraukan orang itu kali ini karena momen bersama Dixie rasanya terlalu bagus untuk dirusak dengan mengurusi orang itu. Lagipula lain waktu, Edith bisa dengan mudah menangkap orang itu.
"HENTIKAN" jerit Dixie
Wanita ini sangat jeli gumam Edith lalu menepikan mobilnya didekat gang tempat sosok tadi.
"Keparat itu masih berkeliaran rupanya" geram Dixie sambil membuka seatbelt lalu beranjak keluar mobil.
"Jangan keluar!" perintah Edith dengan gurat tegas menghiasi wajahnya.
"Kalau dengan sikap ceroboh dan emosi meledak-ledak seperti ini, kusarankan kau jangan menghampiri bajingan itu" ucap Edith dengan ekspresi yang belum pernah Dixie lihat membuat wanita itu heran sekaligus merinding. Namun, dalam hati wanita itu perlahan sadar dan membenarkan perkataan Edith.
"Kau lihat bungkus permen ditangan Mr.Brown?"tanya Edith
"Ya"
"Itu narkoba yang dibuat semirip permen, sepertinya bajingan itu mencoba menjebak remaja-remaja itu"jelas Edith seakan betul-betul paham dan mengenal Mr.Brown
"What?!"pekik Dixie
"Dan dia tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya termasuk dengan menyingkirkan orang yang berusaha menghentikannya"lanjut Edith.
TBC
🎰
🦋18 Juli 2020🦋