Bisakah itu terulang lagi?.
"Aku masih mengingat itu, semua kenangan tentang mereka. Ayah, dan ibuku".
Kata ia bercerita kepada peria itu.
Peria itu hanya tertegun, mendengarkan ceritanya, lalu peria itu menundukkan kepalanya, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"sungguh aku iri kepada mu" kata peria itu, lalu melihatinya.
"kamu terlalu baik hingga kebaikan mu dimanfaatkan oleh teman busuk mu itu".
"Apa kau mendengar perkataan ku?"
"AH...!!! Maaf aku tak mendengarkannya". tersentak dari lamun.
"Kamu tau Lisa, aku pernah juga berpikir seperti mu. Untuk apa menjalani hidup kalau semua akan hilang, semua kenangan itu hanyalah ilusi bagiku. Mereka pergi dengan jejak buruk di kehidupanku. Ada satu yang masih baik kepada ku, selalu menghawatirkan ku, namun ia juga harus pergi, namun kepergian-nya tak lah meninggalkan keburukan, namun sungguh membuatku memendam rasa penyesalan yang amat sangat perih dihati".
Mendengarkan apa yang dikatakan peria itu, ia lalu mengenang apa yang pernah terjadi dalam hidupnya, ditinggalkan orang yang ia sayangi, untuk selama-lamanya.
Membuat ia terpuruk seperti sekarang ini. Lalu tangannya bergerak ke arah dimana suara peria itu.
Seperti hendak menyentuh wajah peria itu, dan benar saja, ia sentuh wajah peria itu, lalu berkata.
"Kamu menyesali apa yang telah terjadi? Kamu sama sepeti ku. Namun... Dalam menyikapi ini kamu lebih baik dari ku". Kemudian ia berdiri
"Aku tak yakin. Namun... Aku tau ia disana tak lah suka kalau kamu bersedih terus. Mungkin ia akan memarahi mu jika ia masih ada di sini, begitu juga aku. Mungkin ibu dan ayah ku akan memarahi aku habis-habisan, sambil berkata, jangan menangis kamu jangan cengeng hanya karena itu".
lalu ia melangkah pergi dari peria itu
"Ayah ibu, kalian mungkin saja akan memarahiku?".
dan terlelap dalam tidur.
Lambat laun ia sudah memahami apa yang sebenarnya berubah dalam hidupnya, ya tak lain adalah keceriaan darinya.
Gadis kecil yang suka bermanja-manja kepada orang tuanya, periang, selalu tersenyum walau pun perut terasa sangat lapar.
Atau pun berteman dengan begitu banyak teman.
Sekarang itu lah yang hilang darinya.
Dimanakah keceriaan yang selalu menyertai dirinya?
Kaki melangkah dijalan yang biasa ia lalui, merasa ringan, dengan tongkat tetap mengetuk-getuk sisi trotoar, mulut tak berhenti menghitung setiap langkah kaki.
Kemudian sesaat sampai di tujuan ia langsung duduk di bangku panjang dengan ditemani seorang peria yang selalu mengabarkan senja setiap harinya kepada dirinya.
Apakah senja kali ini beda?
Atau masih sama saja?
Dinginnya hari selepas hujan, menyentuh kulit, terasa dingin.
Walau baju panjang, namun tak lah begitu berguna menahan udara dingin.
"Kamu tau, aku sungguh iri kepada mu, kamu bisa mengekspresikan diri sesuka hati mu, maksudku kamu bisa leluasa mengekspresikan-nya, namun sebaliknya aku tak lah bisa, jika kamu melihatnya, mungkin kamu beranggapan aku ini orang yang menyeramkan, Lisa".
"Sama aku juga iri padamu, kamu bisa melihat dunia dengan mata mu, namun aku tak bisa, jika aku selalu merasakan iri di hati ku, mungkin iri itu tak kan pernah hilang".
Ucap lisa kepada peria itu.
Daun-daun berjatuhan di sore itu, tertiup angin.
Senja begitu indah warna yang sama namun tak bosan untuk di lihat.
Berharap esok adalah hari yang baik.
Lampu pelita tak lah bisa menerangi seisi rumahnya, remang cahaya-Nya membuat ingin cepat tidur, sepi sunyi hanya ada suara jangkrik berbunyi di telinga.