Chereads / all will end / Chapter 12 - bab 12

Chapter 12 - bab 12

"Kamu..., Dan aku tak lah sama".

Tanggal 12, hari minggu.

Mereka bejanji untuk bertemu ditempat biasa, "Apakah aku telat?".

Ucap lisa dengan tongkat memukul sisi jalan.

Tiba-tiba tangan nya ada yang meraih begitu lembut menuntun dirinya berjalan menyusuri jalanan.

"Kamu tak telat kok".

Ucap peria itu tersenyum padanya, berjalan dengan langkah santai mereka menyusuri setiap jalan.

Berhenti di sebuah tempat yang tak dikenali, sebuah rumput terhampar begitu luas, duduk di bawah pohon besar, sejuk menyegarkan diri.

"Dulu aku pernah kesini bersama kedua teman ku diwaktu kecil".

Ucap peria itu membuka obrolan di waktu itu.

"Namun yang satunya sudah tiada dan yang satunya entah kemana".

Mengenang masa lalu, yang begitu indah disini, tiba-tiba daun jatuh di kepalanya, lalu ia ambil daun itu.

"Aku teringat saat itu".

Memenggangi daun itu, dan melihat dengan membolak-balikan sisi daun yang dipegang nya itu.

"Saat itu mereka tersenyum bahagia kepada ku".

Selonjorkan kaki, sandarkan tubuh dipohon rindang itu, melirik keatas pohon, cahaya matahari menembus dibalik dedaunan lebat itu dan menyilaukan matanya, lalu tanganya menghalangi cahaya yang menyilaukan matanya itu.

"Mereka adalah teman terbaik ku".

Ucapnya lalu mengarahkan tatapanya ke lisa.

"Aku masih ingat apa yang diucapkan oleh salah satu dari mereka".

Sambungnya lalu tanganya diletakan diatas kepala lisa.

"Daun jatuh secepat angin itu sendiri".

Tiba-tiba saja lisa menoleh kearah suara peria itu, wajahnya sedikit terkejut lalu ia tundukan kepalanya, dan menagis entah apa yang ia tangisi itu.

"Maaf..."

Ucap ia lisa kepada peria itu.

"Tak perlu minta maaf, ini bukan salah mu".

"Jadi selama ini kamu adalah edo?".

Tanya lisa dengan keraguan dihatinya.

"ya. Kita selalu kesini sewaktu masih kecil, waktu itu umur kita masih 10 tahun wajar saja kamu tak mengingat nya lagi. Dan dia juga tak lagi bisa bersama kita."

Tertunduk lesu, lalu menatap hamparan rumput hijau begitu luas, sesekali melihat lisa yang tak pernah berubah dari wajah nya itu.

"Dia mengidap sakit kanker, saat kami masuk SMA ia sudah tak kuat lagi dengan sakit yang ia derita, dan akhirnya ia pun menyerah, dan sebelum itu ia berpesan untuk menemui mu, mulai nya aku tak tau dimana aku harus menemui mu, lalu tuhan masih mengizinkan ku untuk bertemu dengan mu".

Perlahan tangan lisa meraih wajah peria itu walau ia tak tau pasti dimana letaknya, namun.

"Akhirnya aku bisa dengan tepat menyentuh wajahmu tanpa banyak mencoba". Ucap lisa kini dengan senyum penuh ketulusan.

"Apakah kamu masih mengingat tentang orang yang kamu cintai, maksudku tentang cinta antara wanita dan laki-laki dalam artian sesunguhnya?".

edo tertegun mulutnya sedikit menganga lalu kini ia mulai tersenyum, meraih tangan lisa, dia arahkan tangan lisa ke dadanya merasakan detak jantung dalan dirinya.

Meraksakan itu perlahan-lahan lisa tarik tanganya dari dada edo.

Seakan ada pikiran dalam dirinya, cukup lama ia diam tanpa berbuat apa-apa.

"Aku tak harus begini". Ucap dalam hatinya.

"jika benar, tolong hapuskan rasa ini".

Bentrokan dalam diri tak bisa dihindarkan.

"Tak mungkin, ini salah kan?".

"Tak usah terbenani dengan apa yang aku ceritakan itu".

Ucap edo menghapus kesunyian di waktu itu.

"Dia bukan lah cinta pertama atau orang yang aku cintai". Ucap nya lagi.

"Bukankah kamu sudah tau jawabnya? Di waktu kecil dulu siapa yang aku cintai?".

"kamu bohongkan?".

Sedikit ada rasa yang mengganjal dalam dirinya sebab itu ia menanyakan pertanyaan ini.

"Kayaknya cinta pertama sulit untuk dilupakan".

Balas peria itu dengan begitu terpana akan lisa.

"untuk apa aku mengejar mu hingga sampai sejauh ini bila aku tak benar-benar mencintai mu".

"Dan..."

Kini ucapan itu tak ia teruskan, memejamkan mata dalam setiap terpaan angin kewajahnya, merasakan angin mengelitik kulit wajah.

"Ini terserah pada mu, kamu mau berkata apa pun. Namun tentang perasaan ku aku jamin ini tak sedikit pun bohong".

Tegasnya kepada lisa, menggengam tangan lisa ia menantikan jawaban dari setiap kata yang keluar dari mulut lisa.

"Apakah ini tak begitu cepat?".

"maksudku cerita kita apakah sependek ini?".

Peria itu pun tertawa mendengarkan pertanyaan nya.

Lalu memeluk tubuhnya dengan erat, tak terasa lisa mengeluarkan air matanya, menagis terharu sekaligus bahagia, pejamkan mata dalam hangatnya pelukan itu.

"Bisakah begini sebentar?".

Ucap peria itu meminta lebih lama lagi dalam pelukan hangat itu.

"Kita tak kan berpisah lagi bukan?".

Tanya nya lagi, dan dibalas dengan pelukan kencang dari lisa.

"Mungkin". Jawab lisa dalam pelukan itu.