Chereads / all will end / Chapter 9 - bab 9

Chapter 9 - bab 9

Tak, tak, tak.

Bunyi ia memukuli tongkatnya ke sisi trotoar. Menghitung setiap langkah kakinya.

1,2,3 dan seterusnya.

Memakai baju yang begitu tebal karena angin dingin kini berhembus di sekitar kota pesisir itu.

Setiap waktu di kala senja datang ia selalu menyempatkan diri untuk menikmati senja walau tanpa bisa melihat senja yang begitu indah dengan kedua matanya.

Menghembuskan nafas setiap kali ia termenung di bangku itu, menghirup udara lautan yang menyegarkan, sembari menunggu senja datang di pantai itu.

"Apakah kamu ingin melihat senja".

Ucap peria itu, dan dibalas angukan dari nya, kemudian peria itu ikut duduk menemaninya melihat senja di sore itu, lalu mengabari betapa indahnya senja itu.

Tak pernah bosan akan keindahan senja walau pun hanya dengan kata-kata yang di ucapkan peria itu kepadanya.

"Semua nampak sama namun, sebenarnya ini berbeda dari yang kemarin".

Ucap peria itu kepadanya.

Memaknai senja tak lah sama setiap waktunya, kadang senja itu penuh dengan makna didalam dirinya.

Lisa begitu lah ia selalu tak bosan akan keindahan senja, walau pun hanya dengan kata-kata.

"lisa kamu itu cantik". Ucap peria itu dengan begitu datar kepadanya, namun lain halnya dengan lisa ia menangapi perkataan peria itu dengan sedikit malu-malu mukanya memerah.

Namun ia...

Jika saja ini (matanya tak buta) mungkin ia yakin akan perasaan dalam dirinya.

Senja datang peria itu pun kini mengabari apa yang ia lihat kepada lisa, mendengarkan apa yang peria itu katakan pada dirinya dengan begitu seriusnya ia mendegarkannya.

"Kak...!" seru adiknya memanggil namanya beberapa kali, namun baru di tangapi oleh nya sesaat kemudian.

"apa yang kakak pikirkan?". Tanya adiknya, namun hanya dijawab dengan senyuman oleh diri-nya.

Semakin lisa merasakan kesenangan ini semakin ia takut akan sebuah kehilangan, ia takut waktu itu terulang lagi.

Kebahagian?

Kamu akan mengerti arti kebahagian saat kamu kehilangan-nya.

Semakin memikirkan itu semakin sakit rasanya akan kata perpisahan.

Membuat diri nyaman didekat-nya kadang kita melupakan arti dari ucapan perisahan di masa yang akan datang.

"Aku sayang ayah dan ibu".

Terlalu merasakan kebahagian kadang membuat lupa akan sebuah kesedihan yang akan merengut semua kebahagian itu dari diri kita.

"Aku dapat nilai 100 loh ayah".

Membuat terasa sangat menyakitkan jika terus memikirkan-nya.

"Aku pintarkan ibu?".

Terasa dihempas oleh ombak lautan yang ganas.

"Ibu! Aku boleh bantu ibu?".

Rasa penyesalan akan masa lalu terus menghantui setiap harinya.

"Ayah! Ayah. Ayah adalah ayah terbaik didunia".

Sangat sakit, sungguh sakit.

"Adik, kakak sayang adik".

Menutupi itu dalam kebisuan, tanpa banyak bicara, bersikap dingin, padalah hati sangat sakit atas semua itu.

"AYAHHH...!!! IBUUU...!!!".

Tak bisa dipungkiri ini semua adalah kenangan yang menyakitkan, ingin sekali ia melupakan-nya namun jika ia melupakan ini semua sama saja menghapus kenangan yang sangat berarti bagi dirinya.

Langakah kaki tak beraturan, ia begitu terpuruk akan hal ini.

Bagai mana tidak, ditinggalkan oleh orang yang sangat ia kasihi tak halayal harus membuat dirinya terpuruk dan selalu mengenang masa lalu yang begitu sangat menyakitkan, namun saat ia melihat adiknya, diwaktu dulu (dimana ia masih bisa melihat) membuat dirinya melupakan kenangan itu lalu tersenyum penuh bahagia.

Senja penuh arti bagi-nya, dimana senja adalah pengakhir hari yang sangat melahkan bagi-nya, dan juga pertanda bahwa masih ada harapan untuk memulai hari esok yang lebih baik untuk dirinya.