Peria itu pun tertawa saat mendengarkan perkataan dari nya, ia tau siapa yang di ceritakan oleh lisa, yang tak lain adalah dirinya sendiri.
"Kamu pandai mengejek ku dengan permainan kata yang tak menusuk hati".
ucap peria itu dengan senyuman diwajahnya, namun lisa tak tau bahwa peria itu tersenyum akan ulah nya.
"lisa. Setiap manusia pasti mempunyai cobaan sendiri-sendiri, jika cobaan mu seperti ini, maksudku seperti sekarang ini. maka yang lainya juga sama seperti mu, contohnya..." ucap peria itu namun tak lagi melanjutkan perkataan darinya.
"Aku hanya ingin mempunyai teman yang benar-benar teman dalam artian sebenarnya". Ucap peria itu lagi kepadanya, melihat wajah lisa yang begitu polos akan dunia kejam ini.
"Aku selalu iri kepada mu, iri semua yang ada diri mu".
Kini ia menoleh kearah mentari senja menatap senja dan mengabari nya kepada lisa dengan kata yang ia ucapkan dari mulutnya.
"Jangan mengubah apa yang telah kamu tanam di dirimu lisa".
Nasehat nya lalu mengantar kan lisa untuk pulang karena malam akan segera datang.
Jalan hari ini nampak sama seperti kemarin, daun-daun berguguran mengiringi langkah kaki dari mereka, lisa dan peria itu mengobrol di tengah perjalanan mereka, mengobrol tentang daun-daun yang berguguran ini, senja perlahan-lahan hilang di gantikan malam.
"Terimakasih telah mengantarkan ku pulang". Ucap lisa berterimakasih pada peria itu.
Sayup-sayup suara-suara kini mulai terdengar di keheningan malam, peria itu berpamitan untuk pulang kepada nya.
"Kak! Itu siapa?". tanya adiknya dan membantunya untuk masuk ke rumah.
"Teman kakak". ucap ia lisa kepada adiknya, dan meminta adiknya untuk mengantarkan ia ke kamar mandi.
Bunyi hamburan air terdengar dari balik kamar mandi, ia mandi dengan air yang mulai dingin.
"Kak! kalau udah ganti pakaian kita makan bareng ya!". seru adiknya menyiapkan makanan dan menaruhnya di lantai beralaskan tikar.
Ya begini lah cara mereka makan, tak mempunyai meja makan.
Namun nikmat kebersamaan terasa sangat lah membahagiakan.
"Ayo habiskan makanan-Nya".
Ucap ibunya dulu menyuruhnya menghabiskan makanan dengan adiknya yang masih kecil dipangku oleh ibunya, sambil menyuapi adiknya, ibu nya juga harus bersabar akan tingkah ke kanak-kanakkan dari dirinya.
Sungguh itu adalah kenangan yang indah.
"Aku pikir bahwa kenangan tak akan bisa dihapuskan dari ingatan kita, semua yang ada dalam ingatan selalu terbawa dalam kehidupan, baik itu buruk atau pun ingatan yang baik. Namun terbawa akan kenangan yang telah lalu itu cukup membuat diri kita berhenti untuk melangkah dan terus melihat kebelakang".
Senja di pantai itu sangat indah untuk dipandang, warana nya berpadu dengan biru nya langit dan lautan.
Berbicara pada nya membuat lisa tersenyum menjalani kehidupan didunia ini, berbagi cerita dalam sebuah kehidupan ini.
Laut hari ini tampak tenang, angin pun tak terlalu kencang berhembus.
Sinar mentari senja berwarna jingga penuh makna di dalam nya.
Hidup dengan keterbatasan tak selalu membuat ia tak tesenyum akan manisnya kehidupan dunia.
Pasir putih awan pun putih, seputih hati darinya Dari lisa. Secantik bunga tulip seindah lukisan, itu lah gambaran darinya.
Sungguh kecantikan yang selalu terpancar darinya.
Musim ini penuh dengan cerita di dalammnya november terasa mulai dingin, menusuk kulit hingga ketulang.
Jalanan kini mulai dipenuhi dedaunan, petugas selalu membersihkan daun-daun yang berjatuhan, ini bukan lah karena musim gugur sebab negara ini tak lah ada musim itu.