Arjoona melepaskan perlahan pagutan bibirnya pada Claire. Matanya terus memandang Claire tanpa berkedip dan Claire tersenyum perlahan pada Joona yang masih tertegun. Ia masih mengatur irama jantungnya yang tak beraturan sama sekali. Teriakan antusias beberapa sepupu Claire mengejutkan Arjoona hingga ia menurunkan kembali tubuh Claire untuk menginjak lantai.
Claire langsung melepaskan pelukan Arjoona dan tersenyum malu-malu. Dan Arjoona hanya bisa mendehem pelan sambil tersenyum bahagia. Gerald dan Steven saling berpandangan sambil mengerutkan keningnya tapi mereka ikut tersenyum kemudian. Sedangkan Keith, langsung menegak wine nya sekaligus dengan rasa kesal.
"Kalian romantis sekali," ujar nenek bibi Olive menghampiri Claire.
"Ah, mereka malu-malu. Tim sayang, aku jadi ingat saat kita menikah dulu," lanjutnya lagi dan diberi ciuman mesra oleh suaminya, Timothy. Mereka saling tertawa dan bercanda dengan sesekali sepupu-sepupu Claire menggoda Arjoona.
Usai berpesta dan hari mulai malam, Arjoona dan Claire dibawa ke kamar mereka. Sebuah kamar dengan pemandangan danau buatan di taman belakang mansion. Arjoona begitu terpesona pada indahnya pemandangan yang seolah berada di tengah pengunungan.
"Ini benar-benar indah, terima kasih," ujar Arjoona berbalik dan berterima kasih pada Gerald dan Timothy yang mengantar hingga ke kamar.
"Kami hanya ingin membuat bulan madu kalian menjadi berkesan, jadi daripada menginap di hotel, mansion ini yang jadi tempat tinggal kalian," Arjoona mengangguk pada perkataan Timothy. Gerald lalu menghampiri Claire dan membelai rambutnya.
"Sekarang kalian berdua beristirahatlah karena perjalanan panjang, kalian pasti masih jetlag," Claire menggeleng.
"Aku gak sih kek, gak tau Joona," Arjoona hanya tersenyum.
"Aku baik-baik saja pak," Gerald pun membalas senyuman Arjoona.
"Istirahatlah kalau begitu, sampai bertemu besok pagi," ucap Gerald sambil mengecup ubun-ubun Claire.
"Selamat istirahat Precious dan Arjoona," Timothy menambahkan. Kedua sepupu dekat itu akhirnya keluar dan menutup pintu kamar. Claire dan Arjoona kini berada dalam satu kamar yang sama dan kegugupan pun terjadi, padahal mereka sudah pernah sekamar sebelumnya.
"Ehm, kamu mau mandi duluan atau aku...ehm," tanya Arjoona sambil menggaruk tekuk nya dengan rasa gugup yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Kamu aja, aku akan mandi setelah kamu," jawab Claire sambil tersenyum. Ia masih duduk di ujung ranjang sambil menggoyangkan kakinya dengan gaya yang menggemaskan.
"Oke, kalo gitu aku duluan. Aku ambil baju ku dulu," Claire mengangguk dan tersenyum manis.
"Oh, handuknya semua ada di dalam," Arjoona mengangguk sambil membawa pakaian bersihnya ke dalam kamar mandi. Usai Arjoona masuk ke kamar mandi, Claire langsung menunduk sambil memegang dadanya. Ia seperti mengeluh sakit di dadanya. Ternyata dari tadi ia menahan rasa gugup dan malu luar biasa pada Joona. Claire langsung menghempaskan punggungnya ke ranjang.
"Ah aku bisa mati lama-lama sama dia, aduh jantungku...aaahh," Claire hingga berguling-guling di atas ranjang sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.
Arjoona telah menyelesaikan mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk di depan cermin. Ia menghela nafas beberapa kali melihat dirinya sendiri. Ia masih menggunakan bathrobe hitam dan mengusap wajah beberapa kali.
"Gimana caranya gue keluar?," keluh Joona sambil menepuk dadanya beberapa kali. Jantung dan nafasnya belum bisa berfungsi dengan normal gara-gara ciuman itu. Ia belum pernah mencium seorang wanita seperti ia mencium Claire satu jam yang lalu.
"Gak, gue gak boleh jatuh cinta. Gue gak boleh jatuh cinta, shit!" Arjoona seperti sedang merapalkan mantera dan hatinya makin tidak tenang. Ia akhirnya membuka bathrobe dan masuk ke walk in closet yang terhubung dengan kamar mandi untuk mengganti bajunya.
Usai Claire membersihkan diri dan memakai piyama nya, ia keluar dari walk in closet dengan langkah masih gugup melihat Arjoona sedang duduk di sofa kamar dengan kaos T shirt hitam dan celana sweatpants yang tergulung hingga betis. Arjoona sedang sibuk dengan ponselnya dan Claire sempat tertegun sejenak melihat Joona.
"Kamu lagi apa?" tanya Claire dengan sikap gugupnya. Arjoona hanya melihat pada Claire sekilas dan kembali pada ponselnya lagi.
"Oh, aku sedang menyesuaikan ponsel dengan sim card baru," Claire mengangguk. Claire pun memberanikan diri untuk duduk disebelah Joona ikut melihat yang ia sedang lakukan.
"Ubah ponselku juga," ujar Claire sambil memberikan ponselnya pada Joona. Arjoona tersenyum dan mengambil ponsel Claire. Dan Claire dengan nyamannya mendekatkan tubuhnya memperhatikan Arjoona yang mengotak atik ponselnya. Arjoona hanya tersenyum saja melihat Claire yang nyaman padanya.
"Kamu tidur disini aja, gak enak tidur di sofa," tawar Claire pada Joona yang sudah menarik selimutnya. Arjoona berfikir sejenak, jika ia tidur di ranjang yang sama maka kejadian yang pernah terjadi di ranjangnya akan terjadi lagi. Akan sulit baginya untuk menghindar.
"Gak apa, aku disini aja. Selamat malam Claire," ujar Arjoona lalu berbalik dan memejamkan mata. Claire langsung cemberut dan kecewa, Arjoona menolaknya.
Claire tidak mau menjawab dan ikut berbaring sambil mematikan lampu dan hanya meninggalkan lampu tidur di dekat ranjang. Ia mencoba memejamkan mata berkali-kali dan tidak bisa. Sedangkan Arjoona mungkin karena ia telah lelah, ia mulai tertidur dengan posisi menyamping.
Claire memalingkan kepalanya melihat Arjoona yang membelakangi dan sudah tertidur. Hingga hampir satu jam, Claire malah tidak bisa tidur sama sekali. Entah mengapa ia malah jadi merindukan pelukan Arjoona.
"Ini salah, ini salah," Claire menghempaskan lagi tubuhnya ke ranjang dan mulai menangis begitu saja. Ia tau hatinya mulai berubah, rasa bencinya mulai berubah jadi rasa nyaman. Dan ia takut itu makin mendekati perasaan cinta. Sesuatu yang ingin dihindari Claire karena ia tau Arjoona tidak merasakan hal yang sama.
Claire masih bolak balik, tubuh lelah tapi mata tidak mau terpejam adalah sebuah siksaan. Satu-satunya yang bisa membuatnya tidur malah sudah melayang entah kemana. Claire akhirnya turun dari ranjang tanpa mengenakan robe nya lagi lalu mendekati tubuh Joona yang tidur menghadap sandaran sofa.
Claire berlutut di belakang Joona dan duduk diatas lipatan kakinya sambil merengut. Claire mencoba melihat jika saja Arjoona belum tidur tapi tidak, ia bernafas teratur dan benar-benar terlelap. Ia ragu, tapi kemudian menusukkan jarinya di punggung Arjoona. Tidak terlalu keras, dan sepertinya Arjoona tidak menyadarinya. Claire akhirnya hanya menunduk dan berencana berdiri hingga Joona berbalik perlahan dengan mata setengah tertutup.
"Kenapa Claire?" tanya Joona dengan suara berat. Claire jadi salah tingkah, ia memilin-milin jarinya dan wajahnya tampak lucu.
"Aku gak bisa tidur, jetlag," ujar Claire memberi alasan. Joona tersenyum dengan wajah sangat mengantuk.
"Kamu bilang kamu gak akan jetlag,"goda Joona dengan suara pelan dan berat. Claire langsung manyun dan itu membuat Joona mendengus tersenyum kecil.
"Trus gimana?" Claire belum menjawab, ia malah menundukkan pandangannya.
"Aku harus gimana?" tanya Joona lagi.
"Aku gak bisa tidur," rengek Claire manja. Ia sudah duduk di lantai dengan kaki terlipat ke belakang seperti anak kucing yang manis dan Joona jadi tidak tega membiarkannya. Ia mengambil resiko hanya bisa menelan ludah hingga pagi jika tidur di ranjang itu bersama Claire
"Kamu mau aku tidur disitu?" Claire langsung mengangguk tersenyum pelan. Joona menghela nafas dan mulai bangun.
"Fine, ayo,"Claire langsung berdiri dan berjalan cepat naik ke ranjang. Dan Arjoona menyusul di belakangnya membawa bantal dan selimut. Setelah Claire memakai selimutnya ia berbalik menghadap Arjoona yang berbaring terlentang.
"Tidur ya tuan putri, aku ngantuk banget," gumam Joona lagi.
"Oke," Claire langsung mendekat dan memeluk lengan Arjoona dengan dagu Claire menempel pada pundak Arjoona. Ia langsung menutup mata merasa nyaman dengan posisinya. Dan Arjoona yang kaget Claire memeluk setengah tubuhnya hanya bisa melirik sebentar dan tersenyum pelan. Ia menarik nafas panjang sebelum ikut tidur.
"Selamat pagi pengantin baru, wah lihatlah mereka tidur saling berpelukan seperti itu," sapa bibi Olive dan suaminya yang tiba-tiba sudah masuk ke kamar Claire. Arjoona yang baru setengah sadar langsung membuka mata melihat ada orang asing di depannya.
"Ahh, pagi," sapa Joona pelan. Ia menoleh ke sebelah dan Claire masih terus memeluk pundaknya. Olive dan suaminya sudah senyum-senyum melihat tingkah Claire yang manja pada suaminya. Arjoona hanya bisa menyengir dan mulai menepuk pelan lengan Claire agar dia bangun.
"Hhmm apa," Claire terbangun pelan dan Joona memberi kode mengangkat alis sambil menyengir. Claire baru sadar dan tersentak begitu melihat bibinya sudah ada dibelakangnya.
"Ah bibi Olive, paman Timothy kenapa kalian kemari?"tanya Claire masih mengantuk.
"Kami mengantarkan sarapan, bibimu memaksa membuat sarapan untuk kalian di tempat tidur," Claire tersenyum dan mulai bangun lalu mengambil nampan besar yang dibawa oleh bibinya itu dan meletakkannya di atas nakas samping ranjang.
"Terima kasih bi, untuk apa bibi repot-repot?"
"Pasangan pengantin baru dan sedang bulan madu harus merasakan sarapan bersama diatas ranjang walaupun cuma sekali," ujar Olive antusias. Arjoona tersenyum sambil mulai bangun dari berbaring.
"Kalau begitu ayo kita keluar, biarkan mereka sarapan dan mungkin ingin melanjutkan apa yang ingin mereka lakukan," goda Timothy sambil mengedipkan mata pada keduanya. Claire dan Joona jadi saling berpandangan tidak mengerti. Kedua orang tua itu masih terus menggoda Joona dan Claire hingga mereka keluar kamar. Claire melepaskan nafas lega memandang Joona yang masih heran.
"Mereka udah keluar. Mereka berdua memang agak sedikit, aneh," Joona mendengus dan tersenyum. Claire juga ikut tersenyum dan memperbaiki rambutnya yang sedikit kusut karena baru bangun.
"Oh sarapan kamu."
"Ngg, aku..."
"Eh itu apa?" potong Claire lalu menunjuk pada bagian paha Arjoona. Arjoona mengikuti jari Claire yang menunjuk dan langsung melotot.
"Ah...bukan apa-apa," Arjoona mencoba menyembunyikannya. Tapi Claire yang polos malah makin penasaran dan membuka selimut.
"Claire...Claire ...no," Arjoona mencoba menghindar.
"Ada apa? Kamu gak apa?" tanya Claire panik. Arjoona menyengir dan tertawa aneh.
"Ini cuma...kebiasaan pagi. Biasa laki-laki hahaha," Claire mengerutkan kening dan penasaran masih ingin melihat sesuatu yang terlihat naik dari balik selimut.
"Aku ke toilet dulu," ujar Joona cepat dan langsung kabur ke kamar mandi. Claira sedikit membuka mulutnya karena Arjoona langsung berlari.
"Apaan sih aku gak ngerti, kebiasaan pagi apa?" Claire menggeleng-gelengkan kepalanya. Usai Joona keluar dari kamar mandi, Claire sudah menunggunya di atas sofa.
"Joona ayo sarapan," Arjoona pun mengangguk dan menghampiri Claire. Mereka duduk berdampingan sambil sarapan roti dengan selai dan sandwich. Sambil tertawa dan saling bercerita, keduanya terlihat makin akrab.
Hari pertama telah dilewati dengan baik oleh Claire dan Joona di mansion Winthrop tersebut. Banyak anggota keluarga yang telah menyakini jika Claire telah menemukan pasangan sejatinya dan ia telah cukup matang untuk menjadi pewaris utama. Hanya saja beberapa yang lainnya masih belum yakin ditambah dengan provokasi yang dilakukan oleh Keith membuat ragu beberapa orang.
Setelah sarapan dan berganti pakaian, Claire akan mengajak Arjoona jalan-jalan mengelilingi Manchester. Kedua nya tidak menaiki mobil pribadi tapi transportasi publik seperti kereta bawah tanah dan bus bertingkat.
Arjoona membawa kamera SLR nya dan terus mengambil foto Claire juga beberapa spot yang ia rasa menarik. Dan Claire dengan antusias menjelaskan beberapa tempat bersejarah dan menarik pada Arjoona yang baru pertama ke Manchester. Mereka datang di musim panas jadi cuaca cerah dan pasangan yang tampan adalah kombinasi yang membuat Claire bahagia. Ia seperti sudah melupakan Louis sepenuhnya dan menikmati bulan madu palsunya.
Claire bahkan tidak malu-malu menggandeng tangan Arjoona seolah mereka adalah pasangan kekasih resmi. Dan Arjoona memang tidak keberatan sama sekali, ia terus tersenyum dan kerap mengeluarkan joke-jokenya selama perjalanan bersama Claire.
"Aku pernah tinggal di LA selama satu tahun, sewaktu pertukaran pelajar saat SMA," Claire mengangguk sewaktu bertanya apa Joona pernah keluar negeri sebelumnya.
"Berarti kamu punya teman di LA?" tanya Claire berbincang sementara mereka menunggu pemberhentian selanjutnya dengan subway.
"Ya begitulah, ada teman yang aku bisa bilang dekat. Tapi sekarang aku gak tau cara menghubunginya, aku kehilangan kontak dengannya udah lama banget," Claire mengangguk.
"Kalo kalian ketemu lagi, apa kamu masih kenal dia?"
"Tentu, dia pasti sekarang sudah jadi pria yang sangat tampan, meskipun sewaktu di SMA dia juniorku tapi kami cukup dekat. Dia berbahaya tapi sebenarnya dia baik hati,"
"Memangnya ada pria seperti itu?" Arjoona mengangguk.
"Kita sering kali menilai seseorang dari pendapat orang lain dan ketika aku bertemu dengannya setiap orang memperingatkan aku bahwa dia gengster, dia berbahaya. Tapi setelah aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang bisa aku percaya," Claire mengangguk.
"Bagaimana denganku, apa yang kamu pikirkan tentang aku?" tanya Claire tanpa filter. Arjoona jadi kembali gugup mendengar pertanyaan seperti itu.
"Menyebalkan?" jawab Arjoona menghindar. Claire langsung memukul lengannya kesal.
"Lho, tadi nanya. Kan aku jujur," Claire makin manyun dan itu membuat Arjoona tertawa.
Arjoona dan Claire akhirnya menghabiskan waktu makan malam berdua di Hard Rock Cafe Manchester. Saling lengket, sambil tertawa dan beberapa kali mengambil foto berdua. Dan saat waktu tidur tiba, Claire masih bersikap yang sama. Ia mulai kecanduan harus memeluk Arjoona dan mencium bau khas tubuhnya jika ingin tertidur pulas. Dan Arjoona hanya bisa membiarkan istri kontraknya memperlakukannya selayaknya kekasih tapi tak memiliki nama.
Keesokan hari nya, Arjoona mengambil sedikit waktu di pagi hari sebelum Claire bangun dengan berolahraga di sekeliling mansion. Sambil memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek Arjoona berlari berkeliling mansion hingga berkeliling di komplek perumahan sekitar mansion. Cuacanya bagus dan udaranya bersih, Arjoona jadi betah joging lebih lama.
Beberapa nyonya muda yang sedang mengambil koran, melihat Arjoona lewat berlari di komplek mereka jadi melebarkan mata. Arjoona terlihat sangat menarik dengan otot lengan proporsional dan keringat yang membuatnya makin seksi.
Beberapa dari mereka merupakan bagian dari keluarga Winthrop jadi mereka sudah mengenal siapa Arjoona. Hanya saja mereka baru melihat Arjoona dengan sisi yang berbeda sekarang.
"Pagi tuan Harristian," sapa salah satu sepupu dengan gaya menggoda ketika Joona lewat. Arjoona hanya tersenyum dan mengangguk sekali.
"Pagi," jawabnya sekilas dan masih terus berlari.
"Ah, Claire pasti melewati malam yang luar biasa setiap hari," ujar sepupu itu sambil melihat Arjoona berlalu masuk kembali ke dalam mansion.
Arjoona lalu beristirahat sejenak di sebuah bangku dekat taman dengan pemandangan danau buatan di depannya. Sambil meminum air mineral, Arjoona menyeka keringat dengan handuk kecil yang ia bawa.
"Pagi yang cerah bukan?" sapa paman Timothy yang juga habis berjalan pagi. Arjoona langsung tersenyum dan menggeser tubuhnya agar Tomthy bisa duduk di bangku yang sama.
"Iya, udara nya bersih," Timothy mengangguk sambil tersenyum.
"Apa kamu menyukai tempat ini?" Arjoona mengangguk.
"Berarti kalian tidak keberatan untuk pindah kemari?" Joona tertegun dan tidak menjawab. Timothy tersenyum dan tertawa kecil.
"Aku sangat senang Precious bisa bersama dengan pria baik sepertimu. Kamu bisa menjaganya dengan baik," Arjoona tersenyum mendengar pujian untuknya.
"Aku tau bahwa Gerald sedang meyakinkan seluruh anggota keluarga untuk setuju menjadikan Precious sebagai pimpinan tertinggi Winthrop," Arjoona menyandarkan punggungnya dan mendengarkan penjelasan salah satu kakek paman ini.
"Precious masih terlalu muda, umur nya baru 22 tahun tapi sudah harus memikul beban berat menjadi seorang pewaris. Namun jika tidak kami harus mencari orang lain untuk mengelola Winthrop Corp," tambah Timothy masih meluruskan pandangannya.
"Apa orang itu Keith Barnett?" tanya Arjoona setelah diam lama.
"Beberapa tetua menyukai nya, bahkan ada yang sudah memberi bagian saham untuknya. Meski jumlahnya tidak signifikan tapi tetap saja, dia bukan anggota keluarga kami," Arjoona mengangguk.
"Itulah mengapa kami membuat aturan pernikahan bagi calon pewaris Winthrop," Timothy menoleh pada Arjoona sebelum bicara lagi.
"Aku rasa pernikahan kalian bukanlah pernikahan palsu, kalian terlihat jatuh cinta dan menyukai satu sama lain. Kalian sedang jatuh cinta," Arjoona hanya tertegun dan tidak berekspresi apapun.
"Kenapa paman bisa berkata demikian?" tanya Joona masih memandang Tim.
"Kita menyebutnya nurani, beberapa orang menyebutnya hati. Jika kamu melihat dengan mata maka banyak hal yang akan kamu lewati. Tapi jika kamu melihat dengan hati, kamu akan melihat banyak hal yang tidak terlihat oleh mata," Arjoona tertegun dengan kebijaksanaan yang dimiliki oleh salah satu paman Claire ini. Arjoona hanya menunduk kemudian.
"Jika kamu mencintai Precious, jagalah dia dengan nyawamu," tambah pria tua itu sambil tersenyum. dan Arjoona hanya membalas senyumannya dengan tulus.
"Satu lagi, aku punya 25 persen kepemilikan di Winthrop, tidak banyak tapi cukup signifikan. Dan aku mendukung Precious untuk menjadi pimpinan tertinggi," Arjoona menyengir tersenyum lebar dan mengangguk.
"Terima kasih," Timothy mengangguk dan melebarkan tangannya di sandaran bangku.
"Bagaimana jika hari ini kita memancing?" Arjoona menaikkan alisnya.
Claire berteriak senang berlibur bersama paman kakeknya Timothy Winthrop dan suaminya Arjoona Harristian di Hollingworth Lake Country Park. Mereka memancing dan mengelilingi danau Hollingworth menggunakan boat yang dimiliki oleh Tim.
Arjoona beberapa kali bercanda dengan Claire bahkan menggendongnya beberapa kali. Tawa dan senyum Claire begitu lepas bermain dengan Arjoona sambil makan siang bekal mereka. Timothy yang melihat hanya bisa tertawa dan mengangguk.
"Harusnya aku membawa Olive bersamaku, ah aku merindukan ratuku," keluhnya sambil tersenyum melihat Claire yang digendong Joona di bahunya.
Tanpa terasa sudah lebih dari 3 hari Arjoona dan Claire melewati masa bulan madu mereka di mansion Winthrop. Dua hari lagi mereka akan segera kembali ke Indonesia.
Malam ini, para sepupu Claire mengajak kedua pasangan itu untuk menghabiskan malam berpesta di sebuah pub di Picadilly center. Pub itu telah disewa semalam oleh salah satu sepupu laki-laki Claire. Mereka akan minum-minum dan saling menikmati musik.
"Ayo bernyanyi," ajak salah satu sepupu pada Joona yang sudah mulai pusing karena terlalu banyak minum bir. Arjoona langsung menolak.
"Aku tidak bisa bernyanyi," jawab Arjoona menggeleng.
"Dia tidak bernyanyi Jake. Dia seorang rapper," teriak Claire yang memang sudah mabuk sambil tertawa.
"Ayo Joona, pergi ke panggung dan ambil mic mu" teriak Claire lagi. Joona terus menggeleng. Ia kurang bisa berkonsentrasi dengan kondisi setengah mabuk seperti ini. Karena terus ditarik Arjoona akhirnya menghabiskan seluruh isi gelas birnya dan naik ke atas panggung. Seorang pegawai pub memberinya mic dan dia bingung harus seperti apa. Ketika ia melihat sebuah piano di sudut pub, ia pun turun dan duduk di depan grand piano itu dan mulai mencoba kuncinya.
"Dia bisa main piano," tanya salah satu sepupu Claire.
"Dia bisa semua hal. Dia pria yang hebat," puji Claire sambil memandang Arjoona yang tengah memainkan pianonya. Ia memainkan nada lagu Pillow Talk milik Zayn Malik.
Ooh
Climb on board
We'll go slow and high tempo
Light and dark
Hold me hard and mellow
Arjoona mulai bernyanyi dengan suara berat dan seksi yang memanjakan telinga. Seluruh pengunjung berhenti dan mendengar sang rapper ternyata pintar bernyanyi. Claire mendekat dan berdiri di depan Arjoona.
I'm seeing the pain, seeing the pleasure
Nobody but you, 'body but me
'Body but us, bodies together
I love to hold you close, tonight and always
I love to wake up next to you
I love to hold you close, tonight and always
I love to wake up next to you
Mata Arjoona naik dan memandang Claire ketika menyanyikan bait lagu itu. Seolah setiap kalimat adalah ungkapan perasaan dan gairahnya pada Claire.
So we'll piss off the neighbours
In the place that feels the tears
The place to lose your fears
Yeah, reckless behavior
A place that is so pure, so dirty and raw
In the bed all day, bed all day, bed all day
Fucking in and fighting on
It's our paradise and it's our war zone
It's our paradise and it's our war zone
Pillow talk
My enemy, my ally
Prisoners
Then we're free, it's a thin line
Dan Claire tidak melepaskan pandangannya dari mata Arjoona yang terus bernyanyi di depannya. Sampai selesai Arjoona menyanyikan lagu itu Claire masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.
It's our paradise and it's our war zone
Baginya kini Arjoona seperti seseorang yang sangat besar dan gagah. Dia berubah dari musuh yang dibenci menjadi pria yang bisa membuat Claire menyerahkan apa saja. Tepuk tangan dan siulan keras dari seluruh sepupu yang mengagetkan lamunan Claire akan Arjoona. Jake yang menyuruhnya bernyanyi sebelumnya langsung datang dan memberi pujian. Arjoona hanya tersenyum saja dan menoleh pada Claire yang masih melihatnya dengan pandangan tersenyum.
Claire dan Arjoona pulang dalam keadaan mabuk tapi masih bisa berjalan meski beberapa kali menabrak beberapa perabot.
"Oke itu meja, kenapa bisa ada disitu," Claire tertawa mendengar Joona yang menyalahkan meja karena tertabrak. Claire malah naik ke punggung Joona menyuruhnya menggendong hingga ke kamar.
Keduanya seperti anak TK dan untungnya tidak membuat keributan yang membangunkan seluruh orang di mansion. Keduanya masuk ke kamar dan Arjoona meletakkan Claire yang menghempaskan punggungnya ke ranjang dan diikuti oleh Arjoona disebelah Claire. Mereka terus tertawa seperti tak habis cerita lucu.
"Jake benar-benar muntah di ban mobil itu, ah dia gila," ujar Arjoona dan Claire tertawa lagi. Kali ini wajahnya terlalu dekat dengan Arjoona, dan Joona yang berada di disebelah Claire hanya memandangnya tersenyum lalu mulai mendekat. Ia sedikit bangun dan mengulum bibir Claire dengan agresif, Claire pun membalas dengan hasrat yang sama.
"You're so beautiful princess," bisik Joona dan mencium lagi tapi sedikit lebih lembut.
"Apa lagu itu untukku?" gumam Claire usai Joona melepas sejenak ciumannya.
"Iya, aku mau kamu di ranjangku seharian. Bercanda dan...bercinta," balas Joona bergumam dan mencium lagi. Entah karena pengaruh alkohol atau memang ia tidak bisa lagi menahan perasaannya, Arjoona terus mencium Claire seperti pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta.
"Would you marry me princess Winthrop?" tanya Arjoona di depan bibir Claire. Claire yang terus memegang rahang dan bahu Joona langsung tersenyum.
"I do, marry me," gumamnya sambil tersenyum. Arjoona mencium sambil terus memainkan lidahnya pada Claire. Keduanya terus berciuman lama hingga akhirnya tertidur.