Arjoona melepaskan nafas berat beberapa kali, sambil terus menempelkan bibirnya pada ubun-ubun Claire yang tengah menangis di dadanya. Ia meremas rambut Claire yang lembut dan indah agar gadis itu sedikit tenang. Claire tidak berhenti memeluk erat Arjoona dan menumpahkan seluruh kesedihan pada pria itu. Arjoona melepaskan sejenak rangkulannya dan memegang kedua pipi Claire, mengangkat wajahnya.
"Lihat aku Princess, semuanya sudah berlalu. Gak ada yang perlu kamu tangisi lagi," gumam Arjoona dengan wajah cukup dekat pada Claire. Tapi Claire makin terus menangis dan menumpahkan airmatanya. Arjoona menyeka dan menghapus airmata itu dengan jari-jarinya. Airmata Claire juga membuat Arjoona merasa sakit, sekarang ia tidak bisa lagi melihat jika gadis itu menangis.
"Apa salahku? Kenapa mereka tega berbuat seperti ini sama aku?" balas Claire dengan nada serak sambil masih menangis. Arjoona memeluk Claire lagi.
"Gak ada yang salah sama kamu, tidak ada alasan yang bisa membenarkan sebuah perselingkuhan. Walau itu alasan cinta sekalipun," Arjoona mencoba membuat hati Claire merasa lebih baik. Ia terus membelai rambut dan kepala Claire dengan lembut.
"Kenanga bilang mereka sudah berhubungan sebelum kita menikah, dan dia sedang hamil 6 minggu," Claire meremas ujung kemeja Arjoona yang menjadi luaran pakaian yang ia pakai. Arjoona hanya bisa mengangguk dan terus memeluk Claire. Setelah ia agak tenang, Arjoona mendorong Claire hingga ia bersandar pada ujung meja di belakangnya dan Arjoona berbicara di depannya sedikit menundukkan tubuh tingginya.
"Lebih baik kamu mengetahuinya sekarang Claire, daripada kamu tau setelah kita cerai dan kamu malah nikah sama dia. Dia gak pantas untuk kamu tunggu, hhmm," Arjoona berbicara dengan nada rendah sambil memegang kedua pundak Claire. Claire tidak tersenyum dan hanya memandang Joona dengan mata merah.
"Sekarang, lebih baik kamu pulang. Nanti di rumah aku bikinin semua makanan yang kamu mau, gimana?" Claire langsung manyun dengan senyum tertahan. Arjoona benar-benar mulai memanjakannya sekarang.
"Kamu mau bikin aku gemuk ya?" Arjoona tersenyum dan mendengus kecil.
"Gak juga, katanya kalau lagi sedih, makan makanan enak adalah obat yang mujarab," ujar Arjoona meyakinkan. Tapi Claire malah melipat kedua lengannya di dada.
"Hhmm, kalo gitu aku mau lava cake dan ice cream cake coklat yang enak," Claire langsung mengorder selayaknya customer di restoran.
"Fine, aku akan buat apapun yang kamu mau, tapi kamu harus senyum dulu," Claire mengangkat wajahnya dan mulai tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. Dan Arjoona yang melihat ikut tersenyum sambil menelan ludahnya. Sebuah ketukan di pintu ruangan Arjoona melebarkan mata mereka berdua.
"Bang, abang di dalam lama banget. Kenapa pintunya di kunci?" David sedang mencari Arjoona sampai ke ruangannya. Alarm Arjoona dan Claire langsung berbunyi, keduanya berpandangan dengan mata melebar dan antisipasi yang besar. Tidak ada yang boleh tau Claire masuk ke ruangan Arjoona. Arjoona langsung menarik tangan Claire dan menyembunyikan gadis itu di balik pintu, sebelum membuka pintunya sedikit.
"Tetap disitu," bisik Joona memberi kode pada Claire yang sudah menempel di depan lemari berkas di belakang pintu. Arjoona membuka pintu sedikit setelah memastikan Claire bersembunyi dengan baik.
"Iya Vid, ada apa?" tanya Joona berdiri di depan pintu yang ia buka hanya sebatas besar tubuhnya saja.
"Abang dicari dibawah, kan diskusi kita belum selesai. Abang ngapain di dalam?" David mencoba melongok ke dalam dan Arjoona menghalangi dengan tubuhnya.
"Kenapa memangnya?" tanya Joona mulai cemas.
"Kenapa pintunya di kunci?" Arjoona mulai gugup. Ia tidak biasa berbohong.
"Ah, itu ada telpon penting buat gue tadi, ayo kita balik," Arjoona langsung keluar dan menutup pintu meninggalkan Claire yang masih di balik pintu. Ia menarik David agar ia tidak sempat masuk ke dalam kantornya. Di tengah perjalanan kembali ke meja sebelumnya, Arjoona mengirim pesan teks pada Claire dengan cepat.
'Princess, pulang aja duluan. Sebentar lagi aku nyusul,' – kirim Arjoona pada aplikasi chat untuk Claire. Claire yang masih di ruangan Arjoona hanya tersenyum membaca pesan itu. Arjoona mulai sering memanggilnya dengan sebutan lain selain namanya dan entah mengapa itu membuat Claire bahagia.
Claire keluar perlahan dari ruangan itu dan menuruni tangga diam-diam. Ia melirik sejenak pada Arjoona yang kini sudah mulai berdiskusi lagi dengan para enginer dibawah divisinya. Ia kelihatan sangat menarik ketika sedang memberikan instruksi, aura seksinya tidak bisa dibendung dan itu membuat Claire harus mengigit bibirnya berkali kali. Setelah beberapa menit memandang, Claire diam-diam berjalan keluar dari pabrik dan kembali ke ruangannya.
Claire pulang lebih awal karena suasana hatinya yang tidak enak dan Arjoona menepati janjinya untuk pulang lebih awal pula ke mansion. Setelah mandi dan berganti baju, Arjoona mulai membuat cake yang diinginkan oleh Claire. Kedua pelayan yang biasa membuat makanan, malah berdiri di sudut dapur saling memandang satu sama lain.
Mereka tidak tau jika salah satu tuan penghuni rumah adalah seorang yang sangat mahir memasak. Tak hanya Claire yang memperhatikan Arjoona mengolah makanan seolah ia adalah seorang chef tampan di layar televisi, tapi kedua pelayan itu juga melakukan hal yang sama. Mereka menonton Arjoona membuat lava cake.
Beberapa kali ketiganya membulatkan dan membuka mulut mereka. Arjoona hanya tersenyum sesekali melihat tingkah ketiganya. Usai membersihkan sisa bahan dan memanggang, Arjoona membuka oven dan mengeluarkan cake yang dimaksud. Ice cream cake sudah siap lebih dulu dan siap di tata bersama dengan lava cake.
Arjoona membuat satu piring spesial untuk Claire. Dua jenis cake dalam satu piring dengan rasa dan tampilan yang berbeda.
"Kalian mau coba?" tawar Arjoona pada kedua pelayan itu. Kedua nya saling berpandangan dan mengangguk senang.
"Punya kalian ada disitu," tunjuk Arjoona sambil tersenyum. Ia membuat beberapa porsi agar semua orang bisa menikmati.
"Terima kasih pak Joona," ujar salah satu pelayan langsung berjalan hendak mengambil lava cake yang dimaksud. Arjoona mengajak Claire untuk menikmati cakenya di taman samping mansion. Claire dan Arjoona kini duduk di ayunan samping mansion dengan Claire yang antusias ingin makan.
"Aahh bagus banget," ujar Claire antusias ketika ia memotong bagian tengah cake dan coklat yang meleleh langsung keluar. Claire langsung memejamkan mata menahan teriakan karena nikmatnya lelehan coklat yang melumer di mulutnya. Arjoona yang memperhatikan hanya bisa menggeleng tertawa kecil.
"Memangnya kamu gak pernah makan lava cake apa?" Claire masih dalam mode senangnya menjilati bibirnya yang terkena coklat.
"Sering, tapi ini enak banget. Kalo aku tau kamu bisa bikin ini, aku akan suruh kamu bikin tiap hari," Arjoona tertawa sambil menggeleng.
"Berarti aku harus mulai tarik bayaran kalo gitu," Claire langsung merengut tapi tidak lama karena ice cream cake yang lembut sudah menantinya. Dan Arjoona sekali lagi tergelak melihat reaksi antusias Claire pada cake buatannya. Selama ini Arjoona hanya membuat makanan untuk dirinya dan menikmatinya sendiri. Sesekali ia kadang membawakan David masakan buatannya tapi tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat istri kontraknya Claire, yang begitu antusias menikmati masakan buatannya.
Arjoona berhasil menghapus sejenak kesedihan Claire, pada pernikahan mantan kekasih dan sahabatnya. Arjoona tau jika Claire masih kerap menangis, tapi setidaknya ia ada disana untuk terus menghibur gadis itu.
Hari ini, Kenanga seharusnya melakukan fitting terakhir untuk pakaian pengantinnya yang akan ia pakai lusa. Tapi rasa sakit di perutnya membuat Kenanga tidak bisa kemana-mana. Betapa terkejutnya Kenanga ketika menemukan bercak darah di dalam pakaian dalamnya. Kenanga langsung panik, terlebih tidak ada siapapun di apartemennya. Louis sudah pulang dari satu jam yang lalu.
"Gak, ini gak boleh terjadi!" ujarnya panik menahan rasa sakit. Ia langsung mengganti pakaian dalam dan keluar kerumah sakit. Dalam perjalanan yang tidak jauh, rasa sakit nya mulai berkurang dan Kenanga terus cemas akan kehamilannya.
Ia langsung diperiksa oleh dokter kandungan begitu selesai mendaftar. Dokter wanita itu melakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum mengambil kesimpulan.
"Apa anda sudah pernah memeriksakan kehamilan sebelum ini?" tanya dokter itu sambil memandang Kenanga.
"Belum dokter, aku hanya pakai tes pack dan hasilnya positif," dokter itu mengangguk.
"Dalam istilah medis ini disebut Mola Hydatidosa atau kehamilan anggur, dengan bahasa lain anda hamil tapi sesungguhnya tidak hamil," Kenanga mengerutkan keningnya.
"Maksud dokter apa? aku sebenarnya gak hamil?" tanya Kenanga mulai panik.
"Bukan, anda memang hamil. Semua gejala hamil dan pemeriksaan adalah anda positif hamil hanya saja tidak ada janin pada kantung hamilnya, dan kantung itu akan luruh dalam beberapa hari seperti layaknya menstruasi biasa. Jika tidak ada yang keluar maka kami harus melakukan pembersihan seperti kuret pada kasus keguguran," ujar dokter itu menjelaskan. Kenanga langsung menutup mulut dengan tangannya. Ia sudah hampir menangis.
"Lalu aku harus gimana dokter? Kenapa bisa seperti ini?"
"Banyak faktor dan harus ada pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebabnya. Untuk saat ini saya sarankan anda untuk banyak istirahat dan beritahukan pasangan untuk tidak melakukan hubungan terlebih dahulu," Kenanga menggeleng dan hendak menangis. Jika Louis tau bahwa ternyata ia tidak hamil, maka ia bisa membatalkan pernikahan yang akan dilangsungkan lusa.
"Apa ada cara untuk menyelamatkan kehamilan ini?" dokter itu tersenyum.
"Tidak ada, saya tau ini sulit, tapi anda masih bisa hamil nanti beberapa bulan ke depan. Hanya sekarang, saya bisa bilang bahwa kehamilan ini gagal, janinnya tidak ada," Kenanga mulai meneteskan airmata. Ia bukan memikirkan kandungannya lagi, tapi ia takut jika Louis berbalik membatalkan semuanya.
Setelah keluar dari rumah sakit dan menyetir kembali ke apartemen, Kenanga terus berfikir dan menangis.
"Gak, Lou gak boleh tau soal ini. Gak ada yang boleh tau kalo gue gak jadi hamil," guman Kenanga pada dirinya sambil menghapus airmatanya.
MANSION WINTHROP
Arjoona sedang menyelesaikan beberapa design yang ia bawa pulang ke rumah karena tidak sempat ia kerjakan di kantor. Terus menggambar, Claire tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya yang tidak dikunci. Masih memakai kacamata dengan baju sleveless dan celana pendek, Arjoona berbalik memandang Claire heran.
"Ada apa Claire?" Claire langsung masuk dan duduk dengan nyamannya di tempat tidur Arjoona.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Claire tanpa menjawab. Arjoona hanya melepaskan nafas dan menjawab dengan mengangkat tablet dan kertas. Claire hanya mengangguk.
"Kalo gitu aku mau tidur disini," Arjoona berbalik lagi dan menaikkan alisnya. Apa dia tidak salah dengar? Dan Claire tidak perduli sama sekali, ia langsung bersandar di sandaran tempat tidur beralaskan sebuah bantal di punggung dan membaca buku dengan santai. Arjoona hanya bisa menghela nafas dan menggeleng.
Arjoona baru menyelesaikan pekerjaannya lewat tengah malam dan masih menemukan Claire sedang membaca buku.
"Kamu kok belum tidur?" tanya Joona membuka kaca mata dan membereskan semua dokumennya. Claire menutup buku dan sedikit merebahkan punggungnya.
"Kamu udah selesai?" tanya Claire dan diberi anggukan oleh Joona. Sekarang ia bingung akan tidur seperti apa. Claire berbaring hampir di tengah ranjang. Arjoona akhirnya masuk ke dalam selimut dan duduk dipinggir ranjang.
"Kamu yakin mau tidur disini?" tanya Joona lagi berharap Claire akan merubah pikirannya.
"Iya, aku takut tidur sendiri,"
"Biasanya kamu juga tidur sendiri,".
"Kamu gak mau tidur sama aku?" tanya Claire dengan wajah sedih.
"Bukan gitu,"
"Kalo gitu aku mau tidur sama kamu," Claire mulai mengeluarkan rengekan yang membuat Arjoona selalu menyerah dan mengangguk setuju. Arjoona mulai merasa kesulitan, Claire sudah terlalu dekat dengannya sementara ia tidak bisa mengungkapkan apapun yang ia rasakan. Arjoona akhirnya hanya mengangguk dan mulai merebahkan dirinya. Dan tangan Claire malah menarik lengan Joona agar mendekat. Tanpa punya pilihan, Joona terpaksa membiarkan lengannya yang terbuka dipeluk oleh Claire.
"Apa aku harus pergi ke pesta pernikahan itu?" tanya Claire dengan suara pelan. Arjoona setengah menoleh dan tersenyum.
"Gak harus, tapi kalo kamu mau pergi lebih baik," Claire menjauhkan sedikit wajahnya dan masih menatap wajah Joona dari samping.
"Kenapa?"
"Karena itu menandakan, kalo kamu gak dendam atas apa yang mereka lakukan sama kamu dengan mendoakan agar pernikahan mereka bahagia," Joona masih memandang lurus ke depan dengan Claire yang masih memandang wajahnya dari samping. Claire sedikit tersenyum dan makin mendekatkan tubuhnya. Kini ia meletakkan pipinya bersandar pada bahu Joona.
"Kamu mau temani aku kesana?" tanya Claire dengan bibir hampir menyentuh pundak Joona. Arjoona mulai merasa nyaman dan menempelkan sisi wajahnya pada kepala Claire.
"Boleh," jawabnya singkat. Claire tersenyum dan meletakkan tangan di dada Joona.
"Kita bawa kado apa Joona," Arjoona tersenyum.
"Hhhmm, gak mesti bawa. Yang penting adalah doa dan restu, itu lebih dari sekedar kado. Tapi kalo kamu bawa sesuatu, aku bisa temani buat beli besok," Claire mengangguk. Matanya sudah mulai mengantuk, kombinasi pundak dan wangi tubuh Joona adalah bantalan yang nyaman bagi Claire kini.
"Joona.." bisik Claire lagi setengah mengantuk.
"Hhhmm..."
"Kamu pake parfum apa sih?" Arjoona tergelak pelan.
"Kenapa? Kamu suka?" Claire hanya mendesah pelan lalu tertidur. Arjoona menolehkan sedikit wajahnya dan mencium ujung kening Claire sambil memejamkan mata.
"Good night princess," gumamnya setelah beberapa kali mencium dan mulai tidur dengan sambil memiringkan wajah menempel pada kepala Claire.
Keesokan harinya, Claire Winthrop memimpin pertemuan tahunan dengan seluruh pekerja Winthrop Electronics. Ia akan melaporkan keadaan dan perkembangan perusahaan dalam satu tahun. Gerald Winthrop menerapkan prinsip akuntabilitas pada seluruh perusahaannya termasuk melibatkan pekerja untuk bersama-sama ikut membangun perusahaan. Dan pertemuan tahunan adalah salah satu caranya.
Arjoona berdiri bersama beberapa manajer dan kepala divisi. Entah kebetulan, ia berada di tempat yang sama saat Claire memperkenalkan diri sebagai CEO Winthrop Electronics yang baru beberapa bulan lalu. Yang berbeda adalah ekspresinya kini berbeda ketika melihat Claire berdiri dengan anggun namun seksi di atas podium.
Dulu ia melihat dengan perasaan kesal dan marah, kini ia tersenyum dan menahan senyuman lebih lebar karena ada rasa bangga. Istrinya adalah salah satu pimpinan perusahaan elektronik terbesar di negara ini dan Arjoona tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
"Abang kelihatan bahagia banget sekarang," goda David sambil menyenggol Joona. Arjoona hanya bisa menoleh dan tersenyum. Ia kembali meluruskan pandangan memandang Claire yang masih memberi laporan.
"Memang kenapa kalo gue bahagia? Gak boleh?"
"Bukan gitu bang, cuma abang kelihatan kayak...orang sedang jatuh cinta, aku curiga, abang gak balikan sama Deasy kan?" Arjoona langsung mengerutkan kening dan menoleh cepat pada David.
"Ya gak lah, ngapain gua balikan sama dia," sahut Arjoona. David mengangkat alisnya sambil melebarkan mata pada jawaban Arjoona. Ia tidak pernah ketus seperti itu jika menjawab soal mantannya Deasy.
"Jadi abang udah move on ni ceritanya,"
"Gue udah lama move on, gue naksir cewek lain sekarang," jawab Joona lalu meluruskan lagi pandangannya melihat Claire dengan wajah tersenyum. Arjoona ikut bertepuk tangan dengan antusias pada Claire yang baru selesai membacakan laporannya. David yang melihat reaksi Arjoona hanya mengerutkan kening dan menggeleng. Ia pun ikut bertepuk tangan dan menghela nafas.
Seperti yang dijanjikan pada malam sebelumnya, sore hari setelah pulang dari pekerjaan, Claire dan Arjoona akan mencari kado untuk pernikahan Kenanga dan Louis. Claire sudah bisa menerima dan tidak lagi terlihat sedih seperti sebelumnya. Hanya saja ia belum bisa menerima mereka kembali sebagai teman.
Agar tidak terlihat pada pegawai Winthrop, Arjoona tidak diijinkan Claire membawa mobilnya ke kantor tapi naik mobil sport milik Claire. Dan Arjoona harus keluar sebelum tiba di gerbang masuk. Begitu pula ketika pulang, Arjoona menunggu agak sedikit jauh dari gerbang keluar perusahaan sampai ia melihat mobil BMW M850i putih itu menghampirinya di pinggir jalan. Claire langsung bergeser dari kemudi ke kursi penumpang disebelahnya. Sambil tersenyum Joona membuka pintu mobil setelah memastikan tidak ada yang melihatnya.
Mereka berjalan berdua di salah satu mall sambil bergandengan tangan. Claire tidak melepaskan lengan Arjoona sama sekali dan Arjoona sesekali merangkul gadis itu seolah ia adalah kekasihnya. Mereka tertawa, bercanda saling menggoda satu sama lain tanpa merasa bersalah.
"Kamu lapar?" Claire mengangguk sambil memeluk pinggang Joona dan sedikit menengadah.
"Kamu mau makan apa?"
"Aku pengen masakan kamu sih, tapi kan kita sedang gak dirumah" Arjoona tergelak. Ia masih berfikir dengan sebelah lengannya merangkul bahu Claire. Ia mengedarkan pandangan melihat food court mana yang bisa menjadi tempat makan malam mereka.
"Do you want some steak?" (mau coba steak?) Claire mengangguk dan tersenyum.
Mereka masuk ke dalam restoran itu sambil berpegangan tangan dengan mesra. Penampilan kasual Arjoona dan Claire yang formal tapi seksi adalah kombinasi yang membuat beberapa mata pengunjung sempat menolehkan mata melihat ketika pasangan itu lewat. Ketika sedang masuk terdengar seseorang memanggil Arjoona.
"Joona," sahut suara seorang wanita memanggil. Arjoona menoleh dan menaikkan alisnya, melihat seorang yang sangat ia cintai dulu mendekati dengan senyuman manis dan antusias. Claire langsung melirik pada Joona dan wanita seksi di depan mereka.
"Hai, lama banget gak ketemu sama kamu lagi. Apa kabar Arjoona?" tanya Deasy, mantan pacar Joona dengan nada sedikit menggoda. Arjoona hanya mendehem dan mengatupkan bibirnya, sebelum menoleh pada Claire yang sudah memasang mode hendak menginsterogasi.
"Ah hai, aku baik. Kamu sendiri?"
"Ya begitulah," balas Deasy masih genit lalu melihat pada wanita cantik dengan paras bule disebelah Arjoona.
"Kamu...?
"Ngg, kenalin ini Claire Winthrop," potong Arjoona memperkenalkan Claire dengan nada kaku karena sudah dipelototi olehnya. Claire melepaskan sejenak pegangannya pada tangan Joona. Ia menjulurkan tangan menyambut jabat tangan Deasy.
"Oh, Aku Deasy Anggraini. Kalau aku boleh bilang, aku mantan pacarnya Joona. Iya kan Joona?" goda Deasy setengah memamerkan dirinya. Dan Claire bukan wanita yang suka ditantang, ia sepertinya memandang Deasy sebagai ancaman. Sambil menaikkan alis dan tersenyum sinis, Claire memperkenalkan dirinya.
"Oh ya, kalau begitu senang ketemu kamu. Namaku Clairine Winthrop, aku istri Arjoona Harristian," Arjoona melebarkan matanya dan menoleh pada Claire dengan ludah tercekat di tenggorokannya.