Arjoona hanya tidur hingga pukul 6 pagi. Karena ia sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali untuk berolahraga, tubuhnya langsung otomatis bangun ketika hari mulai terang. Posisi berbaringnya masih sama, Claire masih meletakkan telapak tangannya di dada Joona menyampingkan tubuhnya.
Ketika menggeliat dan menemukan seorang wanita di dalam pelukannya pagi-pagi, itu membuat Arjoona tersenyum. Sambil menyesuaikan matanya pada bias cahaya pagi yang masuk ke kamar, Joona menundukkan wajahnya lalu hidungnya membaui rambut Claire yang memakai shampo nya semalam.
Ia menopang kepalanya dengan sebelah tangan dan memandang Claire dengan wajah bahagia. Claire begitu cantik dan imut ketika ia tidur. Bulu mata cantiknya yang panjang terlihat sangat kentara dan ingin sekali Joona menciumnya.
Hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil menahan keinginan lelakinya di pagi hari, Arjoona bangun dari tempat tidur perlahan. Ia berusaha agar Claire tidak terbangun sama sekali. Joona menarik selimut agak keatas menutupi tubuh Claire seiring dengan geliat tubuh yang menggemaskan.
Arjoona keluar dari kamar sambil membawa sebuah hoody dan celana pendek yang biasa ia gunakan untuk joging. Arjoona keluar rumah seperti biasa, sesunguhnya sudah agak telat untuk joging jam sekarang namun Joona hanya mengitari kampung seperti biasa. Kali ini dengan senyum ekstra di wajahnya.
Setelah Arjoona kembali, Claire sudah bangun dan membuat teh dan kopi di dapur Joona. Begitu ia masuk dan menemukan Claire tengah menuangkan teh dan masih memakai oversized Tshirt itu, Arjoona tertegun sekali lagi.
'Apa yang gue pikirin? Kenapa dia jadi cantik banget? Shit ...Joona' – umpat Arjoona dalam hatinya.
Arjoona mendekati konter dapur terengah dan basah dengan keringat seperti biasa. Claire yang melihat langsung tersenyum. Joona membuka hoody nya dan ikut tersenyum.
"Kamu udah bangun?" tanya Arjoona sambil masih agak terengah. Claire hanya mengangguk dan memperhatikan Joona yang membuka hoodynya tanpa rasa bersalah. Kaos putih lengan pendek yang ia gunakan telah basah oleh keringat sehingga lekuk dada dan perut sixpack Arjoona terlihat.
Claire yang tiba-tiba gugup menaikkan cangkir teh dan menyesap minumannya perlahan, sambil terus memandang tubuh Joona yang basah dan seksi. Arjoona menyampingkan tubuhnya dan mengambil segelas air putih dan meminumnya hingga habis. Ia menyeka bekas air di sudut dagunya. Dan itu merupakan pemandangan yang membuat Claire menjadi panas tanpa sebab yang ia tidak mengerti.
"Kopi?" tawar Claire memecah kegugupan dalam hatinya. Joona tersenyum.
"Aku ganti baju dulu, setelah itu baru kita coba kopi kamu," ujar Arjoona sambil mengangguk.
"Aku bisa bikin kopi, Joona," Arjoona terkekeh.
"We'll see about that," (kita lihat nanti) balasnya sambil tersenyum.
"Aku ke kamar sebentar," Claire masih terus tersenyum dan mengangguk sambil meminum tehnya. Ia terus mengigit bibir bawahnya melihat punggung Joona berlalu masuk ke dalam kamar.
'uugh, he's so hot,' – gumam Claire dalam benaknya tanpa sadar. Arjoona keluar tak lama kemudian sudah dengan kaos bersih dengan rambut yang belum terlalu rapi. Ia sepertinya belum mandi dan memutuskan untuk membuat sarapan terlebih daulu untuk Claire dan dirinya.
"Kamu mau sarapan apa?" tanya Arjoona begitu tiba di dapur. Claire mendelik sinis dan tersenyum.
"Memangnya kamu bisa masak?" ujar Claire meragukan Joona. Arjoona hanya membalas dengan senyuman dan mengambil celemek yang kemudian ia pakai di pinggangnya. Claire sebenarnya penasaran ketika melihat dapur pria itu. Designnya sangat menawan dengan lengkapnya peralatan dapur yang ia punya. Untuk apa dia membuat dapur seolah ia seorang chef?.
"Kamu tinggal bilang mau makan apa, kita lihat apa aku bisa masak atau gak," Claire mengangguk dan berfikir.
"Suprised me," (beri aku kejutan) Arjoona mengangguk sekali.
"Fine," Arjoona langsung ke kulkas dan mengambil beberapa bahan yang ia butuhkan.
"Kamu beruntung, aku baru aja belanja dan nyetok kulkas kemarin. Jadi kita bisa makan lebih banyak," ujar Arjoona sambil membawa beberapa telur dan keju ke dapurnya.
"Kamu sering pulang kemari ya,"
"Sejak tinggal di mansion selalu tiap dua hari sekali aku kemari, membersihkan rumah dan kerja di studio," Claire membuka mulutnya.
"Kamu punya studio?" tanya Claire antusias. Arjoona mengangguk.
"Cuma studio kecil, tempat aku biasa membuat musik dan lagu," Claire mengerutkan keningnya.
"Aku gak tau kamu ternyata bisa bikin lagu," Arjoona hanya tersenyum saja sambil mengiris dengan cepat bahan untuk isian omelet. Dengan cekatan, Arjoona mengiris roti Sourdough menjadi beberapa potongan besar yang ia inginkan. Dan Claire yang tidak pernah tau jika Arjoona bisa memasak makin merona melihat pria itu. ia terlihat jadi sangat seksi ketika sedang membuat makanan.
Arjoona melubangi roti yang sudah diiris, lalu memanaskan butter diatas pan. Ia menuangkan adonan omelet kedalam lubang roti yang sudah ia buat dan memasaknya hingga matang. Begitu seterusnya beberapa kali hingga ia meletakkan lembaran keju mozarella diatas roti omelet dan melapisinya dengan roti omellet lainnya. Hingga keju meleleh sempurna dan ia menyajikannya dengan tomat ceri dan sedikit garnish dipiring. Joona memotong sedikit dan mengangkatnya sehingga terlihat lelehan keju yang langsung membuat perut Claire lapar.
Arjoona hampir tertawa melihat ekspresi Claire yang terperangah melihat hidangan sarapan sehat dan kelihatan sangat lezat itu. Makanan yang dibuat Joona punya penampilan setara seperti restoran mewah.
"Selamat makan," ujar Arjoona menyodorkan sepiring sarapan itu. Claire masih terperangah dan tidak menjawab apapun.
"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" Claire mengatupkan bibirnya dan menunduk.
"Kenapa kamu bisa masak?"
"Memangnya aku gak boleh bisa masak?" tanya Arjoona balik, ia masing mengelap tangannya dengan serbet kertas setelah cuci tangan.
"Bukan, maksudku..." Arjoona melebarkan kedua lengan di konter dapur dan memandang Claire.
"Aku yatim piatu Claire, aku harus bertahan hidup sendiri dari sejak umur sangat kecil. Jadi aku harus bisa mengurus diriku sendiri, termasuk memasak. Karena sebenarnya aku kurang suka makan diluar," Claire yang ikut memandang Arjoona jadi tersenyum pelan. Sejenak ia ingat dirinya sendiri. Dirinya dan Arjoona hampir tidak jauh berbeda.
Sekalipun ia punya orang tua, ia hampir tidak pernah melihat atau menghabiskan waktu bersama keluarga. Ayahnya sibuk hingga ia lupa jika ia punya seorang ayah dan ibunya tidak pernah ada dirumah hingga beberapa kali ia memergoki ibunya berciuman dengan pria asing. Claire tidak ada bedanya dengan yatim piatu, hanya kakeknya adalah orang tua yang selalu menemaninya.
"Duduk, ayo sarapan sama-sama," ujar Claire menepis kabut dihatinya menyentuh lengan Arjoona. Arjoona masih tersenyum dan mengambil piringnya juga kopi buatan Claire.
"hhmm, aku kasih poin 8 untuk kopi kamu," Claire langsung tertawa kecil sambil memotong sarapannya dan mencoba.
"hhhmmm...ini beneran enak," Arjoona tersenyum senang mendengar pujian polos Claire pada makanan buatannya.
"Kapan-kapan, kamu harus bikinin aku makanan lagi seperti ini," ujar Claire hendak menggoda.
"Aku bisa membuat kamu makanan seperti ini setiap hari," jawab Joona tanpa sadar. Claire menaikkan pandangan nya pada Arjoona. Arjoona yang semula menunduk karena memotong rotinya ikut melihat Claire, seketika ia jadi gugup dan salah tingkah. Claire sendiri akhirnya hanya tersenyum dan tersipu.
"Kamu mau ke kantor hari ini?" tanya Arjoona memecah kekakuan. Claire setengah meringis.
"Kalo orang-orang itu masih ada di kantor, gimana?" Arjoona menghentikan makan dan berfikir.
"Aku harus ambil mobil kamu di kantor kalo kamu gak pergi," Claire memajukan bibirnya setengah cemberut. Ia sesungguhnya malas pergi bekerja, entah mengapa ia rasanya tidak ingin kemana-mana.
"Aku masih takut orang-orang itu akan kembali, lagipula aku udah lembur 2 malam. Aku pengen istirahat," ujar Claire setengah merajuk. Arjoona tersenyum dan mengangguk.
"Ya udah, berarti kamu disini aja. Aku ambil mobil kamu dan segera kembali, gimana?" Claire langsung mengangguk. Arjoona hanya mendengus tertawa sambil menggeleng.
"Kalo gitu aku mandi duluan," Claire mengangguk lagi dan masih makan.
"Habiskan sarapan kamu," ujar Joona sembari berjalan ke arah kamar. Claire tersenyum dengan senang hati menghabiskan sarapannya.
Butuh hampir 30 menit hingga Arjoona selesai dan rapi. Ia menghampiri Claire yang duduk dengan kaki terlipat di atas sofa.
"Kamu bawa kunci mobilnya?" Claire menggeleng. Sambil merengut ia berbicara sambil menengadah pada Joona. Arjoona mendengus dan berfikir.
"Kuncinya ada di dalam tas ku di ruangan,". Arjoona mengangguk.
"Oke, tunggu disini. Jangan keluar," Claire mengangguk.
Tinggal dirumah Arjoona sendirian, Claire memulai aktifitasnya dengan mandi, mencuci piring dan membersihkan dapur, menyicipi beberapa cemilan hingga memulai turnya dirumah bekas gudang itu.
Akhirnya Claire menemukan studio yang dimaksudkan oleh Arjoona. Dan ia langsung terperangah. Ruangan itu tidak besar dan terdapat peralatan yang digunakan studio dan produser musik.
Beberapa foto Arjoona dan teman-temannya juga ikut terpampang di dinding. Termasuk foto dirinya sedang tampil sebagai rapper. Claire yang sesungguhnya bukan penggemar musik kini penasaran dengan penampilan Arjoona di atas panggung.
Meskipun sudah pernah menyaksikan sekilas tapi itu tidak bisa menjadi penilaian bagi Claire tentang Arjoona, si rapper. Claire masih melihat dan meraba beberapa tuts piano. Pria yang menikah dengannya memiliki banyak hal yang mengejutkan. Sejenak Claire malah lupa dengan Louis yang menjadi kekasihnya dan malah mulai kagum pada Arjoona yang menjadi suaminya.
"Kamu disini?" Arjoona tiba-tiba masuk setelah mencari Claire di sekeliling rumah. Claire yang agak kaget lalu tersenyum malu-malu dengan kedua tangan di belakang tubuhnya.
"Kamu udah balik?" Arjoona mengangguk dan memberikan kunci mobil Claire. Claire mengambilnya sambil tersenyum.
"Terima kasih," Arjoona mengangguk. Ia pun masuk ke dalam studio itu dan duduk di kursi di depan komputer dengan layar besar. Claire pun ikut duduk di dekat Arjoona dan melihat yang sedang ia lakukan.
"Kamu lagi ngapain?" Arjoona tersenyum usai menghidupkan peralatannya.
"Ada beat yang harus aku rampungin dan kirim," Claire mengangguk meski ia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh Arjoona.
"Kapan kamu perform lagi di klub?" tanya Claire setelah lama diam. Arjoona masih sibuk dengan peralatannya dan hanya tersenyum.
"Kenapa?"
"Apa aku boleh nonton?" Arjoona mendengus dan berbalik.
"Kamu suka hiphop?" tanya Arjoona sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya yang besar dan nyaman. Claire hanya bisa menyengir.
"Aku hanya tau beberapa lagu pop," Arjoona mendekatkan kursinya pada keyboard.
"lagu apa yang kamu tau,"
"hhhmmm....apa ya? Kalo lagunya Adele – When we were young?" Arjoona mengangguk dan menekan tutsnya. Terdengarlah melodi lagu When we were young.
"Sing, come on," ajak Arjoona dan Claire menggeleng.
"Let me photograph you in this light, In case it is the last time, That we might be exactly like we were, Before we realized, We were sad of getting old....ah aku gak bisa nyanyi, I'm a rapper. Come on sing," Claire terkekeh mendengar Arjoona menyanyi. Dia memang lebih cocok menjadi rapper dengan suara beratnya.
"You look like a movie, You sound like a song, My God, this reminds me, Of when we were young" Claire mulai bernyanyi dengan malu-malu dan Arjoona terus memainkan keyboardnya sambil tersenyum.
"You're good" puji Arjoona dan Claire menggeleng malu. Mereka saling tertawa dan Claire yang tertarik pada piano diajari Joona dasar-dasar nada sambil masih terus tersenyum satu sama lain.
Claire dan Joona tidak lagi bertengkar hari itu dan malah sering bercanda ketika berada di rumah Arjoona. Claire sudah mengganti baju nya karena ternyata sebelum pulang Arjoona mampir ke mansion untuk mengambil perlengkapan harian Claire. Claire jadi makin terenyuh melihat perhatian yang diberikan Arjoona padanya. Tapi ia tidak menunjukkannya sekalipun atau Arjoona akan kegeeran.
Hingga akhirnya malam tiba dan Claire mencoba menghubungi Louis yang seharian tidak menelponnya sama sekali. Dengan kening berkerut, Claire masih menelpon dan masih belum aktif. Sudah lewat jam makan malam dan telpon Louis belum aktif sejak siang.
"Kemana dia?" gumam Claire pada dirinya dan kemudian dikejutkan oleh Arjoona.
"Kamu ngapain?" Claire tersenyum dan menggeleng. Ia memandang Arjoona sejenak yang kemudian duduk di sebelahnya menghidupkan tivi. Arjoona mencari channel berbayar yang ia sukai dan menyandarkan punggungnya dengan santai.
"Joona, aku mau minta tolong boleh?" tanya Claire pelan sambil menyampingkan tubuhnya menghadap Arjoona. Arjoona menoleh dan mengangguk.
"Aku mau ketemu Lou," Arjoona terperangah dan terlihat kesal. Ia tidak menjawab dan melihat pada tivi lagi.
"Joonaaa..." rengek Claire. Arjoona memejamkan matanya menahan kekesalannya. Seharian ini ia bersenang-senang dengan Claire tanpa sekalipun ia menyebut nama Louis seperti hari-hari sebelumnya. Ternyata hal itu tidak berlangsung lama.
"Please, anterin aku ketemu Louis," rasa sakit itu datang kembali di hati Joona. Ia sadar ia mulai menyukai gadis yang tidak menyukainya. Ia masih terdiam menetralisir rasa sakit dan cemburu yang menjalar di hati.
"Emang ada suami yang anterin istrinya ketemu sama pacarnya?" sindir Arjoona melihat sekilas pada Claire. Claire hanya dia memperhatikan.
"I thought we're friends" (aku pikir kita berteman) jawab Claire.
'Hanya teman ternyata, wah' – pikir Arjoona dalam hatinya. Arjoona menarik nafas panjang dan masih diam. Namun tak lama ia malah berdiri dan berjalan mengambil kunci mobilnya.
"Ayuk," ajak Arjoona dengan suara pelan. Claire langsung tersenyum sumringah dan hampir setengah berjingkrak. Arjoona yang melihat kegembiraan Claire langsung murung. Ia terlihat bahagia hendak bertemu orang yang ia cintai dan Arjoona malah harus melepaskan gadis yang ia mulai sukai.
Tanpa bicara lagi Arjoona segera berjalan ke arah tangga yang akan membawanya keluar.
"Tunggu, kita pakai mobilku aja," tawar Claire masihtersenyum riang dan memberikan kunci mobilnya. Arjoona tidak bicara apapunselain menerima saja kunci mobil BMW M850i xDrive M Carbon putih milik Clairedengan perasaan tidak enak.
Waktu sudah pukul 9 malam ketikamereka sedang menuju ke apartemen Louis dan entah mengapa Claire terlihat sangatbahagia. Tiba di parkiran lobi, Arjoona memarkirkan mobil sport itu dan belummenoleh pada Claire.
"Kamu cuma punya waktu 10 menit,atau aku akan tinggal pulang," ancam Joona dengan nada rendah. Dan Claire yangmasih tersenyum mengangguk.
"Oke, tunggu sebentar ya,"jawabnya riang lalu keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam lobi. Arjoonamelepaskan nafas beratnya dan mengantukkan keningnya pada punggung tangan yangmenempel di stir. Sambil memejamkan mata, ia mencoba memahami situasi anehnya saatini. Tapi tidak bisa, perasaan itu tidak bisa ditolak.
"Gue gak mau jatuh cinta samaClaire" gumam Arjoona pada dirinya sendiri. Ia melawan hatinya yang terusmendesak agar mengambil paksa Claire dari hubungan cintanya dengan Louis. DanArjoona terus menggeleng pelan.
Claire masuk ke lorong menujuapartemen Louis setelah keluar dari lift. Dengan langkah perlahan dan hatibahagia, ia ingin memberikan kejutan pada Louis. Ia sudah lama tidak keapartemen kekasihnya karena kesibukannya menjadi CEO yang menguras banyakwaktu.
Menekan password Lou dan membukapintunya perlahan. Claire kebingungan ketika melihat ruang depan apartemenLouis yang sepi dan gelap. Claire langsung tersenyum.
'Mungkin dia sedang mandi' –pikir Claire sambil tersenyum dan melangkahkan kakinya perlahan ke kamar.Berniat hendak mengejutkan dengan sahutan bahagia, Claire yang mendorong pintukamar Louis perlahan, tercekat dan menutup mulut dengan tangannya.