Chereads / Dibatas Senja / Chapter 38 - Bab 38

Chapter 38 - Bab 38

Sampailah mereka di rumah lusi yang sudah ditunggu si mbah di depan rumah.

" Assalamualaikum, mbah, " ucap Ardan dan lusi bersamaan.

" waalaikumsalam, ayo masuklah, nak Ardan pasti capek, wes tak siapno nasi rawon karo kerupuk, senenganmu lus, ayo dang mangan. " kata mbah ( sudah saya siapkan nasi rawon dan krupuk, kesukaan lusi, ayo segera makan ). Tangan Ardan ditarik lusi dan mereka duduk di meja makan, untuk menyantap makanan yang sudah disiapkan mbah.

" la yo wijik disik to, " ( cuci tangan dulu ) mbah tertawa melihat tinggah mereka yang dari tadi beriringan kaya dak mau pisah aja. hemmm 'pancen bocah saiki' ( dasar anak sekarang ) batin mbah meninggalkan mereka dan masuk kamar untuk istirahat.

Lusi mencuci tangan di tempat cuci piring, sedang ardan masuk kamar mandi di sebelah dapur untuk membasuh muka dan sekalian memenuhi kebutuhan dasarnya karna dari tadi ngempet pingin ke toilet.

Ardan senyum senyum melihat lusi dengan wajah malu malu mencuri pandang dari tadi sambil menikmati nasi rawonnya. " enak masakan si mbah, gimana calon istriku bisa masak dak ?" dipasangnya senyum ardan yang paling rupawan di wajah gantengnya, Lusi semakin tersipu dibuatnya. " bisa dong kak, malah lebih cepet dari masakan mbah tersaji lebih cantik tergantung permintaan, sini aku tunjukkin, " Lusi menunjukkan aplikasi pesanan online yang tinggal order dipencet meluncur ke tempat pemesan. " siip kan mudah, " lusi memencet order untuk martabak telur dan juice sambi merah, "kak ardan, mau juice apa nih, atau mau reguest yang lain," lusi tertawa melihat ardan bengong.

" dak pingin, aku juga bisa order sendiri, " Ardan sedikit kesel pinginnya merayu lusi alhasil malah dia kerjain, " Memangnya kak ardan mau cari istri, apa tukang masak, tukang cuci, nyari aja ART, tinggal digaji beres dak ribet, " kata lusi.

" Aku kan pingin tahu banyak tentangmu," ucap ardan, " aku punya kejutan, mau dak, " ardan mengambil sebuah kotak ukuran kecil warna merah, lusi menatap tanpa berkedip penasaran takut salah tebak, dak mau ke ge er an. Ardan memberikan kotak merah pada lusi, " bukalah," ucap ardan dengan lembut, lusi menerima dan membuka kotak ardan, sebuah kalung emas putih yang terdapat bandul dari batu kecubung warna ungu, wajah lusi seakan tak percaya memandang ardan, " aku ingin mengikatmu dengan kalung ini, biar selalu mengingatku tiap kamu memakainya, " ardan mendekat ke arah lusi, mengambil kalung di dalam kotak dan memakaikannya di leher putih mulus gadisnya, wajah mereka begitu dekat saat ardan mengkaitkan ujung kalung, ada desir aneh dalam diri ardan, dibisikkan kelimat indah di telinga lusi " menikahlah denganku, " wajah ardan berhadapan dengan lusi, " aku akan selalu menjagamu, aku mencintaimu, " kalimat yang membuat hati lusi tersentuh.

" apa yang telah kulakukan sebelumnya hingga bisa bertemu laki laki sebaik dia, " batin lusi begitu terharu. Kedua tangan Ardan menyentuh pundak lusi, di dekatkan hidungnya menyentuh hidung wanitanya, " aku begitu bahagia, " ardan menyentuh bibir lusi singkat, serasa bergemuruh dada keduanya, namun kemudian ditariknya bibir ardan dan kedua jari tangan kanannya di letakkan di bibir mungil yang hanya berpoleskan lipbalm. ardan memeluknya. lusi malu karena mengharap lebih dari perlakuan ardan, lusi menarik nafas panjang." aaaaach, apa yang kuharapkan, malu rasanya ketahuan ngarep" hati lusi bicara.

" aku terima niat baik kak ardan, tapi kita mesti ngomong ke orang tua dulu, kak ardan apa sudah bilang ke ayah ibu ?" ucap lusi menyelidik.

" terima kasih dah terima lamaranku, sayang, aku suka kamu serius gitu, cantik ?" ardan kembali menggoda lusi, dijentik hidung lusi dengan jari telunjuknya. " aach, " lusi menarik tangan ardan dan diciumnya, didekapkan tubuhnya pada dada bidang kekasihnya. ardan tahu ada perasaan lusi minta dilindungi, entah gadisnya sudah ada rasa cinta apa belum dak lagi jadi penghalang ardan untuk memilikinya.

" tinggal aku bilang ke ayah ibuku sih gampang, besok juga ke sini, aku tinggal telpon, kemaren aku dah nyampein begitu dik lus setuju lamaranku, mereka saya minta dateng nemuin mbah, " kata ardan senang seperti peribahasa ternyata gayung bersambut kata berjawab.

Lusi memberesi bekas makan ke dapur dan mencuci piring, ardan ngikut di belakang, " kak ardan duduk aja di ruang tamu, " ucap lusi. ardan memandang lusi dengan tatapan syendu, " temani aku, di depan, " tangan ardan sudah melingkar memeluk pinggang lusi dari belakang.

" mana aku aku bisa bersihin dapur mas," lusi geli, karna tangan ardan menggelitik perutnya. kepala ardan diletakkan di pundak lusi, ardan menggigit telinga lusi, ada aliran listrik 900 watt menjalar ke seluruh tubuh lusi, " mas, nanti dilihat mbah, " pelukan ardan bertambah erat.

" ehm, " ada deheman wanita tua yang ternyata sudah ada di belakang mereka.

Serentak mereka kaget dan melepas pelukannya, ' mbah," katanya bersamaan.

"nak ardan, mbah pingin bicara, " kata mbah, dan melangkah ke ruang depan meninggalkan mereka.

Ardan nyengir sementara lusi menahan tawa melihat wajah cowoknya yang memerah karna malu." awas kamu, lain kali dak kulepaskan, " kata ardan , nanti kalo sudah syah dak akan ku biarkan kamu keluar kamar, pikiran kak ardan mesum ih.

"nak ardan duduk sini dekat mbah, " mbah menepuk sofa sebelah duduknya. " baik mbah," ardan menurut duduk manis merasa tertangkap basah seperti habis merebut mainan kesayangan mbah, sayangnya bukan mainan tapi cucu kesayangan maka wajah menahan manahan marah yang terlihat.

" saya mau melamar dik lusi mbah, besok ayah sama ibu datang, " kata ardan dengan lancar karna sudah persiapan.

" Hemm, kamu baru mau jadikan cucu mbah calon istri, belum syah menjadi istri, harus bisa menahan diri, " mbah menatap tajam ke arah ardan. " siap mbah, " ucap ardan, mana bisa dia nahan diri, dibalik gorden dia melihat selintas lusi menjulurkan lidah menggodanya. Tuhan kenapa kau kirimkan makluk cantik yang selalu menggoda imanku bila du dekatnya. ardan mengusap kepalanya dan menghindari pandangan mbah yang masih penuh curiga dengan laki laki di depannya. Tolong ya mbah kasih tahu cucunya jangan masang wajah childish, bukan hanya calon menantu yang salah.