Janggan melihat istrinya meninggalkan ruang kerjanya dengan tergesa, dia menarik nafas panjang, sial, bikin aku nafsu udah gitu dak tanggung jawab.
Janggan melanjutkan kembali pengecekan data di layar Laptopnya, perjanjian dengan kliennya sudah selesai dikerjakan tinggal finishing. Nanti biar bagian yoyok sebagai negosiator atas kesepakatan yang dimaui kami. Yoyok memasuki ruangan kerja mereka, " kalian ribut lagi, " Janggan menggeleng tuh tadi nyonya keluar dengan wajah di tekuk.
" Dak tahu, tadi aku minta dia balik kantor daripada ganggu kerjaanku gak kelar, "
ucap Janggan tanpa rasa bersalah. " Kamu kapan bisa dewasa sudah nikah juga, bikin anak sana biar ada pengikat kalian," ucap Yoyok menguliahi temannya, " kasihan juga si Jihan ngopeni ( ngrawat ) kamu yang gak jelas, " kesel juga yoyok sama shobat karibnya ini yang dak bisa move on dari masa lalunya, istrinya juga cantik, dapat mertua yang kaya, mentang mentang dia juga anak orang kaya juga sih. pusing gue mikirin kisah cinta sahabat yang satu ini. Enakan aku, nikah sama sama saling mencintai, sekarang lagi nunggu kelahiran anak pertama, meski Nana hanya di rumah jadi ibu anak anak nantinya, tapi kami saling menyayangi.
" kamu dateng ke nikahnya si ardan bareng dak ? ajak tuh istrimu biar keliatan dah move on, " ucap Yoyok nyindir temennya, " kalo Nana kasihan dia hamil muda yang ada nanti muntah muntah di jalan, " belum ada ucapan Yoyok yang dijawab sama Janggan.
" Nah akhirnya kelar juga, tinggal bagianmu nih, editing dan finishing perjanjian sama klien kita yang di Kulon Progo untuk rencana pembangunan penginapan di salah satu waduk tempat wisata disana." Ucap Janggan lega, " Sory yok gak jelas dari tadi kamu ngomong apaan, tentang Jihan nyinggung move on segala, " Yoyok hanya bisa geleng kepala dak habis pikir, pinter sih iya tapi cueknya sama kepedulian kurang pake banget.
" Lupakan, sini copiin file ke flashdisk, " kata yoyok sedikit kesel. " lho kok sewot, nih kerjaan bikin aku lembur dari dua hari lalu, desainnya, kontruksinya, penawaran yang kita ajukan harus bener, bisa rugi kita, kalo salah peritungan, mestinya lo bertrima kasih kek, " ucap Janggan bersungut sungut, " masalah pribadiku, dak usah kamu urusin, it's my life" Janggan menyerahkan kembali flashdisk ke Yoyok. Kemudian dia keluar meninggalkan sahabatnya yang masih bengong." aku cari makan di kantin, pagi tadi dak sempet sarapan, " ucap janggan sambil melongok kembali ke ruang kerja " mau ikutan dak, habis makan kita diskusi hasil RAB yang di Kulon Progo, " mereka memang sahabat yang selalu kompak, biarpun kadang saling berantem tapi langsung bisa baikan lagi. Yoyok menyadari kekerasan hati Janggan, namun mudah memaafkan sebaliknya Janggan mengerti kalo Yoyok ingin yang terbaik untuknya. Mereka kemudian makan di kantin kantor, masakannya lumayan bervariasi, untuk makan siang para karyawan cukup enak, dan dak repot harus nyari ke tempat yang jauh. Disela menikmati makan siangnya Yoyok masih kepikiran istri Janggan.
" Telponlah Jihan, dia tadi keluar ruangan dengan mata yang memerah, kamu dak ngrasa ada yang salah, " Yoyok masih ingin membahas rumah tangga Janggan meskipun sangat hati hati kata yang dipilihnya.
" baiklah nanti aku akan pulang lebih cepat, puas lo," Jawab Janggan setelah suapan terakhir makannya, agaknya dia laper banget.
------------
Jihan melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata, menyesali kehidupan rumah tangganya. Suaminya memang selalu bersikap baik padanya, perhatian ke Jihan, tapi untuk urusan ranjang, dia cukup tahu, bahkan tidak jarang Janggan tertidur di ruang kerjanya. Janggan tetep memenuhi kewajibannya sebagai suami hanya pada saat Jihan yang memintanya. Apa bisa dibilang terpaksa, tapi Jihan tidak pernah diperlakukan kasar, dia selalu diperlakukan dengan lembut.
Pernah suatu hari ditanyakan Jihan " Jihan pingin melayani mas, mas sayang dak sama aku, " pertanyaan Jihan waktu itu setelah mereka melewati kebersamaan sebagai suami istri, " yang terpenting aku memenuhi kewajibanku sebagai suami, Jangan tanyakan perasaanku, tapi aku menikmatinya saat bersamamu," Jawaban Janggan membuat Jihan terluka, dia hanya ingin memenuhi kewajiban sebagai suami.
drt drt drt
Telpon Jihan berbunyi nama sekretarisnya muncul, " ibu dimana ? klien kita sudah datang, " terdengar suara dari seberang, " aku otw, tunggu 5 menit lagi sampai, " jawab Jihan, melihat jam tangannya memang sudah waktunya maksi makanya perutnya sedikit lapar, dan dia janji maksi si resto hotelnya.
Akhirnya Jihan sampai di hotel disambut dengan sekretarisnya, " bu sudah ditunggu di ruang tamu, " Jihan mengangguk pelan dan mengikuti sekretarisnya dari belakang. " Selamat siang, pak " diulurkan tangan Jihan menjabat kliennya dan langsung di sambut olehnya, " saya Ardan, maaf dekan kami dak bisa dateng, saya diminta mewakili untuk menemui ibu, "
kata kliennya dari Universitas di Semarang untuk pembokingan hotel yang rencana buat seminar dosen FEB se Jateng DIY.
" Panggil Jihan, mungkin akan lebih enak tanpa embel embel bu di depan," jawab Jihan.
'Ardan apa hanya kebetulan saja nama sama dengan undangan di meja mas Janggan.' kata Jihan dalam hati.
Mohon maaf para reader tadi dak sengaja ke upload bab yang belum selesai