Chereads / Dibatas Senja / Chapter 44 - Bab 44

Chapter 44 - Bab 44

"Mas Ardan kenal, dia suami saya mas Janggan Pringgohadi," penjelasan Jihan sekaligus menjawab rasa penasaran Jihan mendengar nama ardan berarti sesuai dugaan. Penasaran dengan undangan pernikahan yang ada di meja suaminya.

" Benar di foto pernikahan itu Janggan Pringgohadi maka perkenalkan saya Ardan Dwi Permana temen suamimu saat kuliah di Semarang," ucap Ardan memberi penjelasan lebih tentang hubungannya sama Janggan.

" artinya anda yang memberi undangan pernikahan pada mas Janggan," kata Jihan dak bisa menahan rasa ingin tahunya dari coretan tinta di bawah nama mempelai wanita " Why you go away".

" Oh iya, kami ngundang temen temen dekat saat resepsi di Semarang, kami ingin kalian datang, insyaallah semua sahabat ngumpul bisa menjaga silaturahmi," ucap ardan tanpa maksud apapun, Jihan mengangguk tanda setuju, dalam hati dia penasaran ada hubungan apa suaminya dengan calon istri kliennya. " Nanti saya ngomong sama mas Janggan, kalo mas ardan klien saya, dan dapat undangan VIP langsung dari mempelai, " kata Jihan berbasa basai menjadi keahlian semua manajer pemasaran.

Setelah maksud dan tujuan kedatangan Ardan ke hotel yg dikelola Jihan tersampaikan, ardan juga sudah meninjau langsung tempat seminar akan diadakan dan resto tempat maksi para peserta, serta yang terpenting fasilitas kamar hotel untuk menginap peserta.

Misi selesai Ardan pun pamit sama Jihan, " salam buat suamimu, assalamualikum, jangan lupa ingetin Janggan untuk datang diresepsi kami" Ardan pun meninggalkan ruangan Jihan dengan senang, ternyata urusan dia dak jauh dari lingkup sahabatnya. serasa dunia ini sempit.

" waalaikum salam, nanti kalo sampe rumah aku sampaikan sama mas," kata Jihan, namun masih penasaran perempuannya ada hubungan apa sama suaminya. Jihan mengantar kliennya sampai ke pintu luar dekat resepsionis. "calon istrinya satu angkatan sama mas ardan," satu pertanyaan Jihan sebelum ardan menuju ke mobil yang sudah siap di depan pintu hotel, karna rasa ingin tahu yang besar." bukan, aku sama suamimu beda fakultas, kami satu kost, kalo sama calon istriku, dia mantannya," Ardan keceplosan bicara, ups, apa mau dikata kejujuran yang dak bisa ditutupi. "Tapi mereka hanya masa lalu, masa sekarang dia bersamaku, Janggan bersamamu, maka jagalah hatinya agar tetap memilihmu, aku juga akan menjaga milikku." makjleb kata kata Ardan sangat mengena dalam hati Jihan, Jihan hanya bisa memandang ardan penuh misteri.

" Baiklah, terima kasih, mohon bantuannya untuk acara seminar " ucap ardan sambil menangkupkan kedua tangannya, ardan memasuki mobil untuk kembali melaju ke Semarang. Jihan melambaikan tangan dengan tatapan hampanya. Oh jadi calon istri ardan mantan kekasihnya mas Janggan, yang pernah ditemuinya di Mall Semarang. Moga mas Janggan bolehin aku ikut ke resepsinya mereka, pingin tahu juga gimana mas Janggan ketemu cintanya yang bersanding di pelaminan sama sahabatnya, kok jadi kepo, tapi sudut yg terdalam dak bisa nrima kalo dia bukan satu satunya di hati suami. Tapi jika pingin ikut datang tolong persiapin mental jangan sampe keluar airmata kesedihan, uuhhh kapan badai berlalu.

Kata mama sih kurang apa coba kamu dapetin Janggan, muka jangan ditanya ala bintang bolywood, materi serba kecukupan mewah bahkan dimakan 4 keturunan dak habis, mertua sayang ama kamu, masalah perasaan gampang, kamu bisa menservice suamimu sebaik baiknya pasti suami akan betah dak bakal nglirik wanita lain, urusan wanita itu, macak, masak, manak ( dandan, memasak, memberi keturunan ). lagi lagi masalah terakhir jadi batu sandungan.

Sudah sore, Jihan memutuskan pulang lebih awal karna pikiran yang kurang fokus. Jihan pamit sama karyawannya untuk pulang duluan, langsung menuju tempat area parkir di lantai bawah, jihan mengemudikan mobil sendiri kemana pun dak pernah bawa supir kecuali kondisi mendesak dan perjalanan jauh.

Mobil menuju perumahan mewah yang ada di daerah dekat Candi Prambanan, rumah dengan teras ada joglo berlantai dua dengan bahan kayu jati yang mendominasi terlihat elegan, hanya butuh 15 menit dari kantor Jihan, rumah tempat tinggal Janggan dan Jihan memang di desain sendiri sama pemiliknya. Jihan memarkir kembali mobil di garasi depan, tampak mobil suaminya sudah ada di garasi juga, tumben jam segini dah di rumah, kalo dipikir laki laki tuh serba salah, pulang malam lembur salah katanya dak perhatian, giliran pulang sore dicurigai, ada maksud apa, enaknya dak pulang sekalian apa, malah yang ada pertanyaan tambah banyak, urusannya jadi nyampe ke mertua, di syukuri saja jadi suami, punya istri yang suka ribet, ruwet.

" assalamualaikum, " tanpa nunggu jawaban, Jihan menuju ke kamar di lantai atas, membuka blazernya membanting tubuhnya di kasur empuknya. Jihan merasa lelah pikiran dan hatinya, "aku dak boleh menyerah dapetin hatimu mas". dia pun tertidur.

Janggan mendengar suara mobil Jihan di parkir di garasi, "tumben dia pulang sore," kata Janggan dalam hati. Janggan baru datang 10 menit sebelumnya, sesuai janjinya pada Yoyok dia akan pulang dulu. Selasai membasuh seluruh tubuhnya dan benganti pakaian santai, dia berniat meminta maaf istrinya sudah dua malam lembur dan pagi tadi dak perhatian saat jihan mampir ke kantor.

" mbok, apa Jihan sudah datang," Janggan memastikan kedatangan istrinya. " kurang tahu mas, coba mbok lihat dulu di kamarnya, " ucap si mbok.

tok tok tok

" Ada apa mbok, aku ketiduran tadi, " jawab Jihan setelah wajah takutnya si mbok muncul takut ganggu majikannya.

"dicari mas Janggan di tunggu di bawah mbak," si mbok memberi jeterangan.

" mbok ke bawah dulu, aku mau mandi dulu nanti nyusul," jawab jihan.

Jihan masuk kamar mandi di dalam kamarnya, diguyurnya seluruh tubuh dengan air dari shower menghilangkan rasa lelahnya, hatinya diliputi rasa cemas. diambilnya sabun cair dengan aroma bunga tulip, dihirupnya lama sebagai aroma terapi yang membuatnya sedikit rileks. Tiba tiba ada tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, Jihan sedikit kaget namun menyadari tangan siapa yang memeluknya dia hafal tangan laki laki yang sudah bersamanya yang selalu dirindukannya. Jihan menangis menempelkan tangan kekar itu ke wajahnya, dia kangen laki lakinya. Jihan sadar dia tidak menggunakan penutup tubuh sama sekali, dia ingin Janggan suaminya menyentuhnya, dia menyingkirkan rasa malu sebagai wanita yang menawarkan dirinya.

Jihan membalikkan tubuh polosnya dan memeluk suami syahnya, " mas mau melakukannya, " kepala jihan mendongak mengharap pada pemilik mata hitam. Janggan mengangguk, tanpa mengatakan apapun, dia memandangi tubuh istrinya yang indah . Sedetik kemudian kedua bibir saling bertahutan cukup dalam, tangan mereka saling memberi sentuhan, meremas, dan mereka bebas melakukan apapun untuk memenuhi nafsunya. ya mereka sudah syah sebagai suami istri.