Chereads / Dibatas Senja / Chapter 49 - Bab 49

Chapter 49 - Bab 49

Menikah adalah salah satu ibadah yang dianjurkan, karena dengan menikah seseorang akan membina rumah tangga dan membentuk keluarga yang diharapkan dapat menjalin silaturahmi dengan keluarga dan memiliki keturunan, menjadi sakinah, mawaddah, dan wa rahman yang mempunyai makna yaitu damai tentram, cinta kasih atau harapan , dan kasih sayang.

Sebuah pernikahan yang sakral bagi pasangan, yang diharapkan sekali dalam seumur hidup,

----------

Jihan masih mengingat sebuah undangan yang dibacanya di meja kerja suaminya dan pertemuannya dengan klien hotelnya, ardan, yang adalah mempelai prianya.

Jihan menyiapkan sarapan untuk suaminya di meja makan, sejak pagi sudah bangun dan membantu mbok narti di dapur, "aku ada rapat pagi, kau bisa sarapan sendiri," ucapan Janggan yang langsung menuju pintu depan rumah, Jihan menghentikan aktifitasnya menata udang krispi kesukaan suaminya di piring keramik berbentuk oval." mau aku bawain udang krispi buat sarapan di kantor," kata jihan menoleh ke arah Janggan, meski sedikit kesel dari tadi sudah capek nyiapin makanan kesukaan suami tapi merasa tidak dihargai, ya mungkin lagi kejar target pikir jihan menghibur diri.

" Okey, cepetan ya," Janggan berhenti dari langkahnya menunggu jihan menyiapkan bekalnya, dak tega juga mau nolak tawaran istri.

" mas aku kemaren ketemu, sahabatmu ardan, dia klien di hotel," kata Jihan sambil memasukkan bekal ke rantang, Janggan menatap aneh ke istrimya.

" Ada urusan apa dia ke hotel," Janggan memicingkan matanya meminta jawaban. " ada rencana seminar dosen di Yogja dia gantiin dekannya yg harusnya ketemuan sama aku," jawab Jihan, sebenarnya inti pertanyaan Jihan adalah di undangan misteri. "Ardan mengundangku sama mas, dia mau nikah minggu ini," ucapan Jihan sontak mengagetkan Janggan, terlihat dari ekspresinya yang langsung berubah.

" Aku tidak mau datang di pesta pernikahannya, dia menikungku," kata Janggan dengan nada sedikit tinggu, sambil menarik rantang berisikan bekal makannya yang diberikan Jihan, dan berlalu meninggalkan Jihan yang masih terbengong.

Suara deru mobil di luar rumah menandakan Janggan sudah meninggalkan rumah, menyisakan keheranan Jihan. Apa Ardan menikung mas Janggan ? dia merebut kekasihmu mas, pertanyaan Jihan di hati.

'Tidakkah mas bisa melupakan masa lalumu, dan menoleh ke arahku yang selalu mengharapkan cintamu, sampai kapan mas,' Jihan hanya bisa menyesal kenapa hanya dia yang ingin bertahan dalam rumah tangganya, apa mas dak ingin kita terus bersama, langgeng, apa aku hanya memenuhi kebutuhan nafsumu, pertanyaan yang berkutat dalam kepala Jihan menambah kesedihannya. Air mata dak bisa lagi ditahannya menetes satu demi satu dan dihapusnya sendiri, dia pun meninggalkan meja makan menuju kamarnya, selera makannya hilang seketika.

" lo mbak dak jadi sarapan, mas Janggan dah berangkat to ?" mbok narti menatap heran. " dak mbok, tadi mas sudah tak bawain bekal," yang ditanya apa jawabnya apa juga, yg penting masih bisa jawab.

Jihan berganti hem putih dan celana jean bersiap ke kantor, daripada meratapi hal yang gak jelas, nantinya malah dia menjadi malas dan kurang semangat, ikuti saja air mengalir batin Jihan dapat mengurangi sakit hati.

drt drt drt

Suara ipone Jihan berbunyi, tertulis nama Yudis di layar ipone yang bergambar foto pernikahannya. " Hallo, " Jihan mengangkat hp dan menjawab.

"Sayang, aku dah di kantormu, kangen," ucap yang di seberang dengan suara beratnya. " tahan yud, aku nih bini orang tahu," sungut Jihan. " yang penting aku bisa bahagiain kamu," jawab Yudis.

" aku baru mau berangkat yud," ucap Jihan, " tunggu lima belas menit," lanjutnya." lima belas menit dak datang aku susul ke rumah lo," terdengar suara tertawa dari seberang. " aku tahu suamimu udah berangkat, sayang," ucapnya." kau memata matai kami,"ucap Jihan sedikit marah." tentu, karna aku mau rebut my baby," Jihan membanting ipone di kasur kamarnya. Tiba tiba kepala Jihan terasa berat terasa di sekelilingnya berputar putar, Jihan terduduk bersandar di pojok ranjang.

Dia berdiri dan diraihnya hp dipencet nomor mamanya," hallo, ma, bisa ke rumah..." ucapan Jihan sangat lirih dan dak sanggup lagi meneruskan obrolannya sama mamanya, tubuh jihan sudah ambruk di lantai kamar.

"hallo, jihan, hallo, hallo" ucap yang di seberang bingung,

Setelah menunggu tidak ada jawaban mama segera berteriak pada papa dan langsung ditarik tangannya menuju garasi mobil," ada apa ma, yang jelas," kata papa karna mama malah nangis," ayo ke rumah anak kita, takut ada apa apa sama Jihan," jawab mama dengan nada bingungnya.

" iya, kita ke sana," kata papa nurut dan melajukan mobilnya, " ditengah perjalanan papa ngomong, " ma, lebih baik telpon menantumu dulu, kita masih butuh 30 menit untuk sampai ke rumah mereka," ucapan papanya menyadarkan mama kalo jarak rumah mereka lumayan jauh." iya pa,mama dak kepikiran, saking pabiknya," jawab mama dan mencari nama menantunya dikontak hp nya.

drt drt drt

drt drt drt

'mohon maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk' terdengar suara perempuan dari mesin penjawab

"tidak diangkat pa," kata mama menatap papa bingung, " kita dak usah ikutan panik malah nanti di jalanan papa dak bisa konsen bahaya," papa memberikan anggukan tanda minta persetejuan mama, " moga anak kita dak ada papa, sayang," kembali suara papa coba menenangkan istrinya.

------------

Sementara itu Janggan sudah sampai kantor persiapan materi meeting paginya dengan kliennya. Merasa tidak enak karna mengabaikan istrinya yang dengan susah menyiapkan sarapan, apalagi obrolan terakhirnya dengan kalimat tidak menyenangkan. Janggan nelpon istrinya ingin mastikan kalo Jihan dak kenapa napa, kenapa dia kini jadi kepikiran dengan wanita yang sudah lebih tiga tahun tinggal seatap dengannya, dan bukankah dia seseorang yang memang menjadi tanggung jawabnya elaknya dalam hati. Kadang dia nyadar Jihan begitu baik tanpa menuntut apapun.

Beberapa kali nada berakhir tanpa ada yang jawab hanya lagi dan lagi mesin penjawab. Janggan sedikit kawatir akhirnya ditelponnya mbok narti yang memang diberi hp untuk urusan kayak gini bila majikannya membutuhkan sesuatu yang penting di rumah.

drt drt drt

setelah diangkat dan dak ada jawaban Janggan heran "mbok, ada apa di rumah," kata Janggan.

"iya mas, ini mbak Jihan pingsan di kamar," ujar si mbok dengan kalimat terbata bata, " mas cepetan balik rumah, mbok bingung," lanjutnya sambil berusaha membangunkan majikan perempuannya.

" Baiklah mbok, coba olesin minyak kayu putih atau apa dulu mbok, aku segera pulang," jawab Janggan dan langsung mencari Yoyok untuk menghandle meeting pagi dengan klien atau menundanya besok kalo memang harus dia ikut. Dia ingin secepatnya sampai rumah untuk memastikan kondisi istrinya baik baik.