Ku pikir kau sudah, Melupakan aku,
Ternyata hatimu, Masih membara
Untukku
....
Dan aku milikmu malam ini
'Kan memelukmu sampai pagi
Tapi nanti bila ku pergi
Tunggu aku di sini
....
by Pongki Barata
Kedua Sahabat Ardan sudah muncul bersama pasangan masing masing, tinggal satu orang, dia yang justru membuat hati seseorang dilanda kegundahan. 'Kenapa kak Ardan dak ngomong sih kalo ada pertemuan keempat sahabatnya, tahu gitu aku dak akan mau diajaknya,' lusi berkata dalam hati.
Dari jauh muncul sosok yang tadi dibicarakan, Yoyok melambai ke arahnya memberi tanda keberadaan mereka.
Ardan sengaja melihat kearah lusi, dia pingin tahu, bagaimana reaksi gadis ini jika bertemu lagi dengan mantannya.
"Hai Gan, disini", Yoyok mendekati sahabatnya yang juga teman kerjanya. Janggan berjalan ke tempat temen temennya yang sudah berkumpul.
" Sendiri, mana Jihan, katamu kemaren berangkat sama dia," Janggan tidak menjawab pertanyaan Yoyok, dia langsung menyalami temen temennya, " Na, bareng sama Yoyok, " Nana mengangguk, Janggan, Yoyok dan Nana satu sekolah di sma. Kemudian menoleh ke Hanafi dan dikenalkan dengan Zahra istrinya, " Mana istrimu, katanya dah nikah, dak kau kenalkan ke kami," Ucap Hanafi, sambil menjabat tangan Janggan." dia lagi di hotel, " jawabnya.
Janggan melihat kearah Ardan yang dari tadi tidak banyak bicara, dan dia melihat di samping ardan sosok perempuan yang lagi menunduk.
"Makasih gan mau datang," Ardan akhirnya buka suara
"Dan, dadak banget ngabarinya, untung aku lagi ada urusan Semarang," dijabat erat tangan sahabatnya, dan perempuannya ada hubungan apa dia disini sama ardan, Janggan menatap tajam ke arah lusi. hanya diam terpaku.
" Kak ardan, aku ke toilet dulu, " lusi berdiri dari duduknya berjalan keluar, menghindar dari mereka, menurutnya suasana kenapa jadi canggung kenapa semua mata menuju ke arahku.
Oh Tuhan kenapa harus ketemu dia lagi, niatnya ingin menghibur diri malah jadi gak nyaman, lusi memesan taksi online lewat aplikasi hp nya.
"Kenapa menghindarinya, " ardan sudah ada di belakang lusi, rencana kabur jadi gagal. " aku dak siap bertemu dengannya, kak, masih terasa sakit mengingatnya, " dirangkulnya pundak lusi, ardan berusaha memberikan ketenangan, " ayo kembali ke sana, mereka bingung mencarimu, kamu berangkat sama saya pulangnya harus kakak yang antar, " dielusnya kepala gadis yang lagi gundah, lusi merasa agak baikan dengan sikap ardan, "baiklah," ditariknya tangan lusi untuk kembali ke teman temannya ngumpul, seorang pelayan menghampiri Ardan, " makanan sudah siap, pak, bisa kami sajikan, " ardan mengangguk tanda setuju. ardan berbicara pelan ke lusi serasa berbisik, " nanti dikira kamu masih ngarep sama dia, atau memang bener begitu ?" dicoleknya dagu lusi untuk menghiburnya. " kak ardan jangan gitu, atau aku pulang beneran," Lusi mencekal lengan ardan, dia senang ardan selalu membangkitkan semangatnya.
Di balik semua ada yang tadi mengikuti lusi ke toilet, dan tahu kalo lusi dak ke arah toilet tapi ke arah pintu keluar, sebelum dia mendekati lusi, ada yang lebih dulu menghibur gadisnya. Sial, ardan apa yang kamu lakukan, kenapa kau menikungku, Janggan geram melihat sahabatnya yang terlihat menggenggam tangan lusi, bahkan mereka terlihat begitu dekat.
Lusi dah kembali bersama ardan dan bergabung dengan mereka yang sudah mulai menikmati hidangan, kemudian disusul Janggan dibelakang mereka, pemilik manik mata hitam itu tak berkedip menyusuri wajah lusi, yang ditatap jadi salah tingkah.
"Ada apa dengan kalian bertiga, " Yoyok kepo dengan urusan ketiga temannya.
Dak ada yang angkat bicara, suasana jadi tegang. " Aku ambilkan cumi bumbu manis, sepertinya enak, " Nana mencoba mengalihkan pembicaraan, takut akan bersitegang diantara mereka terutama, Yoyok dan Janggan, mereka juga rekanan bisnis, bisa merusak hubungan baiknya.
Suasana kembali melumer dibumbui dengan candaan semua, saling bercerita hal yang lucu mengurangi ketegangan yang tadi terjadi.
Selesai acara silaturahmi, mereka berpamitan semua, ardan sebagai tuan rumah yang mengundang mereka mengantar sampai tempat parkir ditemani lusi.
Selesai acara Ardan mengantar lusi ke tempat kost, mereka memakai motor, " kenapa kak ardan, dak bilang kalo ngundang mereka di cafe, aku jadi merusak acara kalian, " disandarkan kepalanya di punggung Ardan yang lagi melajukan motornya dengan pelan.
"Aku ingin tahu sikap Janggan, gimana kalo kamu dekat aku," kata Ardan, Dan juga perasaanmu padanya batin ardan. " aku belum siap ketemu mas Janggan, kak, bagaimanapun pernah ada rasa diantara kami, bawa aku menjauh darinya kak, " lusi mempererat pegangan dipinggang Ardan, sambil kepalanya terus bersandar dipunggung ardan. Ardan panas dingin dengan perlakuan lusi degub jantung ardan yang begitu keras, ah tidak tahukah dia dengan perasaanku saat ini, yang ingin tersalurkan.
Sampailah mereka di tempat kost lusi, " istirahatlah, semua pasti berlalu, lihatlah aku akan selalu bersamamu, " ardan memandang lusi dengan penuh kasih sayang, mencium kening lusi dengan lembut, kemudian ardan pamit pulang.
Ardan memang tidak pernah menyinggung tentang perasaan yang dia pendam sendiri, dia ingin lusi mengerti dengan sikapnya, dengan perlakuan lembutnya, dia berharap akan terbalas perasaannya.
Saat lusi akan masuk ke dalam kostnya setelaj tadi nunggu sampai ardan melajukan motor meninggalkan tempatnya, sebuah mobil nisan Juke putih memasuki halaman kost Janggan turun dari mobil dan menghampiri lusi.
" Apa hubunganmu dengan ardan, katakan, " ucap Janggan dengan sorot mata tajam menghujam ke arahnya, " apa hakmu, melarangku, dengan siapapun, aku dekat bukan lagi urusanmu, seperti halnya, kamu, " lusi meluapkan amarahnya pada sosok di depannya, tak kalah tajam matanya menatap Janggan.
" Sekarang pergi dari sini, jangan lagi mendekatiku, bagiku semua sudah selesai, " airmata lusi dak lagi bisa dibendung mengalir deras, dia berlari masuk ke kost, Janggan tidak kalah cepat mengejarnya dan menarik lusi dalam dekapannya, " lepaskan aku, semua sudah berakhir, " lusi meronta dari pelukan Janggan, " aku akan membahagiakanmu, sayang, "