Jihan Putri Rahmadani, seorang wanita yang anggun lulusan FEB Yogja anak semata wayang dari pemilik hotel bintang empat, istri seorang pebisnis muda yang bernama Janggan Pringgohadi. Dia selalu menjaga penampilan layaknya putri keraton yang selalu mempadu padankan apa yang dipakainya, sampai dengan aksesorisnya. Menantu penguasa perkebunan di salah satu kabupaten di Daerah istimewa pulau Jawa, siapa yang tidak kenal dengan bapak Asmorohadi.
Pasangan suami istri Janggan Pringgohadi dan Jihan Putri Rahmadani keduanya adalah pasangan paling serasi versi masyarakat setempat dan membuat iri yang melihat penampilan mereka.
Mereka lagi menghadiri undangan pernikahan kerabat dari Jihan di salah satu hotel kota Gudeg, sebenarnya pasangan ini malas datang, menghindari pertanyaan kerabat, teman, rekanan mereka, apalagi yang ditanya kalo pasangan yang sudah menikah pasti tentang anak, persoalan yang selalu dihindari keduanya.
"Mas Janggan, mbak Jihan, apa kabarnya lama dak ketemu ?" tanya Reno sepupu dari Jihan.
"Baik Ren, gimana kabarnya bulek Priyani ? " tanya Jihan balik, " aku datang bersama mama, sekarang lagi ngobrol sama Pakde Rahmad ( Papa Jihan )" Jihan membalas jabat tangan sepupunya begitu juga dengan Janggan ikutan berbasa basi pada keluarga mereka, ber say hello, cipika cipiki dengan menampilkan senyum termanisnya.
"Aku temui papa dulu mas" ucap Jihan pada suaminya.
"Aku tunggu disini, nanti hubungi kalo mau pulang, " Janggan males ketemu mertuanya nanti ujung ujunnya bahas tentang kapan punya momongan ( anak ).
Janggan ogah ogahan menghadiri acara beginian yang menurutnya membuang waktu saja, tapi sayangnya dia akan terima telpon ibunya yang keberapa kali dalam satu jam jika dak ngawal Jihan ke acara manapun.
Janggan keluar dari tempat acara menuju cafe yang ada di hotel, untuk membuat dirinya sedikit bersantai. Janggan menuju tempat pesan, ada seorang barista, yang kemudian membawa buku menu yang tersedia di cafe" espresso tanpa gula, dan sandwich tanpa saos mayones" ucapnya, barista itu langsung meninggalkan Janggan setelah mencatat pesenannya." terima kasih pak, mohon ditunggu," Janggan duduk di kursi depan meja pemesanan, melihat barista dengan cekatan menyiapkan pesanan pelanggan.
Dalam 5 menit pesanan siap tersajikan, " silahkan dinikmati pak," kata barista sambil mengangguk santun.
Seorang laki laki muda menggunakan batik yang sepertinya juga dari tempat pesta, mendekat ke barista untuk memesan, " capucino ice, dua, " katanya sambil menunjuk ke meja tempat seorang wanita menunggu. Janggan mengikuti arah yang ditunjuk pelanggan itu. bukankah dia ? hemm siapa laki laki itu ? Janggan mengalihkan pandangan kembali menghadap ke arah meja barista, meskipun dalam hatinya penasaran dengan siapa dia.
Sementara itu, Perempuan yang diperhatikan Janggan dari jauh sedang asyik ngobrol dengan teman ngopinya, " Gimana kabar pernikahan kalian, " Yudis membuka pembicaraan dengan mantan kekasihnya. " Kami baik baik saja, mas Janggan baik orangnya, " Jawab wanita nya. " Kenapa kalian dak bareng di pesta tadi, " tanya Yudis kembali, " Oh, tadi sih aku pamit ketemu papa, kamu sendiri gimana, ku dengar sama Nesya adik Reno ?" dia pertanya balik, " aku masih menunggumu, datanglah padaku kalo kalian sepakat pisah, aku tahu semua tentang kalian, " Yudis langsung menohok Jihan.
Perempuan itu adalah istri Janggan, " Kamu sok tahu, pernikahan kami baik baik saja, " Jihan tetap menutupi hubungan pernikahannya, dia masih ingin mempertahankan, sakit memang karna sampai kini suaminya masih dingin padanya, tapi tidak mungkin dia menunjukkan pada dunia luar, bisa rame pembicaraan di medsos dapat bahan gosip.
" seorang wanita yang bilang baik baik saja, biasa yang terjadi sebaliknya, " Yudis menatap Jihan sinis.
"Maafkan aku dis, tapi aku sekarang sudah bersuami, aku harus menjaga keluargaku, " Jihan menyeruput cangkir capucino nya. "dalam berumah tangga terkadang memang ada masalah, tapi aku rasa itu hal biasa, kami akan baik kembali, " kata Jihan, dalam hati dia begitu pandai bersandiwara tidak hanya pada Yudis tapi pada semua keluarga, ataupun temennya saat ditanya tentang pernikahannya, kebahagianya bersama suami. Kalo dia seorang artis patut diberikan apresiasi atas kesuksesannya memainkan peran sebagai istri yang baik.
Di tengah ngobrolan mereka, Janggan yang dari tadi memperhatikan dan menyakini jika perempuan itu adalah istrinya mendekati mereka, " aku akan pulang, kamu ikut aku" Janggan memandang istrinya tajam, dia ingin membuat peringatan bahwa Jihan masih miliknya, istri syahnya." Mas kenalin, ini Yudistira temen kuliahku, " dua laki laki saling berjabat tangan melempar pandang dengan tajam, " Janggan Pringgohadi, ayo pulang, " kata Janggan tegas, Jihan mengangguk menurut pada orang yang berstatus suaminya. aduh kenapa ketemu mas Janggan batin Jihan, aku dak pernah lihat mas Janggan marah begini. Tapi kenapa dia mesti marah ?.
" Kami duluan yud, " Janggan menggandeng tangan istrinya, Jihan dibikin bingung dengan sikap suaminya kali ini, mesra, menurutnya karna dia ingin menjaga miliknya, harga diri seorang lelaki jangan pernah kau menyinggung wilayahnya.