Untuk dewasa, yang dibawah umur di skip ya.
-------------- 21+
Janggan menggandeng tangan istrinya, Jihan dibikin bingung dengan sikapnya, dia ingin menjaga miliknya, harga diri seorang lelaki jangan pernah kau menyinggung wilayahnya.
Selama perjalanan di mobil keduanya saling diam. Jihan hanya diam sambil memandang ke luar jendala. suaminya sudah salah paham, dia dak berani buka suara, dia paham betul dalam situasi begini lebih baik diam nanti nunggu saat yang tepat Jihan baru menjelaskan semuanya. Jangan menghentikan mobil di depan pagar rumahnya "satu hal di mata hukum dan agama, kamu istriku, tidak bisakah kamu menjaga martabat sebagai wanita yang sudah bersuami, menghargai suamimu, " katanya dengan nada yang ditekan, Security membukakan pagar rumah dan mobil Janggan dilajukan ke depan pintu masuk, Janggan keluar dari mobil dan membanting keras pintunya. Jihan hanya pasrah mengikuti suaminya dari belakang. Kenapa dia mesti marah bukankah dia sendiri melakukan hal yang sama, masih mencintai wanita lain, salahku dimana ? batin Jihan
Janggan masuk ke kamar mandi, membersihkan diri, diguyurnya seluruh tubuh dengan air dari shower, air dingin dapat menurunkan suhu tubuhnya yang terbakar emosi.
'Bisa bisa nya dia dengan lelaki lain, kalo keluarga tahu, apa yang akan dibicarakan, istri macam apa dak bisa menjaga martabat keluarga, '
Flashback on
Dua minggu sebelum pernikahan terjadi, Janggan diminta ibu mengambil surat undangan yang sudah tercetak di rumah tante indri, calon mertuanya sekalian pengepasan ( fitting ) baju pengantin karena tante indri mengundang perancang busana terkenal di kota Gudeg ke rumahnya, orang kaya ma bebas.
Janggan dak bisa menolak keinginan doro putri alias sang ibu, meski dengan hati mangkel berangkat juga, orang dasar memang anak ibu.
"masuk mas Janggan, biar mbok ( ibu ) panggil mbak Jihan dulu" kata salah satu rewang ( ART ) di rumah tante indri. " matur nuwun mbok, " ( terima kasih ) Janggan duduk di sofa tamu. tak lama Jihan keluar dengan mengenakan minidres warna pastel dan sandal tertulis merk hotel, " nunggu bentar mas perancang busananya lagi otw di jemput bang Ali" Jihan duduk dihadapan Janggan, ini kesempatan bagi Janggan ngobrol tentang mereka, jarang ada kesempatan berdua, setelah pertunangan Janggan yang cenderung menghindar. malas dengan segala urusan untuk persiapan pernikahannya, ibu dan tante indri yang ribet kadang melibatkan Jihan sebenarnya yang mau nikah siapa coba, aneh.
"Ra, aku mau ngomong," Janggan memulai rencananya. ' ada apa mas," jawab Jihan, " ehm, kita tahu pernikahan ini karena perjodohan, aku sudah punya seseorang, dan kamu pun karena terpaksa, " ucap Janggan menyampaikan kebenarannya.
"aku ingin nyampekan beberapa hal setelah nikah : 1. nanti kita akan tinggal di rumahku, bukan rumah salah satu orang tua kita, 2. aku tidak akan menyentuhmu sebelum ada perasaan yg tumbuh 3. aku beri kamu kebebasan tapi harus tahu kamu tanggung jawabku.
ini perjanjian diantara kita, aku yakin kamu mengerti" Janggan berbicara isi hatinya. Jihan hanya bisa menyetujui saja banyak hal yang disampekan Janggan. yang dia tahu ada pembatasi keinginannya untuk menjadi istri Janggan seutuhnya nanti.
flashback off
Seminggu setelah menikah aku dan Jihan tinggal di rumah pribadiku. aku memang sudah membeli rumah yang bisa dibilang lumayan, dengan bangunan minimalis terdapat 3 kamar, 2 kamar mandi dan dapur kecil serta ruang tamu, dan diantar ruang dapur dan ruang tamu kita manfaatkan untuk ruang santai atau ruang keluarga. Kami punya kamar sendiri yang terpisah. Aku begitu jahat memang, belum memenuhi kewajibanku sebagai suami secara utuh pada istri syahku. Tapi seperti yang terjadi di cafe tadi, aku marah, aku menuntut Jihan untuk menjaga martabat suami untuk tidak dekat dengan siapapun demi sebuah nama baik.
Aku berencana ke kamar Jihan untuk meminta maaf, ku ketuk pintu kamarnya, tidak ada sahutan dari dalam, " ra, ra, aku mau minta maaf, buka," dak ada sahutan, handle pintu tertutup tapi tidak terkunci kubuka paling lagi pake earphone atau headset, dengam menutup telinganya, dan ternyata betul, dia lagi memakai headset. dengan mata yang terpejam ada bekas air bening memeleh di sudut matanya, dia habis menangis. Janggan tak sampai hati membangunkan jihan, besok aja. Jihan menggeliat dan bajunya menyingkap terlihatlah paha mulus milik istrinya, Jihan menggunakan baju tidur transparan warna pink, terlihat jelas lekuk tubuhnya Janggan menyesal telah maduk kamar Jihan, ah ada dalam tubuhnya yang tidak bisa lagi dikendalikan, Dia memandang tubuh istrinya, Tanpa sadar Janggan mengelus paha mulus tubuh Jihan beteaksi, dia membuka matanya, " mas" Janggan malu dia berniat meninggalkan kamar jihan, namun tangan kekar nya ditahan oleh Jihan. Janggan memandang istrinya, bukankah sudah menjadi haknya. Yang terjadi Jihan menarik tubuh suaminya hingga berada diatas tubuhnya. "mas, aku milikmu, kamu boleh menyentuhku, " gila Jihan tahu kalo tubuh suaminya menginginkannya.
Janggan memandangi tubuh istrinya yang terbalut baju tidur transparan terlihat jelas tanpa ada penghalang di dalam lekuk tubuh yang sangat menggoda. Diciumnya bibir manis Jihan terus dan dilumatnya, jihan memberi kesempatan padanya untuk menjelajah dengan lidahnya jihan membalasnya, bagai mendapat minuman penghilang dahaga, Janggan tidak mau berhenti, dia mengecap, menggigit, menikmati seluruh tubuh jihan, membuat banyak bekas disana. "mas, sakit" jihan menahan rasa sakitnya, saat suaminya menyatukan miliknya. Janggan kembali mencium istrinya dengan lembut jihan dapat menikmatinya.
"Aaaah, mas aku menyayangimu, " Jihan membuat dirinya melayang menikmati surga dunia untuk pertama kalinya, Tubuh mereka terus bergerak saling memberi kenikmatan, kedua insan yang sudah syah menjadi suami istri akhirnya menikmati malam pertama mereka.