Jihan tersenyum bahagia, akhirnya dia memberikan sesuatu yang paling berharga, hanya diberikan pada suaminya.
'Aku milikmu mas sekarang sampai nanti,' kata hati Jihan. Dipandangi wajah suaminya, ganteng, sayang aku belum bisa memenangkan hatimu. Aku akan sabar menunggu waktuku menjadi ratu dihatimu. Dilingkarkan tangannya memeluk tubuh atletis yang saat ini terlelap di sampingnya. Wajah Jihan memerah mengingat semalam dia yang mengambil inisiatif untuk menyerahkan diri seutuhnya pada laki laki yang selalu di damba untuk menyentuhnya. malam yang tak mungkin kulupakan.
Pagi yang dingin Keduanya masih berselimut tebal dengan tubuh yang masih polos karena kegiatan semalam, Janggan terbangun, dia mengingat kejadian semalam, sesuatu yang selalu dijaganya, dia pernah berjanji untuk menjaga kesucian istrinya, karna dia merasa belum pantas, tapi akhirnya dia mengkhianati janjinya.
Hawa dingin yang menusuk dari AC kamar, membuatnya menarik tangan seseorang yang melingkar di pinggangnya, dia membalik tubuhnya, mendapati istrinya yang tersenyum padanya. " Kenapa kamu dak menghentikanku, apa kamu dak menyesal, atas kejadian semalam, " ucap Janggan menatap istrinya, " tidak, aku menantikannya, " ucap Jihan, bahkan setiap malam batin Jihan.
"Maafkan aku yang tidak memenuhi janjiku, " Janggan menyesal, tapi melihat kebahagiaan di raut wajah Jihan, dia dak tega merusak paginya. Dia bangkit dari tempat tidur dipunguti celana pendek dan kaosnya yang berantakan, dipakainya dan, dipandangnya kembali Jihan yang masih berbalut selimut, Janggan tersenyum kecil dan dikecupnya kening istrinya, " terima kasih, " dia berlalu meninggalkan kamar jihan.
'Sudah kewajibanku mas, aku sangat bahagia hari ini, ' batin Jihan sambil tersenyum sendiri, dia berguling guling menggulung tubuhnya dengan selimut, dia yakin witing tresno jalaran ketemu bendino ( benih cinta karna bertemu tiap hari ).
Janggan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, ' sial, semua akan terasa sulit setelah ini, tapi bukankah dia memang sudah syah menjadi istriku, apa salahnya sebuah hubungan suami istri terjadi, bagaimana aku bisa bertanggung jawab sama lusi, tapi bukankah lusi terus menghindariku, dia dak mau aku bertanggung jawab,' batin Janggan terus bergolak, antara menerima Jihan sebagai istri atau mempertahankan cintanya.
Janggan seorang laki laki normal bagaimana bisa tahan dengan godaan wanita cantik yang sudah syah menjadi istrinya, yang bisa menuntutnya atas dasar pemenuhan kewajiban. Jika saja para sahabatnya pada tahu, yang ada dia disalahkan karna tidak memenuhi kewajiban sebagai suami, kenapa jadi aku yang salah, disini yang mengorbankan perasaan karna perjodohan itu aku, hei aku dong yang mesti dibela bukan disalah salahin.
Pesene ibu' dadi wong lanang iku kudu sing gati karo bojo, iso nyukupi kabeh kebutuhane keluargo, ' ( Jadi laki laki harus perhatian sama istri, bisa mencukupi kebutuhan keluarga ), nah aku lagi yang salah kan.
Janggan pusing, makanya sebelum bertindak dipikir dulu, kalo yang enak enak mau, giliran tanggungjawab nah lo mikir, gimana kalo jihan ngijinin aku nikahi lusi, atau lusi mau balik ke aku tanpa harus pisah sama jihan. Namanya mau enak sendiri, jangan mimpi berpoligami mas Janggan, emang mau dua perempuannya.
------------------
Lusi sudah bekerja di kantor pemerintahan kota, bagian administrasi, dia masih sebagai honorer atas rekomendasi dari keluarga ibunya, sambil menunggu penerimaan ASN.
Untuk menyalurkan ilmunya, lusi melamar dan diterima sebagai guru Matemateka ( mtk ), di smp swasta dulu tempatnya belajar. Lusi masih dikenal guru senior yang dulu mengajarnya saat sekolah, karena dulu dia memang siswi berprestasi dan membawa nama sekolah sebagai wakil kota di Propinsi. Lusi ngajar hanya pada hari Sabtu dan Minggu karna sekolah libur di hari Jumat.
Cara mengajar yang berbeda membuat lusi di sukai banyak siswa siswinya, belajar tidak hanya di ruang kelas tapi dia terkadang mengajak belajar di taman sekolah ( outdoor ), siswanya diberi kebebasan, tidak ada perbedaan semua dianggap sama, mau siswa yang pinter, biasa saja atau yang kurang dalam pembelajaran. Pada dasarnya semua anak sama, namun memiliki bakat yang berbeda. Tinggal bagaimana mengembangkan setiap bakat yang dimiliki anak untuk kemajuan perkembangan individunya.( pola pendidikan demokrasi ). Menempatkan anak sebagai individu yang berbeda.
Lusi sangat menikmati perannya sebagai tenaga honorer di kota kabupaten meskipun jarak lumayan butuh 20 menit untuk sampai tempat kerjanya, dia dak kost tiap hari pakai motor pulang pergi. alasannya kasihan mbah dirumah, karna ibunya sudah balik lagi ke negri tetangga sebagai TKW. Sebagai guru merupakan cita citanya saat kecil, minimal ilmunya dibutuhkan, karna dalam agama disebutkan salah satu amalan yang tidak akan putus pahalanya adalah ilmu yang bermanfaat, artinya memberikan ilmunya yang betmanfaat bagi orang lain.
Tiap Minggu jam 9 pagi, lusi ada jadwal di sekolah persiapan anak olimpiade mtk dia dipercaya mengajari 2 siswa nya, Andini dan Rusdi. Dua anak ini punya talenta yang berbeda, Andini, dia rajin belajar dan selalu mengikuti apa yang disampaikan guru di sekolahnya sedang Rusdi beda, memang pinter dari lahir, hanya dengan menjelaskan sekali dia bisa langsung inget, tapi dablek ( nakal ) dak ketulungan. yang namanya terlambat jadi langganan Rusdi. Tapi di tangan Lusi dia punya cara beda, untuk membuat Rusdi nurut, ada komitmen sendiri yang dibuat lusi untuk rusdi dan berhasil. Rusdi akan ditawari hadiah tertentu jika memenangkan lomba yg diikuti.
Kesibukan lusi dapat membuatnya lupa akan janjinya pada seorang Ardan, dia jarang sekali menghubunginya, yang sering ardan yg telpon.
"Minggu dak libur dik, " Ardan sedikit protes karna setiap ditelpon lusi mesti lagi sama siswanya.
" Lagi sama anak anak, " jawab lusi. Memang gak enak LDR, apalagi si cewek masih setengah hati, bisa ada alasan menghindar. " Kapan aku ke rumahmu sama ayah ibuku dik ?" tanya Ardan yang merasa sudah begitu sabar menunggu lusi untuk menjadi pasangan hidupnya.
"Hah, " lusi kaget dan diam.
"Aku dah kebelet nikahin kamu, " terdengar ardan tertawa mendengar lusi gugup. " Baiklah, awal bulan depan siap, " ardan menjawab sendiri pertanyaannya sambil tertawa menggoda lusi.
" siapa juga yg setuju," lusi protes
" Mau nunggu apa lagi, nanti kakakmu ini sudah jadi bujang lapuk, " ucap Ardan, kali ini lusi yang terbahak.
"Minggu depan kak ardan ke rumah sendiri dulu, ada yang lusi mau sampein," kata lusi sedikit gugup.
"Baiklah, ternyata kangen juga, ngaku aja napa sih, by sayang, " ardan mengakhiri obrolannya di telpon sama gadisnya.
Ada yang harus disampaikan lusi sebelum mereka melangkah lebih jauh.
.