"Aku tahu kau juga menginginkanku"
Lusi malu dengan dirinya, malu karena masih menginginkan sentuhan Janggan. Lusi berteriak meminta Janggan untuk pergi.
" Pergilah dari hidupku, "
Kenapa selalu sama tiap kali bertemu dengannya, meskipun sudah melewati waktu, aku berusaha keras melupakan semua tentangnya, tapi selalu sama 'bodohnya aku' batin lusi terus meronta.
Dia ingat pesen mbah ( neneknya ) 'dadi wong wedok kudu iso mawas diri, njogo awake dewe' ( Jadi perempuan kudu bisa waspada, menjaga dirinya sendiri ).
Lusi memutuskan meninggalkan kota Semarang, toh ijazah Sarjana didapat dia sudah memenuhi janjinya pada keluarga lulus dengan predikat cumloude. Dia ingin melupakan kota Semarang dengan segala kenangan yang ada. Baginya masih ada yang harus diperjuangkan tidak hanya larut dalam masalah yang terus tanpa akhir. Ada yang harus diperjuangkan, masa depannya Keluarganya, dia ingin merubah ekonomi keluarganya, dia harus bangkit dan sukses.
Lusi terlihat sibuk memberesi barang barang dimasukkannya ke dalam travel bag merah, dan satu tas bodypack, untuk tempat hp, dompet yg isinya identitas dan beberapa lembar uang tunai. Diceknya kembali takut ada yang tertinggal, setelah dipastikan terbawa semua, kunci siap diberikan pada pemilik kost yang tinggal di rumah sebelah. Lusi juga berpamitan pada penghuni kost lain.
Ardan datang menjemput dengan mobil Kijangnya, lusi memang sudah menceritakan kalo mau pulang kampung,
" Mana kopermu, aku bawakan ke mobil, " ucap Ardan, lusi menyerahkan travel bag sedang warna merah, dak banyak yg dibawa, karna sebagian barangnya sudah dititipkan ibu sama adiknya waktu ke Semarang menghadiri wisudanya.
"Aku anter sampai rumah ya? , dak tega kamu jalan sendiri, " Ardan menawarkan diri, meski sudah ditolak dari semalam saat lusi telpon pamit mau pulkam.
" dah biasa kak, biasanya aku di bis langsung tidur, dak usah khawatirin aku,"
"Kalo ketemu orang jahat gimana, " kata Ardan, " Yang ada aku jahatin mereka, " balas lusi tertawa.
"kamu pede banget, " ardan kehabisan kata memaksa lusi.
"antar sampai terminal bis aja, kak" lusi ngotot. " aku pingin pastikan, kamu sampe rumah aman tanpa berkurang satupun, " Lusi tertawa melihat keseriusan ardan.
" kenapa kak ardan ngotot sih ?"
" Nati kalo ada cowok macam Janggan gimana, bisa kecolongan lagi aku, " yup mulut Ardan ditutup dengan tangan sendiri, takut ada yang dak berkenan dengan penyebutan nama. Lusi pun melotot ke arah ardan. " kan ada kak ardan, " jawab lusi santai.
"berarti mau nih aku anter ke rumah, " ardan tersenyum senang.
"baiklah, dari tadi kak ardan maksa terus,"
ucap lusi. " tapi janji kalo capek berhenti di rest area, " Ardan mengacungkan jempol tanda setuju, dan tersenyum bahagia. Keakrapan mereka layak dua sahabat, memang benar bersahabatan dua jenis manusia laki laki dan perempuan sering kali tidak langgeng karna ada diantaranya rasa yang tumbuh tanpa disadari. Antara lusi dan Ardan, Salah satu mengharap lebih dari sekedar sahabat, tapi takut melukai persahabatan mereka.
"Dah gak ada yang kelupaan dik ?" Tanya ardan, lusi melihat ardan dengan aneh, Ngapain panggil dik juga, hemm.
"gak ada, Ayok berangkat, nanti malem sampe sana, 5 jam lo kak" ucap lusi.
Mobil kijang melaju berlahan, mereka sambil mengobrol santai, langit begitu cerah mendukung lancarnya perjalanan. Sesekali Ardan melirik lusi yang tertidur kelelahan, kasihan dia tahu gadis ini masih memiliki rasa pada Janggan sahabatnya, tapi mereka dak mungkin bersama, 'ada aku yang akan siap menjagamu' batin Ardan, tanpa sadar tangan kirinya membelai rambut lusi yang masih terlelap. Lusi membuka matanya, ups ardan terkejut "sampai mana kak, maag aku tertidur" untung dak ketahuan.' kita barusan melewati Rembang, sepertinya sudah separoh perjalanan, sayang belum ada jalan toll di pantura daerah sini," ucap Janggan.
"tidurlah lagi, atau sudah laper, kita bisa cari makan siang" Ardan melihat jam tangan menunjukkan waktu 12.30.
"kita cari tempat shalat sekalian, Jaman gini dak ada istilah musafir ( orang yang melakukan perjalanan jauh lebih dari 60 km ) apalagi kita bawa mobil, bisa berhenti di manapun, " Ardan memang seorang yang selalu menjaga shalatnya, dia harus mengerjakan kewajibannya, dalam hidupnya dia wajib bersyukur, dalam kondisi apapun tidak boleh meninggalkan yang wajib dalam agamanya. Waw laki laki idaman lo, udah cakep, body okey, punya usaha mandiri, calon dosen pula, sayangnya dak berani punya kekasih, alias dalam mode menunggu seseorang yang bahkan dak ngerasa di tunggu, gimana coba dak kasihan kakak Ardan.
Selesai istirahat mereka melanjutkan perjalanan kembali, dan sampai di desa kecil di daerah pesisir tempat asal lusi.
"Alhamdulillah akhirnya sampai, " ucap lusi. " masuk kak, " ardan menurunkan koper lusi dan membawanya masuk. Rumah kecil bercat putih, di tingkat karna luas tanahnya yang dak cukup untuk kebutuhan ruang keluarganya.
"Andai aku bisa menjadi bagian dari keluarga ini " ucap ardan lirih, namun masih di dengar lusi.