Sejauh apapun kamu melangkah dan pergi, kakiku tidak bisa mengikuti caramu pergi hanya bisa berdiam meunggumu untuk kembali.
"Len cepet kek." ucap gadis itu dengan menggeret Gallen memasuki ruang rapat yg telah mulai terisi oleh para senior yang telah menunggunya untuk rapat. Gallen hanya diam mengikuti Stella, terlalu malas untu protes.
"Nah ni ketuanya dateng juga." ucap Adit saat melihat sang ketua memasuki ruangan.
"Huu telat ternyata lo pacaran dulu sama Stella." ledek Randy dan langsung mendapat tatapan tajam dari Gallen, jangan salahkan Randy yang meledek. Salahkan situasi yang membuat Stella juga Gallen bersama-sama memasuki ruangan. Apalagi dengan bergandengan tangan seperti sekarang.
"Ciee Stella bahagia banget tu bisa barengan kesini apalagi gandengan tangan tu." ujar para senior yang lain.
Sedangkan gadis yang bernama Stella yang tadi menggeret Gallen tersipu malu sedangkan Gallen hanya menatap mereka datar tanpa ekspresi namun pandangan menajam seiring ledekan itu mulai menyeruak. Gallen tidak suka ada orang yang menggodanya seperti sekarang.
Itu hanya membuatnya teringat kepada seseorang, yang juga sering sekali menggodanya.
"Tembak Len Stella sebelum direbut sama yang lain." celetuk salah satu teman yang lain.
"Ya Len tembak sebelum lo kehilangan lagi." ucap yang lain dan seketika membuat Gallen geram dengan tingkah teman seangkatannya. Selalu memojokannya dengan gadis kampus yang suka dengannya itu membuat Gallen merasa muak ia tidak suka dijodoh jodohkan seperti ini.
Kata 'kehilangan' membuat Gallen kembali mengingat dia si gadis mungilnya yang pergi meninggalkannya.
"NGGAK AKAN PERNAH!" tegas Gallen seketika membuat ruang rapat itu hening sedangkan Kevin yang tahu masa lalu dari sahabatnya hanya bisa menghela nafas berat.
Sejujurnya Kevin sedikit setuju dengan usulan teman temannya agar Stella menjadi pacar Gallen karena itu dapat membuat Gallen kembali bangkit dan tidak terpuruk menjadi dingin tak tersentuh seperti ini. Apalagi Stella adalah gadis yang baik, pintar juga cerdas. Jika saja Stella tidak menyukai Gallen mungkin sudah dipepetnya.
Tapi Kevin sangat kenal Gallen bahkan semua tentang Gallen Kevin hampir mengetahuinya termasuk dengan 'gadis' yang meninggalkan Gallen tapi Kevin tidak tahu siapa gadis tersebut hanya sekedar melihat fotonya dikamar Gallen.
Dan yang membuat Kevin sedikit bingung adalah jika 'gadis' itu meninggalkan Gallen karena kecelakaan dan meninggal seperti yang diceritakan Gallen tetapi mengapa Kevin tidak pernah melihat Gallen pergi kepemakaman. Sekalipun Kevin tidak pernah melihat Gallen pergi berpamitan dihari tertentu secara rutin.
Lalu dimana gadis itu sekarang?
"Oke sekarang lo mending mulai rapatnya Len." ucap Kevin mencairkan suasana yang sempat tegang di ruang ini. Ayolah siapa yang tidak merasa tegang jika tiba-tiba saja orang yang dikenal ramah kepada orang ia kenal tiba-tiba mengeluarkan nada tegasnya hanya untuk menolak seorang gadis didepan gadis itu pula lagi.
Apalagi untuk Stella, gadis itu hanya tersenyum paksa mendapati penolakan secara tegas oleh Gallen.
"Oke gue bakal bahas tentang kegiatan kita pada saat masa orientasi tahun ini" ucap Gallen dengan tegas, tidak ada wajah tak bersahabat seperti tadi saat menolak Stella menath mentah.
Mereka mengikuti rapat dengan serius dan mendengarkan penuturan dari sang ketua tanpa ada yang berani membahas soal tadi.
~••••••~
"Mil menurut lo gimana ya mukanya para senior kita moga-moga ganteng deh sekalian cuci mata." ucap seorang gadis mungil kepada sahabatnya dengan riang sambil membayangkan wajah-wajah para seniornya itu. Apakah setampan oppa-oppa yang sering ia tonton didalam drama setiap malamnya itu?
"Salsa Salsa yang lo pikirin cogan aja." ucap Mila sahabat gadis mungil tersebut yang telah tahu watak gadis berkuncir dua itu yaitu centil dan selalu mengincar cogan dimana mana namun bukan masuk ke kategori cabe yang sering nempel kepada cowok ganteng siapapun itu.
"Ya nggak papa sekalian cuci mata lah gue di London cuma lihatnya rumah sakit terus kan bosen." gerutu gadis mungil bernama Salsa Atlantika itu. Dirinya sudah terlalu muak melihat tembok selama kurang lebih dari dua tahun ditambah dengan orang-orang pucat yang selalu Salsa lihat itu.
Sedangkan Mila sahabatnya hanya tersenyum miris mendengar gerutuan sahabatnya itu. Mila tahu apa yang dirasakan sahabatnya itu karena ia ikut menjaga Salsa selama masa penyembuhan.
Seandainya kejadian 'itu' tidak terjadi kepada Salsa sahabatnya, mungkin gadis itu akan menjadi Salsa yang dulu cuek judes dan sadis dimatanya berbeda dengan Salsa yang sekarang menjadi sosok yang sangat ceria, ceplas-ceplos dan penyuka orang ganteng tapi ini semua telah terjadi dan Salsa juga Satria abang dari sahabatnya menerima itu semua.
Mila dan Salsa sudah cukup senang melihat Salsa sembuh total.
Hanya ada satu orang yang tidak menerima kenyataan itu dan Mila sengaja membawa Salsa kembali ke Indonesia untuk membuat semuanya kembali seperti semula.
"Seandainya lo sadar Sal lo gue ajak kesini buat ketemu dia yang sekarang berubah gara gara lo nggak ada dan semoga dia sadar akan kehadiran lo disini Sal."
~•••••••••••••~