Sebuah rasa memang memiliki hal yang sangat luar biasa, sekalipun ingatan tentang rasa tersebut hilang namun perasaan akan tetap disana walau hanya tenggelam dalam ketidak tahuan.
"Salsa?" ucap Kevin kaget saat melihat gadis mungil di sana. Kevin akhirnya mengingat siapa nama gadis yang fotonya ada didinding kamar Gallen. Setiap Kevin bermain kerumah Gallen pasti ia akan melihat wajah Salsa ketika memasuki kamar lelaki mantan superstar tersebut.
Dan akhirnya ia menyadari bahwa gadis yang sejak tadi melihatnya itu, gadis yang sangat Gallen tunggu kehadirannya.
"Len itu bener-bener?!" seru Kevin dan menunjuk gadis mungil itu untuk memastikan bahwa itu Salsa si gadis mungil Gallen. Sedangkan Gallen hanya diam dan menatap Salsa dalam diamnya. Berbeda dengan Kevin yang seketika merasa heboh sendiri.
Sedangkan Salsa menatap Gallen begitu sebaliknya ia tidak tahu mengapa ia menatap Gallen sangat dalam apalagi getaran hatinya seolah menyuruh dirinya memeluk laki laki di depan sana. Salsa hanya memahami tatapan lelaki itu adalah tatapan penuh rasa sakit seperti yang ia lihat didrama-drama yang ia tonton.
"Kenapa ini?, kenapa rasanya sakit" batin Salsa dan memegang dadanya yang tiba tiba sakit tapi dominasi dengan rasa rindu yg amat dalam. Fokusnya yang tadi melihat Kevin kini tergantikan dengan wajah Gallen yang tanpa ekspresi.
Gallen terus menatap Salsa dengan pandangan rindu dan menyesal secara bersamaan sedangkan Kevin yang akhirnya pun tersadar segera menyenggol tangan Gallen yang masih diam kaku.
"Len lo harus tahan jangan sampai lo lepas kendali , jangan sampai lo tiba-tiba nyamperin Salsa terus meluk dia saking rindunya." bisik Kevin sedangkan Gallen masih menatap Salsa dan menghela nafas berat.
"Tapi saran lo boleh juga."
"Siapa tahu dengan cara itu, gak bakal ada yang mau ngedektin Salsa." Ujar Gallen sedikit menyindir Kevin yang tadi sempat akan menggebet Salsa sebelum ia menyadari gadis itu adalah gadis yang selama ini Gallen tunggu kehadirannya.
Kevin yang mendengarnya mendengus tak suka, kan itu hanya candaan walau mungkin bisa jadi kenyataan jika Kevin melancarkan aksi pdktnya. Apalagi Salsa sepertinya lebih tertarik dengan dirinys ketimbang Gallen sekarang, itu pikir Kevin. Jadi jika Kevin menikungnya itu sepertinya sah sah saja.
"Tapi Salsa kayaknya demen gue deh Len, orang dari tadi ngelihatin gue."
"Kalau mau pede sama kerbau aja sana, jangan sama kaum yang bukan kaum lo." Ujar Gallen sengit sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Kevin yang kupingnya merasa panas saat mendengar hal tersebut.
"Jadi.. woi Gallen bangsat lo nyamain gue sama Kerbau hah!!" pekik Kevin dan mengejar Gallen yang sudah terlebih dahulu pergi.
Kevin dan Kerbau, spertinya perpaduan yang bagus.
Sedangkan disisi lain, sejak tadi Salsa masih mengamati Gallen, bahkan sampai laki-laki itu sudah tidak ia tangkap melalui indra penglihatannya. Ia merasakan ada sesuatu diantara dirinya dan juga Gallen, namun Salsa tak mengetahui apa itu.
"Mil, lo tahu kak Gallen nggak?" Tanya Salsa, membuat Mila yang tadi sibuk memperhatikan instruksi kakak tingkat didepan-pun mematung. Mila merasakan bahwa kisah Salsa dan Gallen akan kembali terulang, lalu mengapa hati Mila merasa tak rela mendengar hal tersebut.
"Ke kenapa lo tiba-tiba Tanya soal kak Gallen?" tutur Mila berusaha bersikap biasa biasa saja didepan Salsa sekarang.
'Mila gugup, berarti ada yang ditutupin dari gue.'
"Gue ngerasa gue udah lama kenal sama Kak Gallen, bahkan ya Mil tadi pas dia lihatin gue, gue ngerasa ada sesuatu ditatapan itu."
Mila yang mendengarnya menahan nafasnya sejenak, berbeda dengan Salsa yang selalu mengamati tiap reaksi Mila. Berbekal drama korea yang ia tonton seorang Salsa kini sedikit mengerti dengan body language dan hal yang berbau tetang psikis seseorang.
"Kebanyakan nonton drama lo, jadi kayak gitu." puus Mila mencoba mengalihkan topic agar tidak membahas tentang Gallen lagi. Karena jujur Mila sudah muak dengan hal yang berbau kebohongan, bahkan dirinya belum bisa membayangkan saat nanti Gallen menanyakan perihal kebohongan yang ia buat selama ini.
"Enak aja, dikira gue ngehayal apa!"
"Iyakan lo doyan ngayal."
"MILAAAAA" pekik Salsa gregetan, dirinya tidak memperhatikan bahwa sekarang seluruh orang yang ada diauditorium tengah menatapnya. Membuat Salsa merasa horror sekarang, karena sepertinya dirinya sebentar lagi akan mendapatkan sebuah hukuman.
"Kamu yang berteriak tadi maju kedepan!!"
Salsa yang mendengar hal tersebut lemas sudah badannya dan menatap Mila dengan tatapan meminta pertolongan namun namanya juga teman Mila justru pura-pura tidak melihat tatapan Salsa. Bahkan justru terlihat tidak peduli dengan Salsa.
"Fighting boncel." Tutur Mila mengejek.
Salsa yang mendengarnya hanya mendengus sedangkan Mila hendak tertawa ngakak mendengarnya. Memang Mila ini adalah sahabat biadab bagi Salsa, untung Salsa sayang dengan gadis itu jika tidak, sudah dibuangnya ia ke palung terdalam.
"Ingatan lo mungkin lupa tentangnya, namun perasaan dihati lo gak pernah lupa dimana sang penggenggam itu."
"Apa gue emang udah gak punya kesempatan ya Len?"
-0-